GEDUNG megah dua lantai itu masih dalam proses pengerjaan. Sungguh, sama sekali belum selesai. Barangkali proses pembangunannya baru tergarap hanya sampai 60-70 persen saja.
Tembok-temboknya masih belum diplester. Atapnya juga masih “telanjang”; belum ada plafon yang terpasang. Belum lagi kalau harus melihat lantainya. Di mana-mana serba debu. Sampah bekas adukan semen masih berserakan; terutama di lantai dua bangunan ini.
Baru tahap setengah jadi
Bangunan setengah jadi ini bernama Gedung Karya Pastoral (GKP) Gereja St. Matius Penginjil Paroki Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Sempat terkatung-katung nasib perjalanan pembangunannya.
Bisa sampai terjadi demikian ini hampir selama hampir tiga tahun terakhir ini. Karena pendanaannya ikut juga terkena dampak pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia kurun waktu Maret 2019 sampai 2021. Hingga akhirnya menjadikan proses penyelesaian pembangunan GKP Paroki Bintaro ini benar-benar sempat jadi “merana”.
Karena belum selesai, maka praktis bangunan megah itu juga tidak ada manfaatnya. Kalau pun harus difungsikan sebagai gedung pelayanan pastoral, ya tetap saja tidak “jalan”. Karena semua fasilitas pendukungnya belum ada dan kalau pun sudah ada juga belum bisa terpasang.
Konser di gedung berdebu
Menariknya, justru kondisi GKP Paroki Bintaro yang masih “berserakan” dan berlepotan banyak debu dan sampah bangunan itu malah jadi tempat berlangsungnya Konser Natal bertajuk Come, Let Us Adore Him.
Digelar hari Sabtu malam tanggal 17 Desember 2022 dengan mengusung Avip Priatna sebagai konduktor Jakarta Concert Orchestra. Dengan tetap membawa kelompok paduan suara Batavia Madrigal Singers bersama dua penyanyi solonya: Farman Purnama dan Stefani Yang.
Rupanya gedung dengan tembok dan atap dalam konsisi masih tetap “apa adanya” itu tidak mengurangi degup antusiasme para pemeran utama di balik konser ini.
Juga ratusan penonton yang rela sepatunya menjadi kotor oleh debu semen yang masih tertinggal menempel di lantai di mana kursi-kursi penonton ditempatkan.
Konser Natal untuk misi amal kasih
Justru di situ letak “nilai plus”-nya. Meski berkotor-kotor ria, namun penonton dan pengiring acara rela menghadiri perhelatan konser bukan di gedung megah, tapi di bangunan yang masih setengah jadi.
Maklum saja. Konser amal ini memang didesain untuk mencari dana tambahan. Dengan satu harapan -seperti diungkapkan Pastor Kepala Paroki Bintaro Romo Andreas Sutiyo SX- agar pihaknya mampu menyelesaikan proyek penyelesaian pembangunan GKP Gereja St. Matius Penginjil Bintaro.
Tentulah bagi sebuah konser orkestra serius -betapa pun memang dikemas dengan citarasa menghibur- venue tetaplah isu penting. Tempat digelarnya konser itu mesti juga harus dipermak cantik. Agar memadai dan suara musik bisa tetap “murni”; tidak terkena rembesan aneka suara dari luar.
Tata panggung dan sound system ciamik
Untuk urusan ini, tata panggung menjadi krusial. Apalagi konser ini terjadi di dalam sebuah gedung belum jadi. Dan untunglah, panggung pentas dibuat menarik. Dengan tata lampu warni-warni menarik; berikut dengan kualitas suara super jernih stereo persembahan UPRO Sound & Lighting – vendor spesialias manajemen tata cahaya dan suara.
Hal ini perlu disebut. Karena tanpa adanya jaminan kualitas lighting dan sound system yang mumpuni, maka mutu gelaran konser ini pun pasti juga akan “jatuh” lantaran terkesan datar-datar saja. Betapa pun nama besar konduktor Avip Priatna bersama Jakarta Concert Orchestra dan Batavia Madrigal Singer menjadi pesona utama di balik gelaran pentas musik amal ini.
Itu sungguh terbukti ketika Stefani Yang dengan lengkingan suara merdunya melantunkan tembang Miss You Most dan Mary’s Boy Child yang gaya tampilan musiknya diarasemen oleh Meidy Ratnasari, alumnus Kolese Loyola Semarang (1991).
Performa gaya permainan dan kualitas vokal Stefani sungguh terbantu dengan kualitas sound system yang jernah dan kempling persembahan UPRO ini.
Bisa dibayangkan, betapa pun merdunya suara Farman Purnama saat melantunkan It’s Beginning to Look a Lot like Christmas, namun kemudian bisa menjadi cempreng. Hanya karena sound system kurang joss, maka buyar sudah pentas musik orkestra ini. Untunglah, pengandaian ini tidak berlaku di konser amal kasih ini.
