Lectio Divina 03.02.2021 – Yesus Ditolak di Kampung Halaman Sendiri

0
663 views
Yesus ditolak di Nazaret by Seed of Faith.

Rabu. Pekan Biasa IV (H)

  • Ibr. 12:4-7.11-15
  • Mzm.103:1-2.13-14.17-18a
  • Mrk. 6:1-6

Lectio

1 Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. 2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?

Dan mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? 3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

4 Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. 6 Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Meditatio-exegese

Yesus tiba di tempat asal-Nya

Yesus pulang ke tempat Ia dibesarkan, Nazaret. Nazaret memang menjadi kapung halaman-Nya, εις την πατριδα αυτου, eis ten patrida autou, in patriam suam (Vulgata). Mungkin Ia berangkat dari Kapernaum, yang berjarak kurang lebih 47,9 km.

Mungkin pula dari daerah pesisir Danau Galilea, yang berjarak 24 km. Nazaret tidak pernah sekali pun disebut dalam Perjanjian Lama, sehingga desa itu dianggap tidak penting (bdk. Yoh. 1:45-46).  

Yesus taat mengikuti hukum Taurat. Ia memelihara dan merayakan hari Sabat sesuai dengan ketentuan Hukum Taurat.  Pada hari Sabat itu, Ia pergi ke sinagoga seperti diatur dalam Kitab Suci (bdk. Kel. 20:8-11; 31:12-17; 34:21; 35:1-3; Ul. 6:12-15; Luk. 4:16).

Penganut agama Yahudi yang tinggal jauh dari Bait Allah harus berkumpul di sinagoga untuk membaca, merenungkan dan mendengarkan pengajaran Kitab Suci. Di situ mereka tidak mengadakan ibadat korban. Ibadat korban bakaran dilaksanakan di Bait Allah di Yerusalem.

Setiap sinagoga dipimpin oleh kepala rumah ibadat, seperti Yairus (Mrk. 5:22). Salah satu kewenangannya adalah memilih laki-laki dewasa yang dianggap layak untuk membaca dan menerangkan makna Kitab Suci. Yesus diundang untuk membaca dan menguraikan makna sabda Bapa-Nya.

Maka Ia menggunakan kesepatan itu untuk mengajar tentang Kabar Suka Cita (Mrk. 6:2). Tidak seperti Lukas yang mencatat bahwa Yesus mengajar tentang dipenuhi-Nya nubuat Nabi Yesaya (Yes. 61:1-2; Luk. 4:16-21), Santo Markus hanya mencatat kisah tentang tanggapan buruk oleh seluruh umat di tempat ibadat itu.

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?

Melalui pengajaran-Nya Yesus membuat para tetanggaNya takjub, εξεπλησσοντο, exeplessonto, sama seperti orang yang hadir di sinagoga Kapernaum (Mrk. 6:2; Mrk. 1:22). Berbeda dengan orang Kapernaum yang menerima-Nya dengan senang hati, orang Nazaret mulai menunjukkan penolakan.

Orang-orang Nazaret mulai menolak fakta bahwa Yesus membawa Kabar Suka Cita seperti terjadi di Kapernaum dan wilayah sekitarnya. Dalam kemarahan, mereka lupa akan nubuat Kitab Suci dan para nabi tentang Mesias. Mereka tidak ingat bahwa janji keselamatan sudah datang.

Mereka justru melecehkan Yesus, karena dianggap tidak memiliki wewenang untuk mengajar. Ungkapan mereka, “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?” (Mrk. 6:2).

Terlebih, mereka melecehkan Yesus dengan ungkapan (Mrk 6:3), “Bukankan Ia ini tukang kayu?Nonne iste est faber. Santo Markus menggunakan kata, τεκτων, tekton, orang yang terampil mengolah kayu, batu dan logam. 

Ungkapan ini bermakna bahwa Ia hanya orang biasa seperti mereka. Kalaupun Ia mendapat nama di wilayah Kapernaum dan Galilea serta daerah yang berbatasan dengan bangsa asing, ketenaran-Nya akan mengancam mereka.

Mungkin mereka termakan pernyataan bohong para ahli Taurat dari Yerusalem, yang menyatakan Yesus kerasukan raja setan, Beelzebul (Mrk (Mrk. 3:22). Terlebih, akhirnya, keluarga-Nya sendiri menganggap dan, kemudian menyimpulkan, bahwa Ia sudah gila (Mrk. 3:21).

Yesus sendiri heran mengapa orang yang sekampung dengan-Nya tidak percaya pada-Nya. Tindakan mereka melecehkan Yesus tidak berhenti di situ. Mereka mengungkit status Yesus sebagai anak Maria.

Lazimnya Yesus disebut sebagai anak Yusuf. Ia disebut demikian karena status Maria sebagai janda Yusuf. Menurut tradisi, Yusuf telah meninggal beberapa tahun sebelum Yesus tampil di muka publik.

Seluruh perendahan dan kegagalan di Nazaret bertolak belakang dengan sambutan meriah di Kapernaum dan wilayah lain di sekitar Galilea.

Mengutip pepatah kuna dari tradisi bangsa-Nya, Ia mengungkapkan kekecewaan-Nya (Mrk. 6:4), “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya”, Non est propheta sine honore nisi in patria sua et in cognatione sua et in domo sua.

Yesus seolah mengantisipasi apa yang akan terjadi kelak, tiga tahun setelah peristiwa penolakan ini. Ia akan ditolak oleh bangsa-Nya sendiri, disiksa, disalib. Tetapi Ia bangkit mulia pada hari ketiga.

Dan Yesus sendiri heran atas penolak bahwa Allah beserta mereka. Santo Markus menulis (Mrk 6:6), “Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka”, et mirabatur propter incredulitatem eorum.

Katekese

Membedakan kuasa Allah dan iman kita. Origenes dari Alexandria, Bapa Gereja,  185-254: “Dan barangkali, seperti ditemukan dalam benda logam  terdapat unsur alami yang saling tarik-menarik, seperti magnet terhadap besi, dan nafta terhadap api.

Demikian pula terdapat daya tarik dari iman terhadap kuasa ilahi, seperti sabda Yesus, “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” (Mat. 17:20).

Santo Matius dan Markus hendak menghadirkan nilai adi kodrati dari kuasa ilahi sebagai kuasa yang bekerja, bahkan dalam diri mereka yang tidak memiliki iman. Tetapi mereka tidak menyangkal bahwa rahmat berkarya jauh lebih kuat di antara mereka yang tidak memiliki iman.

Maka, jelaslah bagi saya bahwa dengan tepat mereka berkata tidak bahwa Tuhan tidak melakukan karya apa pun yang luar biasa, karena ketidak-percayaan mereka, tetapi bahwa Ia melakukan tidak banyak hal di sana. (Mrk. 6:5). 

Santo Markus tidak secara jelas mengatakan bahwa Ia tidak dapat melakukan karya yang ajaib di sana; dan pada saat tertentu berhenti berkarya. Santo Markus justru menambahkan, “kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.”  (Mrk. 6:5). Maka kuasa yang ada di dalam Dia mengatasi segala, bahkan ketidak-percayaan mereka.” (dikutip dari Commentary on Matthew 10.19)

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkaulah kepenuhan harapanku. Anugerahilah aku Roh KudusMu, Sang Pembawa kebenaran, kemerdekaan dan hidup yang melimpah. Nyalakanlah dalam hati, agar aku lebih menyukai kasih dan kebenaran. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan agar ketika Yesus singgah di hatiku, Ia menemukan iman dalam komunitasku dan diriku? 

et mirabatur propter incredulitatem eorum – Marcum 6:6

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here