BAGAIMANA persisnya ”profil” Allah di mata Ignatius? Gambaran Allah menurut Ignatius muncul seiring dengan perkembangan perjalanan hidup batinnya. Sebelum “pengalaman Manresa,” Allah dia alami sebagai pribadi yang suka mengawasi seluruh langkah hidupnya dan siap menghukumnya bila ia berbuat kesalahan. Karena itu, Ignatius merasa tersiksa dan dibebati dengan perasaan skrupel yang begitu mendalam lantaran masih ”menyimpan” litani dosa yang terlupakan dibawa ke kamar pengakuan.
Selain itu, Ignatius juga yakin benar bahwa Allah yang dia imani akan memberi apa yang dia mohon, asalkan ia melakukan hal-hal tertentu dengan seksama dan penuh keyakinan. Itulah kiranya mengapa Ignatius juga tidak segan-segan melakukan berbagai macam puasa yang begitu keras dibarengi dengan doa selama berjam-jam setiap harinya.
Bahkan terkesankan kalau Allah ini bisa dia ”paksa” untuk memberi apa yang dia minta pada waktu yang dia inginkan. Demi itu, Ignatius rela memutuskan untuk tidak makan dan tidak minum sampai apa yang dimintanya akhirnya dikabulkan oleh Allah.
Rupanya ia juga percaya bahwa Allah berkenan terhadap orang yang tidak mencintai dirinya. Barangkali inilah salah satu sebab mengapa Ignatius tidak mengurus rambut dan kukunya. Bbahkan ia juga tidak memperhatikan kesehatannya dengan tidak menyediakan waktu untuk tidur yang cukup maupun makan sesuai dengan kebutuhan badan.
Allah, Sang Guru
Pengalaman Manresa dan pengalaman-pengalaman lain yang terjadi di dalam hidupnya, ternyata secara pelan namun pasti mengoreksi gambaran di atas.
(1). Ignatius merasakan bahwa Allah bagaikan seorang guru yang dengan penuh pengertian dan kesabaran mengajari seorang muridNya sampai murid itu benar-benar paham akan rahasia-rahasia di dalam hidupNya. Kesabaran Allah dalam menuntun dirinya (dan semua umat-Nya) untuk memperbaiki hidupnya (dan hidup kita) juga dituturkan oleh Ignatius itu dalam buku Latihan Rohani.
(2). Ia mengalami bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta yang penuh kasih-sayang. Allah ini juga menghendaki agar semua makhluk ciptaanNya mengalami bahwa hidup mereka dipenuhi oleh rasa dan semangat kasih-sayang.
(3) Allah dialami oleh Ignatius sebagai Allah yang penuh kerahiman dan pengampunan. Allah yang diimani oleh Ignatius adalah Allah yang tidak mungkin membatalkan janjiNya untuk menyelamatkan umat-Nya.
Kendati Allah dapat saja menghukum umatNya yang penuh dosa, namun hal itu tidak dilakukanNya. Justru sebaliknya, Allah mengampuni mereka serta memberikan kehidupan yang baru kepada mereka lewat Yesus, PuteraNya.
(4). Allah yang diimani oleh Ignatius adalah Allah yang selalu bertindak berdasarkan situasi dan kebutuhan umatNya. Ketika melihat dan menyadari bahwa umatNya dibelenggu oleh kemalangan dan bahaya kematian akibat dosa-dosa mereka, Allah tidak duduk bertopang dagu di surga. (Bersambung)
Romo Ignatius L. Madya Utama SJ, pastor Yesuit dan dosen teologi STF Driyarkara Jakarta dan Pusat Pastoral Yogyakarta.