Guru: Digugu lan Ditiru

0
65 views

Bacaan 1: Yes 1:10,16-20
Injil: Mat 23:1-12

Dalam tradisi masyarakat Jawa, guru merupakan akronim dari “digugu lan ditiru”. Artinya adalah orang yang dipercaya dan diikuti (ajaran dan perilakunya). Seorang guru tidak hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran disekolah namun punya tanggung jawab lebih untuk mendidik moral, etika, integritas dan karakter.

Guru memilikki tanggung jawab menyiapkan generasi yang akan datang.

Kepada orang banyak yang mengikuti-Nya, Tuhan Yesus menyindir para ahli Taurat dan orang-orang Farisi:

“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”

Mereka menduduki “kursi Musa” artinya bertindak sebagai guru, mengajar iman namun ternyata perilakunya jauh dari apa yang mereka ajarkan.

Mereka bukan lagi pantas menyandang guru sebagai yang “digugu lan ditiru” tapi “wagu lan kuru” (ga pantas dan kurus). Sudah tidak pantas dilihat dan buruk pula penampilannya, kira-kira begitu artinya. Tidak memiliki integritas sama sekali.

Dalam nubuat Nabi Yesaya, Allah juga memperingatkan para pemimpin Yehuda dengan analogi Sodom dan Gomora (kota-kota yang pernah dihancurkan karena kedosaan mereka) agar memperhatikan kaum lemah dan berlaku adil.

“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”

Allah meminta mereka segera bertobat.

Jika pertobatan itu dijalankan maka dosa yang berat pun akan diampuni dan mereka akan menikmati kesejahteraan.

Pesan hari ini

Tuhan Yesus sangat menekankan integritas seorang Kristen, antara pikiran, ucapan dan perilaku berjalan selaras sesuai yang dikehendaki-Nya.

Berlaku adil dan peduli sehingga menjadi berkat bagi sesama.

“Integritas manusia harus diukur dari tingkah lakunya, bukan oleh profesinya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here