Sabtu, 20 April 2024
Kis 9:31-42;
Mzm 116:12-13,14-15.16-17.
Yoh 6:60-69
DALAM kehidupan ini, sangatlah penting untuk saling mendukung dan hadir dalam keadaan baik maupun buruk.
Dengan menyadari bahwa kita tidak hanya ada saat butuh saja, kita sebenarnya menunjukkan bahwa kehidupan ini hanya akan bisa terbangun baik jika kita bukan hanya menerima dukungan saat kita membutuhkannya, tetapi juga memberikan dukungan dan hadir dalam keadaan baik serta buruk kepada sesama kita.
“Sebagai pengikut Yesus, kadang iman saya diuji oleh keadaan nyata untuk tetap setia pada-Nya,” kata seorang ibu.
“Ujian itu kadang tidak datang dari agama lain atau orang lain yang beda keyakinan denganku, melainkan dari orang-orang yang terdekat denganku, keluargaku sendiri. Misalnya saat suamiku mengecewakanku, dengan kejatuhannya, apakah aku masih bisa menyelesaikan masalah ini sesuai dengan kehendak Tuhan, atau aku ikuti perasaan dan kekecewaanku?
Terlalu mudah bicara soal pengampunan tetapi pada kenyataannya sangat berat dan sulit melaksanakan dan memberi pengampunan pada suami yang bersalah. Saat seperti itulah aku merasa bahwa aku harus tinggal bersama Tuhan, belajar dari salib dan derita Tuhan,” papar ibu itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Mengikut Yesus mendapat tantangan pada saat hidup ini tidak sedang baik-baik saja. Saat segalanya menuntut kita memilih kesetiaan pada ajaran Tuhan atau nilai di luar Tuhan.
Sering kali ada air mata yang mengalir di pipi bukan keindahan hidup yang bergelimang mukjizat. Ketika kondisi menjadi sulit, di sinilah kesetiaan kepada Yesus diuji. Yang lebih sulit lagi, Yesus sering tidak berusaha membuat ajarannya menjadi lebih lunak dan mudah dicerna.
Kita mungkin juga tak seharusnya menampilkan kehidupan Kristen yang gampangan. Hal itu hanya akan menghasilkan kekecewaan pada orang yang mengejar mukjizat atau sekadar ingin menjadi penikmat.
Memilih kehidupan yang berbeda dari dunia memang menghasilkan berbagai tantangan. Lebih mudah ikut arus ketimbang mengikut Yesus yang sering menuntun pada banyak keputusan sulit. Hidup kristiani yang sejati membutuhkan komitmen dan kesetiaan yang akan teruji pada saat-saat sulit.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku akan meninggalkan Tuhan dengan memilih jalan lain?