Setia dalam Penantian

0
0 views
Ilustrasi: Menunggu. (Romo Suhud SX)

Selasa, 21 Oktober 2025

  • Rm. 5:12, 15b, 17-19, 20b-21.
  • Mzm. 40:7-8a, 8b-9, 10, 17.
  • Luk. 12:35-38

MENJADI hamba berarti memiliki hati yang siap sedia, bukan hanya ketika segala sesuatu berjalan mudah, tetapi juga ketika pelayanan terasa berat dan tidak dihargai.

Seorang hamba sejati tidak menunggu perintah baru ia bergerak; ia peka terhadap kehendak tuannya dan tanggap terhadap kebutuhan sesama.

Bagi seorang hamba pelayanan bukanlah panggung untuk mencari pujian, melainkan ladang untuk menabur kasih.

Seorang pelayan sejati tidak menuntut kenyamanan atau penghargaan. Ia melakukan yang terbaik bukan karena ingin dipuji, tetapi karena sadar bahwa setiap tugas adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan.

Namun pelayanan juga membutuhkan sarana dan prasarana. Bakat, harta, waktu, bahkan tenaga yang Tuhan percayakan kepada kita bukan untuk disimpan, tetapi untuk dipakai bagi kebaikan bersama.

“Jangan pelit,” bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam perhatian, kesabaran, dan kasih. Semakin banyak yang Tuhan berikan, semakin besar pula tanggung jawab kita untuk menggunakannya dengan bijaksana.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang.”

Berjaga-jaga bukan berarti hidup dalam ketakutan, melainkan dalam kesadaran dan kesiapan hati. Seorang hamba yang berjaga-jaga tahu bahwa tuannya bisa datang kapan saja, sehingga ia tidak bermalas-malasan atau menunda perbuatan baik.

Ia tetap setia bekerja, melayani, dan menjaga hatinya tetap bersih. Ia tidak menunggu tanda besar, tetapi melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.

Tuhan memanggil kita untuk menjadi hamba yang selalu siap, bukan karena takut dihukum, tetapi karena cinta. Berjaga-jaga berarti hidup dengan kesetiaan setiap hari, tidak hanya saat dilihat orang, tetapi juga ketika tidak ada yang memperhatikan.

Itu berarti menjaga hati tetap tulus, iman tetap menyala, dan kasih tetap hidup.

Ketika Tuhan datang, entah melalui panggilan pelayanan, ujian hidup, atau saat kematian menjemput, Ia akan mendapati kita bukan sedang tertidur dalam kesenangan dunia, tetapi terjaga dalam kesetiaan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah saya menggunakan waktu, talenta, dan berkat yang Tuhan berikan dengan bertanggungjawab?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here