PERKENALAN saya dengan Benediktus Danang Setianto alias Beni KS ini dimulai dari Kolese Loyola Semarang. Melalui adik kandungnya: Elisabeth “Lisa” Dianasari di SMA besutan para Jesuit di Semarang.
Meski jarang bertemu dengan Beni KS -sebutan Danang Setianto saat di Kolese Loyola- namun nama itu sering beredar di kalangan KEKL (Keluarga Eks Kolese Loyola) – forum silahturahmi para alumni Kolese Loyola Semarang.
Nah, kami akhirnya bisa ketemu gabrus di Kampus Unika Soegijaprata Semarang – perguruan tinggi Katolik yang kini mengambil nama yang lebih mondial: Soegijapranata Catholic University. Terjadi saat digelar dua hari seminar internasional bertema “Preservation of Catholic Documentary Heritage in Indonesia”. Berlangsung di Kampus BSB, medio September 2023 lalu.
Seminar internasional di Soegijapranata Catholic University Semarang
Beni KS dan saya ikut tampil di forum seminar internasional ini. Beni menjadi tuan rumah sekaligus moderator sesi diskusi. Saya menjadi salah satu penanggap paparan dari para narasumber. Para peserta dan narsum ini datang dari Radboud University Negeri Belanda, Soegijapranata Catholic University, Keuskupan Agung Semarang, Museum Misi Muntilan, Mais, Universitas Sanata Dharma, dan sejumlah pimpinan lembaga religius berbasis di Semarang.
Di forum seminar internasional itu, Beni KS terlihat sangat cas-cis-cus ngomong Inggris. Maklum saja. Karena selepas lulus dari SMA Loyola tahun 1986 dan kemudian Fakultas Hukum Undip, Beni KS langsung lanjut studi program S-2 bidang Lingkungan Hidup di Monash University, Australia, dan berhasil mendapat gelar LLM.
Itu ternyata belum cukup. Karena, Beni masih bersemangat ngambil S-2 lagi bidang Hak-hak Asasi Manusia dan mendapat gelar MII di University of Nottingham, UK. Barulah, program doktoral bidang Governasi Lingkungan (Ph.D) berhasil diraihnya di Radboud Universiteit di Nijmegen, Negeri Belanda.
Saat masih anak dan remaja, Beni bersekolah di SD Kebon Dalem, SMP Domeniko Savio (Domsav) yang lokasinya hanya selemparan batu dari Gereja Katedral Semarang. Semua lembaga pendidikan sekolah Katolik ada di Kota Semarang. Besutan religius suster SDP -dulu bernama PI (Penyelenggaraan Ilahi)- dan Kongregasi Bruder FIC.
Garang untuk berkomitmen akan tata nilai
Karena hasil didikan para Jesuit di Kolese Loyola, Beni KS memang dikesankan sangat “garang”. Alias punya komitmen pribadi akan tata nilai sosial-kemasyarakatan. Kesan sekilas itu sudah tampak, ketika kami berdua bertemu tak sengaja di Loyola Day di Kolese Kanisius Jakarta, 27 Agustus 2023.
Kami sudah sering saling pandang. Tapi juga tidak sempat ngobrol pribadi. Yang penting, kami berdua sama-sama punya garis kehidupan “berdarah” Kolese Loyola. Ia murid di Kolese Loyola 1984-1987. Saya menjadi frater wakil pamong kurun waktu tahun 1988-1990 di mana malah ketemu Lisa, adik kandung Beni KS.
Sebagai alumnus Kolese Loyola, saya tak heran kalau Beni KS sangat aktif sana-sini. Di jajaran KEKL, misalnya, ia menjadi anggota Dewan Pembina. Posisi sama juga dia jalani IICD (Indonesia Institute for Corporate Directorship).
Jateng Corruption Watch
Sejarah juga mencatat, Beni KS juga merupakan pendiri dan pemrakarsa muncul dan keberadaan lembaga anti rasuah bernama Jateng Corruption Watch. Ia juga membidani lahirnya Yayasan Amerta Air Indonesia -sebuah LSM yang bergerak memperkuat literasi sumber daya air. Lalu mendirikan Yayasan Inspectus – sebuah LSM yang bergerak di bidang kajian etika dan politik.
Tentang kiprahnya hingga sampai mendirikan Jateng Corruption Watch, Beni KS berujar singkat namun jelas: “Upaya memberantas korupsi itu harus dimulai dari diri sendiri. Harus punya integritas diri. Satu frekuensi antara kata dan perbuatan. Nyambung nyatu,” paparnya.
Di lembaga-lembaga milik Gereja Katolik, Beni KS berkiprah sebagai anggota Dewan Pengawas Yayasan Purba Danarta besutan almarhum Romo Melchers SJ. Juga mengampu fungsi yang sama di Yayasan AlertAsia -sebuah LSM riset untuk kesehatan masyarakat.
Tetap mengajar di Soegijapranata Catholic University
Meski aktif di banyak organisasi kemasyarakatan, Beni tak lalai akan tugasnya sebagai pengajar di Soegijapranata Catholic University. Sejarah kampus mencatat, Beni pernah mengampu tugas dan fungsi -selain dosen- menjadi Wakil Dekan Keuangan Fakultas Hukum, Wakil Dekan Bidang Mahasiswa dan Alumni, Dekan Fakultas Hukum dan Komunikasi.
Di jajaran manajemen universitas, ia menjadi Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan. “Sampai dua kali periode masa jabatan,” papar Beni KS kepada Sesawi.Net di Hari Imlek 2024 ini.
Beni KS mengaku dia sangat menikmati profesinya sebagai pengajar. “Sampai saat ini, saya masih menjadi staf pengajar di Fakultas Hukum dan Komunikasi, Program Magister Lingkungan dan Perkotaan serta Program Doktor Ilmu Lingkungan,” paparnya kemudian. (Berlanjut)
Baca juga: Benediktus Danang Setianto: Nyaleg Bermodal Integritas, Pentingnya UU Pembuktian Terbalik (2)