Jalinan Erat Kasih Allah

0
94 views

Minggu, 15 Juni 2025

Ams. 8:22-31,
Mzm: 8:4:-5.6-7.8-9
Rm. 5:1-5
Yoh. 16:12-15

HARI ini, Gereja merayakan misteri yang agung dan mulia: Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Bapa, Putera, dan Roh Kudus, satu Allah dalam tiga Pribadi, menjadi dasar iman kita dan sumber kasih yang tak berkesudahan.

Bagi sebagian orang, Tritunggal Mahakudus mungkin terasa seperti ajaran yang sulit dipahami. Namun sebenarnya, Tritunggal bukan hanya soal teologi tinggi, Tritunggal adalah wajah Allah yang hidup dan hadir di tengah-tengah kita, bersama kita, dan dalam diri kita.

Allah kita bukan Allah yang jauh, duduk di takhta-Nya dan membiarkan kita berjuang sendiri. Sebaliknya, Allah berjalan bersama kita:

Sebagai Bapa, Ia menciptakan kita dengan kasih dan terus menyelenggarakan hidup kita.

Sebagai Putra, Yesus Kristus, Ia turun menjadi manusia, hidup di tengah kita, menderita, wafat dan bangkit untuk menyelamatkan kita.

Sebagai Roh Kudus, Ia tinggal dalam hati kita, menghibur, membimbing, dan menguatkan kita dalam setiap langkah hidup.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberita kan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”

Perayaan Tritunggal Mahakudus mengajak kita untuk menyadari bahwa Allah adalah Allah relasi, Allah kasih yang hidup dalam kesatuan.

Dari sini, kita pun dipanggil untuk meneladan relasi Tritunggal itu dalam hidup sehari-hari. Dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat, kita diajak untuk membangun persatuan, saling mendukung, dan berjalan bersama, bukan saling menjatuhkan atau berjalan sendiri-sendiri.

Yesus tidak hanya menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu, tetapi juga bahwa segala sesuatu dibagikan dalam kasih, tanpa persaingan, tanpa iri hati, tanpa pembatasan.

Dalam kehidupan Tritunggal, kita melihat teladan sempurna dari kasih yang memberi, kasih yang menyatu, dan kasih yang menghidupkan.

Ketika kita bersatu, seperti Tritunggal yang satu dalam kasih, kita menghadirkan keselamatan dan kesejahteraan bagi orang-orang di sekitar kita.

Di tengah dunia yang penuh perpecahan, Allah Tritunggal menjadi model dan kekuatan bagi kita untuk membangun jembatan, bukan tembok.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku membangun kesatuan dengan Allah dan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here