- Yes. 6:1-2a.3-8;
- 1Kor. 15:1-11
- Luk. 5:1-11
Nabi Yesaya dan Petrus mendapat pengalaman luar biasa mengenai kehadiran Allah.
Yesaya melihat kehadiran Allah dalam segala kuasa-Nya di Bait Allah, diiringi oleh para malaikat dan gempa bumi, sebagai tanda takluknya dunia pada kuasa Allah.
Petrus yang baru saja mengenal Yesus, mengalami kuasa Yesus yang melampaui pengalamannya sebagai nelayan berpengalaman. Petrus tahu, menangkap ikan itu paling baik waktu malam, karena ikan tertarik oleh serangga yang jatuh di air.
Kalau semalaman tidak berhasil, apalagi kalau siang? Dan kalau tidak dapat ikan, berarti kerja sia-sia dan harus membersihkan jala lagi.
Tetapi Petrus dengan hormat, meski tidak mengerti, menuruti permintaan Yesus. Ikan yang ditangkap begitu banyak, sehingga jala mereka sobek dan dua perahu hampir tenggelam karena saking penuhnya.
Kita kadang berpikir, apakah Allah masih bekerja dengan cara demikian sekarang ini?
Helen Roseveare, seorang dokter Inggris, pergi bermisi melayani di Zaire, Afrika. Suatu pagi seorang ibu melahirkan bayi prematur. Ibu itu meninggal, tetapi bayinya hidup dan anak perempuannya yang baru berumur dua tahun menangis, karena ibunya meninggal.
Bayi prematur itu harus dirawat di inkubator, tetapi d isana tidak ada listrik. Meski Zaire itu terletak di bawah garis katulistiwa, hawa di malam hari sering sangat dingin.
Salah seorang calon bidan membungkus bayi itu dengan kain yang ada dan menaruhnya di kotak kecil.
Yang lain memanaskan air dan mengisinya di botol karet pemanas. Tetapi botol itu pecah. Karet tidak bertahan lama di udara tropis yang lembab.
Itu adalah botol pemanas yang satu-satunya.
Mereka ada di tengah hutan, jauh dari kota dan tidak ada apotik. Yang dapat mereka lakukan hanya membuat api di tungku di dalam rumah dan menjaga agar bayi itu tetap hangat.
Siang harinya, dokter Helen berdoa bersama anak-anak panti asuhan.
Ia menceritakan tentang bayi yang baru lahir itu, botol pemanas yang pecah dan bahaya kalau bayi itu kena udara dingin. Ia juga menceritakan tentang kakaknya yang menangis terus karena ibunya meninggal.
Ia mengajak anak-anak itu berdoa.
Ruth, seorang anak perempuan, empat tahun umurnya, berdoa spontan dengan suara keras:
“Tuhan, kami mohon kirimkan botol pemanas. Kami butuh segera Tuhan. Kalau besok, bayi itu akan meninggal; jadi kirimkan botol pemanas itu sore ini, Tuhan.”
Dokter Helen tersentuh oleh keterusterangan doa anak itu.
Ruth menambahi: “Tolong Tuhan, kirim juga boneka untuk kakaknya, sehingga dia tahu bahwa Tuhan sayang pada dia.”
Dokter Helen berpikir, apakah dia dapat dengan tulus menjawab Amin atas doa Ruth?
Tuhan hanya dapat menjawab doa Ruth dengan mengirimkan bingkisan dari Inggris, kampung halaman dokter Helen.
Dia sudah bekerja di Zaire selama empat tahun, belum pernah pulang dan belum pernah menerima bingkisan. Dan kalau pun ada bingkisan, siapa yang akan mengirimkan botol pemanas ke Afrika yang panas?
Sore harinya, dr. Helen mendapat bingkisan. Segera dr. Helen bersama anak-anak panti membuka bingkisan itu.
Ada baju, ada perban untuk pasien penyakit lepra, ada kue kering dan lalu dr. Helen mengangkat dari kotak itu… Ada botol pemanas dari karet yang baru.
Ruth segera berseru: “Kalau Tuhan kirim botol pemanas, pasti juga mengirimkan bonekanya.”
