Kalau Tuhan Maha Pengasih, Mengapa Ia Membiarkan Penderitaan?

0
311 views
Ilustrasi: Memberi pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh Pastor Frans MSC.

MIMPI pada saat istirahat siang. Hari ini, saya begitu lelah sampai istirahat siangku, sama seperti tidur semalam yang begitu panjang. Saya bermimpi, bertemu seorang perempuan tua renta sedang memungut kayu api di pinggir sungai.

Saya hendak ke sungai untuk memancing ikan. Tiba-tiba, si nenek tua menyapa saya, “Hei…… Fritz engkau mau ke mana? Mau mandi ya? Awas hati-hati di sungai ada buaya hitam besar. Sebaiknya engkau pulang saja. Mandilah di sungai yang kecil di sebelah kampung.”

Saya sadar dan terbangung sambil bertanya, apa arti mimpiku ini. Siapa nenek tua itu dan apa arti buaya hitam besar? Saya tidak tahu primbon, sehingga tidak bisa menafsir apa arti mimpi saya ini.

Terserah saja. Tetapi seketika muncul pada anganku, prinsip spiritual ini, “Jangan sekali-sekali bimbang di dalam kegelapan tentang apa yang telah Allah katakan kepadamu di dalam terang.”

Dalam konteks  ungkapan ini, saya menyadari bahwa mimpiku “mungkin” merupakan sebuah ajakan, agar saya tidak bimbang dalam kegelapan, tentang banyak hal baik yang disampaikan kepadaku oleh Allah dan sesamaku, dalam keadaan hidup yang dipancari cahaya kebaikan dan kebenaran.

Ya…. saya memang tidak boleh bimbang. Jujur, kadang dalam hidupku, saya merasa derap langkah perjuanganku nampak enteng-enteng saja. Tetapi kadang juga, saya merasa tidak mudah menghadapi kenyataan hidup yang sungguh menekan dan menggetirkan.

Ketika menghadapi kenyataan yang menggetirkan, saya seakan “berjalan dalam kegelapan.” Dan di saat seperti ini, kadang saya tergoda untuk mempertanyakan penyertaan Tuhan yang saya imani, “Kalau Tuhan Mahapengasih, mengapa ia membiarkan penderitaan?”

Saya lupa, bahwa mestinya dalam keadaan “gelap” karena penderitaan, saya tidak boleh bimbang tentang apa yang tuhan telah katakan padaku dalam terang akal budi dan iman.

Saya seharusnya tetap percaya pada-Nya, dengan mengandalkan akal budi dan imanku, di saat saya  mengalami cobaan, tantangan dan penderitaan. 

Dengan mengandalkan dua dasar ini, saya akan tetap percaya kepada Tuhan, walau sedang berjalan dalam terpaan “gelapnya” tantangan dan penderitaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here