Puncta 08.10.22
Sabtu Biasa XXVII
Lukas 11: 27-28
LULUH lantak hati Dewi Kunti Talibrata, ketika Karna berpamitan menuju medan perang Kurusetra. Inilah pertemuan terakhir antara ibu dan anak.
Karna lahir dari rahim Dewi Kunti. Namun sejak kelahirannyam Karna tidak pernah merasakan air susu seorang ibu.
Kunti belum pernah menyusui anaknya inim karena setelah dilahirkan, bayi yang masih merah itu dibuang di Sungai Gangga demi menjaga nama baik keluarga dan Kerajaan Mandura.
Karna kemudian dipelihara oleh Adirata, kusir Kerajaan Hastina.
Pada pertemuan terakhir ini, Karna berpamitan kepada Dewi Kunti bahwa ia akan maju perang melawan adik-adiknya sendiri yakni para Pandawa. Puntadewa, Bima dan Arjuna adalah putera-putera Kunti juga.
Betapa hancur hati seorang ibu melihat perang antar saudara. Karna melawan Arjuna. Mereka berasal dari rahim yang sama.
Karna berada di pihak Kurawa, karena sejak kecil ia dipisahkan dari cinta seorang ibu. Ia lahir dari Kunti, tetapi ia tidak dipelihara oleh Kunti.
Karna tidak punya perasaan bahwa Kunti adalah ibunya. Seorang wanita tidak hanya melahirkan, tetapi juga mesti memelihara kehidupan dengan air susunya.
Karena perbuatannya itu, Kunti harus melihat anak-anaknya saling membunuh. Hati Kunti seperti diiris-iris pedang tajam. Penderitaan yang tak terkira melihat Karna dan Arjuna berperang.
Hati seorang ibu akan bangga melihat anak-anaknya berhasil. Dia akan merasa hidupnya menjadi sempurna karena kesuksesan buah hatinya.
Anak-anak adalah kebanggaan hati seorang ibu. Jerih payah pengurbanannya selama ini tidak sia-sia melihat anak-anaknya bahagia.
Begitulah ungkapan hati seorang perempuan kepada Yesus, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.”
Perempuan itu memuji Maria, ibu yang telah melahirkan Yesus.
Namun jawaban Yesus berbeda, tidak sama seperti pikiran perempuan itu.
Yesus mengatakan, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.”
Yang berbahagia menurut Yesus bukan soal kesuksesan lahiriah, apa yang nampak di depan mata. Tetapi kebahagiaan muncul karena bisa mendengarkan firman Allah dan melakukannya.
Yang membuat kita bahagia itu bukan dipuji orang, karena itu bisa membuat kita takabur dan sombong. Tetapi karena kita boleh memahami rencana dan kehendak Tuhan, serta bisa melakukannya untuk membuat nama-Nya makin dimuliakan.
Mari kita terus “maneges” mempertajam kepekaan hati kita agar makin mampu memahami firman Tuhan dan melaksanakannya.
Kopi susu diminum panas-panas,
Kopinya habis tinggal gelasnya.
Kasih ibu tak akan dapat terbalas,
Berbuatlah baik untuk membalas kasihnya.
Cawas, berbahagialah engkau ibu…