Lentera Keluarga – Persaudaraan Baru

0
712 views

Tahun A-2. Pekan Biasa I
Selasa,  28 Januari 2020.
PW. S Tomas dari Aquino, Imam dan Pujangga Gereja
Bacaan: 2 Sam 6:12b-15.17-19; Mzm 24:7.8.9.10; Mrk 3:31-35. 

Renungan:

SEGALA mujijat dan pengajaran yang dibuat Tuhan Yesus  sangat diterima baik oleh banyak orang, tetapi tidak ditentang oleh orang farisi dan ahli kitab, termasuk juga oleh keluarganya sendiri yang tidak mempercayainya. Tidak mengherankan bahwa ay 31 dikatakan oleh Markus bahwa keluarga Yesus, mereka, ada “di luar dan berusaha menemui Engkau”. Mereka ada di pihak mereka yang tidak percaya. Tuhan Yesus menanggapi, “ Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Perkataan Tuhan ini tidak bermaksud untuk menolak keluargaNya, tetapi mau mengajarkan “Kesetiaan kepada keluarga itu penting, tetapi lebih penting lagi adalah kesetiaan kepada Allah.”. Suatu persaudaraan baru yang tidak didasarkan pada darah, keturunan, suku, budaya, status ekonomi, gender, dll. Sebuah cara pendang keluarga yang revolusioner pada jaman tersebut. Persaudaran dalam satu Bapa yang kita kenal dengan gereja. 

Kadang firman Tuhan ini menjadi alasan dan dasar bagaimana orang tua rela kehilangan anaknya yang pindah iman dan kepercayaan; kadang juga menjadi alasan bagi anak pergi dari rumah karena ia memilih iman yang berbeda dari keluarga asalnya. Tentu sikap pengeculian ini kuranglah bijak. Sikap penolakan akan menghasilkan penolakan; permusuhan akan menghasikan permusuhan; kita justru sebaliknya tetap membangun persahabatan yang baik dan mereka; membantu mereka untuk discernment dan mengenal kehendak Allah atas pilihan hidup mereka dan menghormati pilihan mereka. Kita tetap memberikan kepada mereka sebuah keutamaan nilai kristiani melalu pemahaman dan cara hidup kita. 

Untuk pasangan yang mau menikah, kita juga perlu ingat bahwa pilihan iman itu ada di atas semua’. Janganlah goyah di dalam iman atau mengingkari iman yang anda putuskan dengan hati nurani anda untuk dapat menikah dengan orang lain. 

Di tengah masyarakat kita dipanggil untuk bersikap terbuka untuk membangun sebuah persaudaraan lintas iman-percayaan, suku, bahasa, budaya dan bangsa. Persaudaraan yang muncul karena kita ini diciptakan sebagai manusia dari Allah yang sama. Kebersamaan yang menunut kita kuat dalam iman kita sendiri dan berani untuk belajar dari orang lain. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah bagaimana Tuhan Yesus memberikan makna baru tentang keluarga. 

Refleksi:

Apakah perbedaan iman dalam keluargaku menjadi sumber konflik ataukah menjadi kesempatan untuk membangun persaudaraan dalam iman?

Doa: 

Ya Bapa, semoga hati kami selalu terbuka untuk bersahabat dan menerima persahabatan dari semua orang. 

Perutusan:

Wujudkanlah iman anda dalam sebuah persahabatan yang saling mendewasakan, mengarah kebaikan dan penuh kasih. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here