ADA berbagai jenis gambaran klinis COVID-19 berdasarkan usia orang yang terinfeksi virus ini. Beruntung, anak dan remaja cenderung mengidap penyakit yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 mengalami gejala pernapasan, misalnya batuk, sakit tenggorokan, atau bersin.
Apa yang perlu dicermati pada anak?
Pada beberapa anak mungkin memiliki gejala gangguan perut atau gastrointestinal seperti diare atau muntah, tetapi cenderung lebih ringan. Anak lain mungkin kehilangan indra penciuman atau indra pengecap, bahkan kebanyakan anak cenderung mengalami infeksi tanpa gejala sama sekali.
Pada anak, manifestasi klinis COVID-19 dapat meliputi gejala sistemik di luar sistem respirasi, seperti demam, diare, muntah, ruam kulit, syok, gangguan jantung dan organ lain, yang dikenal sebagai ‘Multisystem Inflammatory Syndrome’ pada COVID-19 (MIS-C).
Untuk itu, para dokter klinisi perlu mengetahui kondisi MIS-C pada anak dan menatalaksanakannya. Apabila menemukan tanda dan gejala MIS-C pada anak, klinisi dapat menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan serologi antibodi.
MIS-C
Pemeriksaan rapid antibodi positif pada anak dengan kecurigaan MIS-C, walaupun hasil PCR SARS-CoV2 negatif, diagnosis MIS-C tetap dapat ditegakkan. Hal ini didasarkan atas manifestasi klinis MIS-C dapat timbul setelah 2-4 pekan pasca awitan.
Tatalaksana klinis MIS-C pada anak mirip dengan pasien dewasa. Pemberian suplemen Vitamin C (1-3 tahun maksimal 400 mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600 mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2 gram/hari; 12-18 tahun maksimal 1,8 gram/hari) dan Zink 20mg/hari atau obat suplemen lain dapat dipertimbangkan untuk diberikan, meskipun ‘evidence’ pada anak belum menunjukkan hasil yang meyakinkan.
Antibiotik empirik lebih disukai yang dosis tunggal atau sekali sehari, karena alasan ‘infection control’, yaitu ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus pneumonia komunitas atau terduga ko-infeksi dengan bakteri.
Selain itu, juga dapat menggunakan Azitromisin 10 mg/kg, hanya jika dicurigai disertai dengan pneumonia atipikal.
Jika COVID-19 dicurigai ko-infeksi dengan virus influenza, dapat diberikan oseltamivir. Untuk bayi < 1 tahun, oseltamivir 3 mg/kg/dosis setiap 12 jam dan untuk anak > 1 tahun diberikan dengan panduan dosis BB < 15 kg : 30 mg setiap 12 jam, BB 15-23 kg: 45 mg setiap 12 jam, BB 23-40 kg: 60 mg setiap 12 jam, dan > 40 kg 75 mg setiap 12 jam.
Terapi definitif untuk COVID-19 masih terus diteliti, namun laporan efektivitas dan keamanan obat antivirus seperti remdesivir, favipiravir, tocilizumab, IVIG, dan plasma konvalesens, sementara ini hanya pada pasien dewasa, sedangkan pada anak masih belum cukup banyak data. Pemberian obat anti SARS-CoV-2 pada anak harus mempertimbangkan derajat beratnya penyakit dan komorbid, serta persetujuan orang tua.
Varian virus SARS-CoV-2 saat ini sudah terdeteksi, tetapi perubahan ini tidak berdampak hebat pada anak dalam hal kemampuannya untuk menularkan atau gejala klinis penyakit yang ditimbulkannya.
Namun demikian, beberapa varian yang disebut “varian yang menjadi perhatian” (variants of concern) membutuhkan lebih banyak penelitian. Gejala klinis penyakit terlihat sama dan tingkat keparahannya juga terlihat sama dengan virus SARS-CoV-2 lainnya.
Varian virus SARS-CoV-2 diidentifikasi pertama kali di Inggris memperlihatkan peningkatan penularan di semua kelompok umur, termasuk anak, di wilayah yang mungkin terkait dengan banyak sekolah yang telah dibuka.
Masih diperlukan banyak penelitian tentang varian virus ini, tetapi penelitian di Inggris tidak menunjukkan bahwa virus tersebut secara khusus menargetkan populasi anak, yang berarti bahwa varian itu tidak menginfeksi anak lebih banyak, dibandingkan virus lain yang sedang mengancam di daerah tersebut.
Cara terbaik untuk menjaga keamanan dan kesehatan anak adalah dengan pencegahan penularan COVID-19, karena vaksinasi belum dapat dilakukan. Memastikan anak memiliki tangan yang bersih dan mereka mampu mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air, adalah hal penting.
Atau dapat juga gunakan cairan oles berbahan dasar alkohol (alcohol-based rub).
Selain itu, orang tua wajib memastikan anak agar mempraktikkan etika batuk, yaitu bersin dan batuk ditutup dengan siku. Anak terkecil yang dapat dilatih adalah sekitar usia dua tahun, mampu untuk terbiasa batuk dan bersin di sikunya.
Etika batuk ini adalah kebiasaan baik yang harus dibentuk sejak anak. Pastikan sesuai dengan usia anak agar anak mengikuti panduan setempat tentang penggunaan masker dengan tepat.
Dengan tangan yang bersih, pastikan masker menutupi hidung dan mulut anak serta anak diajari untuk tidak menyentuh bagian luar masker. Pastikan tangan mereka bersih saat melepas masker.
Selain itu, orangtua wajib berbicara dengan anak sebaik mungkin dalam menjawab pertanyaan mereka.
Ada banyak informasi yang membingungkan dan menakutkan, sehingga ciptakan waktu untuk berbicara dan menjawab pertanyaan mereka secara benar, untuk mengurangi rasa takut anak dan memeilihara optimisme.
Hal penting lainnya adalah mengingatkan anak agar selalu menjaga jarak secara fisik dengan temannya, karena cara-cara itulah yang terbaik untuk mencegah penyebaran SARS-CoV-2 pada anak.
Sudahkah kita bijak mendampingi anak dari bahaya COVID-19?