Mengenal Tuhan dari Kisah Manusia

0
2,219 views
ILustrasi: (Ist)

MANAKALA sekali waktu membaca kisah perumpamaan Anak yang Hilang, apa yang kemudian bisa terlintas dalam pikiran Anda?

Ketika pertanyaan itu saya ajukan kepada beberapa teman, beragam pernyataan lalu  saya dapatkan seperti di bawah ini.

Satu teman mengatakan bahwa itu ketidakadilan: kok anak yang hilang yang notabene sudah menghabiskan jatah warisannya di luar negeri, mudik malah dipestakan. Teman lain berpendapat hampir mirip, tetapi ketidakadilannya dilihat dari sisi anak sulung yang setia berada di usaha keluarga, rajin dan dapat diandalkan, kok yah tidak pernah dipestakan seperti adiknya.

Teman lain menimpali, iya tuh, kok orangtua mereka pilih kasih.

Ketika saya membaca buku ini saya tersadar ada perspektif yang luput saya dan teman-teman perhatikan.

Persepsi kuat mengenai hukuman dan pahala mendasari pemikiran bahwa ketidakadilan telah terjadi dalam cerita perumpamaan tersebut. Bila orang melakukan kesalahan, dia layak dihukum; sebaliknya orang yang melakukan kebajikan, akan mendapat pahala.

Romo Agustinus Gianto SJ, sang penulis buku kumpulan refleksi Kisah Manusia, Kisahnya Tuhan, menjelaskan dengan gamblang dan sistematis sehingga pembaca akan menjadi ngeh maksud Yesus dengan perumpamaan tersebut.

Romo A. Gianto SJ dengan keahliannya menguasai bahasa-bahasa asli Kitab Suci memang menelusuri teks sampai ke teks aslinya (bahasa Aram dan Hibrani), bukan sekedar merefleksikan Kitab Suci versi Bahasa Indonesia yang pada umumnya kita baca.

Kembali ke perumpamaan Kisah Anak Hilang itu, menurut Romo A. Gianto, teks itu menggambarkan kebesaran hati Tuhan yang mencintai si bungsu yang “pendosa” dan si sulung yang “kaku hati”.  Tuhan tidak duduk mengadili lalu memberi hukuman. Tuhan malah menyongsong keluar orang yang remuk hatinya. Tuhan  juga tidak mencela tetapi berusaha bernalar dengan orang yang kurang puas hatinya.

7 refleksi kritis

Buku ukuran novel ini dengan tebal 120 halaman ini memuat 7 buah refleksi atas kisah dalam Kitab Suci, ditambah satu selingan tentang arti nama keempat penulis Injil dan dilengkapi tanya jawab tentang bekal dan puasa.

Kita diajak melihat lebih jauh dan lebih jernih kisah-kisah tersebut. Seperti mengapa Yesus memisahkan orang bisu yang disembuhkannya (Mrk 7:31-37) mengapa Yesus melarang orang-orang menyebarkan penyembuhan tersebut. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati juga diulas dengan lugas dan terinci. 

Di samping itu perumpamaan membajak tanah dan Kerajaan Allah, peristiwa ikan yang mengulum mata uang 4 dirham.

Kisah-kisah anak manusia ternyata juga bisa merefleksikan Tuhan kita yang dengan tepat digunakan oleh penerbit Kanisius (2011) sebagai judul nama buku ini: Kisah Manusia, Kisahnya Tuhan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here