Air Susu Dibalas Air Tuba

0
669 views
Ilustrasi - Tidak tahu diri dan berterimakasih. (Ist)

Selasa, 27 Juli 2021

Kel. 33:7-11;34:5b-9.28.
Mat. 13:36-43.

KETIKA kita telah berjalan dalam kebenaran, namun tetap saja ada masalah datang menghampiri, jangalah menyalahkan diri sendiri.

Kadang permasalahan menjadi pengingat bahwa kita masih harus bekerja teliti dan hati-hati serta senantiasa mengingat akan kerapuhan hidup yang kita miliki.

“Saya tidak tahu lagi harus bagaimana Pastor,” kata seorang bapak dengan nada pasrah disertai rasa kecewa.

“Kadang dalam situasi seperti ini, bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa akan lebih baik daripada melakukan tindakan yang serampangan,” jawabku berusaha menenangkannya.

“Bagaimana saya bisa tenang dan diam? Saya dikejar-kejar debt colletor, bahkan mereka meneror saya sampai ke kantor,” sahutnya.

“Padahal saya sama sekali tidak ada urusan pinjam-meminjam dengan mereka. Adik iparku yang meminjam uang itu. Namun kurang ajarnya, dia menggunakan data-dataku. Setelah itu dia minggat,” tuturnya.

“Sekarang kami tidak tahu rimbanya. Ia kabur,” lanjutnya.

“Mengapa bisa terjadi seperti itu?” selaku.

“Dia dapat data-dataku, waktu dia saya minta menggurus balik nama tanah yang baru saja kami beli. Dia menggunakan KTP saya dan Kartu Keluarga untuk meminjam uang,” jawabnya

“Sekarang istreiku merasa sangat bersalah, dan malu karena perbuatan adiknya yang sangat ngawur ini,” lanjutnya

“Padahal istriku sangat sayang padanya. Atas permintaan isterikulah dia tinggal bersama kami setelah rumah tangganya berantakan. Dia ditinggal oleh isteri dan anaknya,” lanjutnya.

“Selama ini, saya berusaha baik dan mencukupi kebutuhannya. Bahkan isteriku melibatkan dia untuk urusan keluarga,supaya ada kesibukan,” kisahnya.

“Namun, kebiasaan buruknya tidak bisa dia tinggalkan, dia judi online dan terlilit utang, hingga pinjam uang seperti itu,” katanya.

“Mau lapor polisi bagaimana pun dia adik ipar. Dan saya tidak tega melihat isteriku menderita. Namun, jika dibiarkan, dia tidak akan pernah bisa belajar dari masalah yang dia ciptakan. Dan kemungkinan besar akan kembali membuat masalah yang sama,” lanjutnya lagi.

“Sudah sepantasnya setiap perbuatan dipertanggungjawabkan, termasuk adik ipar bapak, sedapat mungkin harus dibantu untuk bertanggungjawab,” usulku.

“Dengan kabur, bukan berarti masalah selesai. Karena kini orang lain harus menanggungnya,” lanjutku.

“Lebih baik diproses secara hukum. Biar dia belajar bertanggungjawab dan tidak mengulanginya,” lanjutku lagi.

Ada kalanya kita harus mengeraskan hati supaya kebenaran menemukan tempatnya.

Hingga yang salah bisa bertanggungjawab dengan semestinya.

Bagaimana usaha kita dalam menegakkan kebenaran?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here