Yoh 15:12-17
SEORANG guru rohani pernah berkata, “Seandainya orang-orang di dunia ini, bisa menjadi sahabatnya Tuhan maka, orang-orang tidak perlu lagi repot-repot membentuk lembaga KPK, kepolisian, kejaksaan, pengadilan dll.
Orang tidak perlu lagi repot membuat konferensi soal lingkungan hidup, kelangkaan pangan, wabah penyakit, kesehatan, gencatan senjata dan semacamnya.
Namun, dari berbagai lembaga survei dunia fakta yang didapat malah berita “keprihatinan dan kesakitan warga dunia” tersebar di mana-mana.
Sekarang, malah dunia pendidikan manusia lebih bersahabat dengan kecerdasan otak. Dunia lebih bangga dengan penemuan sains dan akal budi. Dunia lebih responsif terhadap prestasi akademik.
Ruang kebebasan manusia untuk menaklukkan bumi dan sesama melalui prestasi akademik dibuka terlalu pol. Semua ini, semata-mata dikejar demi pengakuan, harga diri dan ketenaran.
Hidup manusia di zaman sains dan teknologi telah mengubah konsep manusia tentang persahabatan.
Lihat saja, orang lebih betah berjam-jam belajar sains, ngobrol politik, menonton film dll. Waktu “bersahabat” dengan Tuhan satu jam saja, sudah orang anggap boring (bosan).
Mengapa orang tidak begitu betah bersahabat dengan Tuhan? Karena Tuhan tidak seperti setan, bisa menggoda manusia. Di mana saja orang berdoa, di situ pasti ada setan sedang menunggu sambil menyajikan godaan buat mengganggu ketenangan doa.
Sebaliknya, di mana orang tidak berdoa dan bertengkar di situ pasti ada setan dan Tuhan tidak ada.
Untuk beberapa dekade, orang kagum dengan banyak penemuan sains dan teknologi. Namun, kini persahabatan dan kekaguman kita pada sains dan teknologi itu, tidak berdaya pada saat wabah covid-19 meremuk semua akal budi manusia.
Sekarang, sudah nyata kebanggaan manusia terhadap teknologi dan sains, tidak lagi banyak menolong hidupnya dari incaran keganasan dan keberingasan covid-19.
Di mana-mana terjadi kematian masal dan ketakutan masal. Resesi ekonomi global sudah mulai berjalan.
Apakah dunia ini, akan berpunah melalui wabah covid-19? Kepunahan dunia melalui air bah sangat mustahil.
Mengapa?
Karena itu, melawan argumentasi Allah dengan Nuh (bdk. Kej 9:1-17). Salah satu kemungkinan menuju kepunahan dunia, bisa jadi melalui covid-19.
Jadi, sudah tamatlah riwayat dunia. Atau bila pun hal itu tidak terjadi saat ini maka, yang tersisa dan terpilih untuk meneruskan hidup selanjut adalah mereka yang bersahabat dengan Allah.
Persis seperti Nuh, yang selamat dalam peristiwa air bah adalah Dia yang sudah sejak awal membangun persahabatan dengan Allah. Dia yang mengasihi Allah, dialah selamat!
Renugan: Apakah aku sudah menjadi sahabatnya Allah dan sesama?
Tuhan memberkati.