DALAM setiap komunitas, apalagi di PUKAT -yang penuh dengan semangat pelayanan dan persaudaraan- pertemanan
adalah harta yang tak ternilai.
Kita saling menyemangati, berbagi visi, bahkan terkadang saling mengisi kekosongan yang tidak mampu ditambal di tempat lain.
Namun, dalam kehangatan itu, kita perlu satu sikap penting: rasionalitas dalam menjalin dan menjaga pertemanan.
Mengapa?
Karena kasih tak berarti lemah,
karena setia kawan tak harus selalu berkata “iya”,
dan karena membantu teman tak sama dengan membenarkan semua tindakannya.
Kadang, kita begitu ingin menjaga harmoni, sampai lupa menegakkan batas.
Kita ingin jadi teman yang baik, sampai tak berani menolak permintaan yang tidak sehat.
Kita menahan teguran yang perlu, karena takut disalahpahami.
Padahal, persahabatan sejati justru lahir dari kejujuran dan kedewasaan.
“Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” (Yakobus 1:19)
Bersikap rasional bukan berarti kehilangan kasih.
Sebaliknya, justru karena kasih itulah, kita memilih untuk berpikir jernih,
menolong dengan bijak, dan menjaga keseimbangan antara hati dan akal.
Dalam PUKAT, kita belajar bahwa pertemanan yang kuat
adalah pertemanan yang bisa saling menegur tanpa saling menjatuhkan,
saling menopang tanpa saling menuntut.
Komunitas sehat lahir dari pribadi-pribadi yang tulus, cerdas,
dan berani berkata “cukup” di saat yang tepat.
“Teguran yang diberikan secara terbuka lebih baik dari pada kasih yang disembunyikan.” (Amsal 27:5)
Jadi, bila suatu hari kamu merasa sungkan menolak permintaan teman,
ingatlah: kadang menolak bukan berarti menjauh,
tapi cara dewasa untuk menjaga hubungan tetap utuh.
“Karena Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7)
Mari bertumbuh jadi pribadi Katolik yang utuh – yang hatinya penuh cinta,
namun langkahnya dipandu akal sehat dan nilai-nilai Kristiani.
Karena di PUKAT, kita tak hanya membangun jaringan,
tetapi juga karakter dan keutuhan panggilan hidup.
Ferry Jusuf
14.06.25
Baca juga: Ikan besar vs. ikan kecil