Lentera Keluarga – Tanggungjawab dan Solidaritas

0
678 views

Tahun A-2. Minggu Biasa XIX

Senin,  10 Agustus 2020. 

Bacaan: 2 Kor 9:6-10; Mzm 112:1-2.5-6.7-8.9; Yoh 12:24-26.

Renungan: 

UNTUK menjelaskan makna pemberian diri, Paulus menyampaikan prinsip tabur tuai “orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit pula. Sebaliknya. orang yang menabur banyak akan menuai banyak pula.” Paulus mengungkapkan hal ini kepada jemaat untuk mengingatkan tanggungjawab bersama dan solidaritas terhadap kebutuhan finansial gereja di Yerusalem. Motivasi tanggungjawab adalah bahwa jemaat adalah orang yang berhutang kepada mereka karena “mengambil bagian dalam kehidupan rohani mereka”.  Memberi bukanlah sekedar memberi, tetapi memberi dengan sukacita dan murah hati. Semua itu dilakukan Paulus bukan untuk kepentingan pribadi Paulus, karena Paulus itu mampu mencukupi hidupnya sendiri dengan pekerjaannya, tetapi untuk kepentingan pewartaan misi para misionaris dan pemeliharaan umat yang berkekurangan. 

Faktor finansial merupakan salah satu penggerak penting roda pewartaan injil. Roda hidup gerejapun hidup dari persembahan dan sumbangan umat. Persembahan kita tidak menggunakan prinsip kewajiban perpuluhan tetapi semangat solidaritas dan tanggungjawab bersama bukan hanya secara finansial/material tetapi juga dalam bentuk tenaga dan immaterial yang tidak terhitung jumlahnya. Kita bersyukur bahwa umat kita adalah umat yang sangat murah hati terhadap hidup gereja dan para gembalanya.  Di masa pandemi ini, dimana kesulitan ekonomi, masih banyak umat yang bermurah hati terhadap roda hidup menggereja dan para gembalanya, bahkan berbagi berkat kepada keluarga-keluarga yang berkekurangan di sekitarnya.

Bantuan dan dukungan finansial kita kepada gereja dan para gembalanya adalah lebih kepada dukungan karya dan tentunya dipikirkan untuk kelangsungannya. Jangan sampai finansial berkuasa dalam karya gereja atau tarekat sehingga mengubah kebijakan pastoral dan membuat hidup para gembalanya melenceng dari penghayatan hidup dan tugas pokoknya.  Kita sebagai umatpun perlu berpikir panjang, supaya apa yang kita buat sekarang untuk gereja itu ada tindaklanjutnya dan terjamin, sehingga tidak menjadi beban finansial di kemudian hari. Investasi ke karya pastoral seharusnya jauh lebih utama daripada investasi dan perawatan bangunan dan biaya belanja intern. Uang gereja bukan untuk proyek-program atau “bancakan” seakan-akan kita telah bekerja keras dan melayani gereja dan kita berhak mendapatkan sedikit kenikmatan. Kita persembahkan kenikmatan itu, kita kembalikan kepada gereja.  

Sebagai gembala dan religius, selain berharap dari persembahan, kitapun mempunyai kewajiban untuk bekerja secara profesional. Cara hidup kita dan pekerjaan/pelayanan bukanlah untuk kita sendiri; kita bertanggungjawab terhadap hidup karya kerasulan yang dipercayakan gereja kepada kita, hidup dan perkembangan tarekat, seminari dan mereka yang sudah berusia lanjut serta saudara-saudara kita yang berkekurangan. Kadang kita perlu berusaha sendiri untuk dapat bertahan dan bekembang dalam karya kerasulan, mencari donatur atau bantuan finansial dari berbagai macam sumber. Semoga cara hidup kitapun semakin dapat dipercaya di dalam kesederhanaan dan uga hari, menjauhkan image dari “pelayan elit – high class”

Sistem ekonomi dan cara hidup menggereja mulai berubah. Di kemudian hari, gereja tidak dapat lagi mengandalkan persembahan umat sukarela. Perlu kita pikirkan dan cari solusi bersama sehingga kebutuhan pelayanan injil dapat berjalan dengan autorunning dan fokus ke pelayanan. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana Paulus berpikir tentang kepentingan pelayanan gereja dan dukungan finansial bagi karya tersebut. 

Refleksi:

Bagaimana aku sebagai umat, gembala atau religius mengambil bagian secara aktif dalam memikirkan, mengusahakan dukungan finansial bagi pengembangan iman umat dan bentuk-bentuk pewartaan injil secara baru?

Doa:

Ya Bapa, semoga semangat berbagi dan solidaritas semakin tumbuh dalam keluarga dan komunitas kami terutama di masa pandemi ini. 

Perutusan:

Sebagai orang-orang yang bergumul dalam dunia awam dan usaha, dukunglah dan bantulah kebutuhan finansial gereja dengan terobosan-terobosan baru untuk mengusahakan ketahanan finansial dalam karya pelayanan umat dan pengembangan iman kristen. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here