Segera ia membongkar sisa bingkisan dari kotak itudan mengeluarkan sebuah boneka cantik. Ruth yang tidak pernah meragukan Tuhan, segera minta izin untuk memberikan boneka itu kepada anak yang menangis itu untuk menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sayang kepadanya.
Bingkisan itu sudah dikirimkan lima bulan yang lalu, dari guru Sekolah Minggu teman dr. Helen, yang entah bagaimana mengirimkan botol pemanas dan seorang anak yang menaruh bonekanya untuk dikirimkan kepada seorang gadis Afrika – lima bulan sebelumnya – untuk menjawab doa penuh iman seorang anak yang memohon agar dikirimkan sore ini juga. Yes 65: 24.
Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya.” (Ref: Author Unknown: A Little Girls Prayer).
Pengalaman dipanggil
Ada banyak cerita pengalaman iman seperti ini yang pernah kita dengar atau alami. Kadang kita mimpi bertemu Tuhan Yesus, ibu Maria atau mengalami kejadian luar biasa dan sebagainya.
Tetapi terhadap semua pengalaman kehadiran Tuhan itu, yang penting bukan pengalaman itu sendiri; yang pokok adalah apa yang terjadi pada kita, yang mengalami atau yang mendengar kesaksian itu?
Nabi Yesaya merasa takut dan kotor; tetapi malaikat membersihkan bibirnya dengan bara api dan Yesaya siap untuk diutus.
Petrus takut, minta supaya Yesus pergi menjauh. Tetapi Yesus menyatakan bahwa ia dan teman-temannya akan menjadi penjala manusia.
Mereka meninggalkan perahu dan ikan yang begitu banyak yang menjadi kebutuhan dan pegangan hidup utama mereka dan pergi mengikuti Yesus.
Kemudian mereka dipilih menjadi rasul dan mengikuti Dia.
Pertumbuhan iman yang sejati ditandai dengan rasa gentar, tidak layak dan pertobatan, yang kemudian tumbuh kesediaan untuk diutus, merasul dan mengikuti Tuhan Yesus.
Dan banyak orang lain yang juga mengalami Yesus menjadi percaya dan mengikuti Dia.
Kita kenal Bartolomeus, Maria Magdalena, Yairus, Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea.
Mereka kita kenal karena nama mereka disebut dalam Injil.
Artinya mereka ada atau dikenal oleh umat di mana Injil itu ditulis.
Ada banyak orang yang mengalami dan mendengar tentang Yesus. Tapi, mereka tidak dikenal oleh penulis Injil.
Contoh orang yang tidak berubah sesudah mengalami Yesus: orang-orang yang sudah makan roti yang diperbanyak Yesus, dicatat oleh Yohanes, mereka tidak percaya dan meninggalkan Dia. Puncak penolakan kepada Yesus dilakukan Yudas Iskariot.
Kepada para rasul, Yesus berpesan: Jangan bangga karena kuasa dan pengalamanmu. Tapi berbahagialah karena namamu tercatat di surga.
Pertumbuhan rohani
Petrus dan teman-temannya, mengalami pertumbuhan rohani: bertobat, berani meninggalkan kapal, jala dan ikan berlimpah dan memilih mengikuti Yesus.
Tidak berarti bahwa jadi nelayan itu cara yang salah. Para rasul masih mempunyai perahu-perahu mereka.
Sesudah Paskah, mereka masih menangkap ikan. Tetapi pusat perhatian mereka adalah mengikuti Yesus dan melayani Dia.
Tanpa mereka sadari, mereka membuka jalan bagi orang lain untuk mengikuti Yesus juga; sampai sekarang ini.
Saatnya sekarang bagi kita
Kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus.
Kita adalah orang-orang yang juga mendapat sedikit pengalaman rohani kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Tetapi apakah kita juga tumbuh dalam pertobatan dan kesediaan iman mengikuti Dia?
Atau kita sekedar bangga akan pengalaman rohani itu dan tidak tergerak untuk bertobat dan berubah semakin mengikuti Yesus?
Semoga nama kita tercatat di surga. Amin.