Itu kembali dibuktikan oleh solois berdua -Farman dan Stefani- saat mereka duet mendendangkan Grown Up Christmas List.
Inilah sebuah tembang lawas arasemen besutan David Foster dan kemudian dipopulerkan penyanyi almarhumah Natalie Cole; kurang lebih 20 tahun silam.
“Semoga asa menjadi nyata”
Gelar konser Natal bertajuk Come, Let Us Adore Him ini mengusung tema besar “Merajut Asa Menjadi Nyata”.
Kiranya tembang duet Farman dan Stefani dengan titel Grown-up Christmas List boleh sedikit mewakili getaran emosi untuk melambungkan asa atau harapan tersebut.
So here’s my lifelong wish
My grown up Christmas list
Not for myself but for a world in need
No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, no
This is my grown up Christmas list.
As children we believe
The grandest sight to see
Was something lovely wrapped beneath the tree
But Heaven only knows
That packages and bows
Can never heal a hurting human soul
No more lives torn apart
That wars would never start
And time would heal all hearts
And everyone would have a friend
And right would always win
And love would never end, no.
Kalau saja harapan-harapan itu diletakkan dalam konteks sekarang dan “di sini” alias di Paroki Bintaro Tangsel, maka segudang harapan itu kiranya bisa dijadikan satu tiupan nafas keinginan. Yakni, semoga proyek pembangunan GKP Paroki Bintaro bisa segera rampung.
- Agar -demikian harapan Romo Sutiyo SX dalam paparan videonya- iman anak-anak dan remaja bisa dirawat. Agar banyak orang sakit bisa disembuhkan.
- Agar mereka yang ribut bermusuhan satu sama lain bisa diperdamaikan.
Dan persis itulah misi keberadaan GKP Paroki Bintaro. Didesain untuk karya pelayanan pastoral bagi segenap umat.
Penampilan serba karikatural
Untuk menarik simpati umat dan para pendonor, tentu saja konser amal ini harus dibuat menarik. Setidaknya, dikasting harus bisa menjadi sebuah suguhan tontonan musikal yang tidak membosankan.
Karenanya, agar tidak “ribut” tapi bisa duduk tenang, para penonton dibuat kenyang dulu. Dijamu makan-minum gratis di lantai satu sebelum akhirnya digiring masuk ke gedung konser yang masih berdebu di lantainya.
Di atas panggung, lagu-lagu bernuasa jazzy sangat kental dilantukan oleh Farman Purnama. Sementara, Stefani membawakannya dengan sentuhan pop.
Kemudian, lagu-lagu ceria disertai olah gerak tubuh yang dibawakan secara karikatural dipersembahkan oleh Batavia Madrigal Singers (BMS). Baik oleh BMS Female dengan tembangnya Frosty the Snowman maupun melalui tembang Santa Claus is Comin’ to Town oleh BMS Male.
Pun demikian pula yang terjadi dengan Feliz Navidad persembahan Jakarta Concert Orchestra dan kemudian Jingle Bells bersama Batavia Madrigal Singers.
Berikutnya tembang medley yang dinyanyikan semua pemeran utama melalui It’s a Wonderful Christmas, It’s the Most Wonderful Time of the Year, The Christmas Song. Dan yang terakhir: Because It’s Christmas.
Berjuang mewujudkan asa
Tampilan apik konser Natal Paroki Bintaro dengan misi amal kasih ini tentu saja sungguh membutuhkan perjuangan panjang. Mungkin juga nekat, karena berani menggelar konser di sebuah gedung setengah jadi.
Perjuangan panjang itu butuh pengurbanan dari panitia itu sudah tampak di panggung. Dibuat serba menarik dengan tata lampu benar-benar terang; sedikit terkesan agak menyilaukan mata penonton yang duduk di barisan depan panggung.
Yang pasti, panitia di balik suksesnya konser ini benar-benar kerja keras. Terbukti, Ketua Panitia Bu Theresia Sri Nayuti sampai habis energi suaranya saat menyampaikan buket bunga kepada para penampil di atas panggung. Meski suara Bu Uti ini terlanjur “habis” di atas panggung, namun derasnya penonton yang menghadiri konser amal kasih ini juga sedikit membuktikan, kerja keras panitia di balik panggung tidak sia-sia.
Buktinya, Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo bersama sejumlah pastor Xaverian -saat didaulat naik ke atas panggung- sampai terharu menyaksikan gelaran pentas musik amal ini.
Ini disampaikan Kardinal yang dengan tulus mengucapkan ungkapan terimakasihnya kepada segenap penampil; utamanya kepada konduktor Avip Priatna dan kedua penyanyi soloisnya.
Di atas panggung pentas GKP Bintaro yang masih berdebu ini, asa besar itu berhasil diraih.
Berikutnya, kini pada waktunya kita semua datang untuk memuji nama-Nya seperti bunyi pesan konser ini: “Come, Let Us Adore Him.”