Hari Anak Misioner Sedunia, Pentingnya Anak Menarasikan Cita-cita dan Keteladanan

0
743 views
Pentingnya Anak Menarasikan Cita-cita dan Keteladanan di perayaan Hari Anak Misioner di Gereja Santo Paulus Paroki Kleca Solo. (FX Juli Pramana)

PERINGATAN Hari Anak Misioner Sedunia tahun ini dirayakan di paroki-paroki hari Minggu tanggal 8 Januari 2023. Peringatan ini bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan kepada tiga raja atau Epifani. Ini guna bisa memberikan inspirasi untuk menuntun anak-anak kepada Yesus.

Peringatan Hari Anak Misioner Sedunia di Gereja Santo Paulus Paroki Kleca Solo dilakukan dalam bentuk Perayaan Ekaristi.

Dengan mengajak beberapa petugas liturgi dari kalangan anak-anak, parade drum band dari gereja menuju ruang Aula Berthier; lalu dilanjutkan pentas seni dan final lomba story telling bagi anak-anak PIA serta remaja PIR.

Anistia Christiana, seorang pendamping PIA, kepada Sesawi.Net mengungkapkan, setelah ekaristi anak-anak sengaja diajak parade dengan iringan drum band dari dalam gereja menuju Aula Berthier.

Parade anak-anak dari gereja menuju aula dilakukan saat berlangsung perayaan Hari Anak Misioner di Paroki Kleca Solo. (FX Juli Pramana)

Ini ditempuh agar supaya umat tahu bahwa hari itu lagi ada perayaan Hari Anak Misioner di Paroki Kleca. “Kami sadar, masih banyak umat yang tidak tahu apa itu Hari Anak Misioner,” kata Kak Anis.

Lebih lanjut, Kak Anis memberi gambaran acara yang digelar; selain parade dari dalam gereja menuju Aula Berthier, juga ada program acara

  • Gelaran mayoret dari PIA.
  • Modern dance dan balet juga dari PIA.
  • Nyanyian dari PIR yang ditampilkan oleh pemenang juara 1 lomba Mazmur HAM Keuskupan Agung Semarang.
  • Permainan gerak dan lagu.
  • Final lomba story telling.

“Kami memilih story telling untuk PIA dengan tema cita-cita; untuk peserta remaja dengan tema Santo-Santa Teladanku,” ungkap Kak Anis.

Harapannya agar sejak kecil  anak-anak sudah mulai belajar menentukan cita-cita atau membangun mimpinya. Juga punya tujuan atau misi di balik cita-citanya.

Sedangkan melalui lomba story telling tentang teladan Santo-Santa, diharapakan para remaja Katolik mempunyai figur teladan atau contoh tokoh panutan dari kalangan Orang-orang Kudus yang bisa dijadikan teladan hidup.

Aneka kegiatan dilakukan oleh Paroki Kleca Solo untuk merayakan Hari Anak Misioner. (FX Juli Pramana)

Menarasikan cita-cita dan keteladanan

Formatio Iman Berjenjang (FIB) bagi anak-anak (PIA) dan remaja (PIR) mendapat perhatian Gereja. Anak-anak, remaja, orang muda merupakan generasi sekarang dan mendatang. Mereka berada di masa dunia sekarang, tetapi mereka akan menjadi penerus masa depan Gereja, bangsa, dan dunia.

Mereka menjalani hari-hari sekarang dengan berbagai dinamika hidup pribadi, keluarga, sekolah, lingkungan, Gereja, masyarakat dan dunia.

Di satu sisi, mereka berjalan bersama dengan situasi kontekstual yang melingkupi hidup mereka. Di sisi lain, sadar atau tidak mereka harus memformat masa depannya sebagai penerus Gereja, bangsa, dan dunia.

Peserta lomba story telling dalam rangka perayaan Hari Anak Misioner di Paroki Kleca Solo. (FX Juli Pramana)

Melalui program pendampingan iman, anak dan remaja diajak menyadari pentingnya memformasi dirinya demi kelanjutan perjalanan hidup mereka.

PIA dan PIR menjadi salah satu jalan untuk mempersiapkan perkembangan iman dan sosialitas menggereja.

Jika anak-anak dan remaja diajak menarasikan cita-citanya dan juga menarasikan keteladanan para Santo Santa, ini merupakan pemantik mengenali dan membiasakan diri untuk bercerita, berbagi, mengungkapkan syering.

Pada akhirnya, mereka bisa menemukan simpul  jatidiri mereka

Membiasakan bercerita

Anak-anak, remaja, orang muda, orangtua pada dasarnya suka bercerita. Suka menceritakan dan membagikan pengalaman hidupnya. Bercerita, menarasikan kisah, syering bisa dilakukan secara lisan, tertulis; juga secara langsung maupun tidak langsung; dengan atau pun tidak dengan media.

Bercerita menjadi jalan untuk membagikan isi hati, pendapat, refleksi, reaksi, maupun segala apa yang ada di dalam diri seseorang agar diketahui orang lain, didengarkan, diberi tanggapan, diberi peneguhan bahkan dibantah.

Dengan cara bercerita dalam konten anak menarasikan cita-cita dan menarasikan keteladanan, maka hal ini menjadi sarana belajar membagikan cerita dengan konten kebaikan, kesungguhan dan pemurnian niat.

Membiasakan diri anak-anak bercerita. (FX Juli Pramana)
Story telling menjadi sarana bagi semua orang untuk membiasakan diri berkisah. Ini dilakukan oleh Paroki Kleca Solo saat merayakan Hari Anak Misioner 2023. (FX Juli Pramana)

Sama sekali bukan untuk membuat follower atau viewer meningkat banyak. Namun demi penerima cerita bergembira. Juga bercerita dengan konten kebaikan bahkan konten “pewartaan” akan menjadikan anak dan remaja semakin menyadari bahwa kebaikan tetap harus dilakukan; di tengah maraknya konten “ngeprank” dan hanya sebatas hiburan semata.

Konten Formatio Iman Berjenjang (FIB) di era sekarang, anak-anak dan remaja bahkan OMK (PIOM), orang dewasa (PIOD) dan orang usia lanjut (PIUL) perlu diberi suasana dan sarana untuk masuk ke dunia sekarang yang riil bisa berjumpa. Juga untuk bisa bertatap muka, bertemu dalam dunia nyata untuk saling bercerita, syering, meneguhkan satu sama lain.

Bahkan memberikan cerita “pewartaan” hidup (beriman) mereka. Tantangan keengganan tentu akan menyertai pembiasaan saling bercerita dan syering ini.

Dengan cara mendengarkan, membaca, melihat dan mencerna “cerita pewartaan” zaman dulu bisa sampai pada kita, kita bisa meneruskan “cara bercerita” sebagai bentuk pewartaan. 

Story telling menjadi sarana meneruskan cara pewartaan yang baik. Ini perlu semakin dibiasakan di kalangan anak-anak, remaja, orang muda, juga orangtua. Story telling, narative experience, cerita pengalaman menjadi alternatif jalan menjalankan tugas misioner.

Hari Anak Misioner menyediakan kesempatan untuk berefleksi; menarasikan cerita-cerita pengalaman dan harapan.

.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here