Senin. Minggu Prapaskah IV, Hari Biasa (U)
- Yes. 65:17-21
- Mzm. 30:2.4.5-6.11-12a.13b
- Yoh. 4:43-54
Lectio
43 Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, 44 sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. 45 Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu.
46 Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. 47 Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati.
48 Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” 49 Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” 50 Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup.” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
51 Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. 52 Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.”
53 Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. 54 Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Meditatio-Exegese
Seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri
Yesus meninggalkan Galilea dan menuju Yudea, agar dapat sampai di Yerusalem tepat waktu pada pesta keagamaan itu (Yoh. 4:45). Ia melintasi Samaria ketika kembali ke Galilea (Yoh. 4:3-4). Sebenarnya, hukum agama melarang orang Yahudi melintasi daerah Samaria, apalagi bercakap-cakap dengan mereka (Yoh. 4:9).
Tetapi Yesus mengabaikan peraturan itu dan, justru, membuka dialog intim, penuh persahabatan dengan banyak orang Samaria. Banyak dari mereka berbalik dan percaya kepada-Nya. Ia tinggal di situ beberapa lama, sebelum kembali ke Galilea.
Yesus tahu bahwa orang Galilea diam-diam menolak-Nya, tetapi Ia tetap berketetapan hati untuk pulang ke kampung halaman. Santo Yohanes nampaknya mengingat peristiwa yang tidak mengenakkan saat Yesus diperlakukan secara buruk di Nazaret.
Di desa tempat Ia tumbuh dari kanak-kanak hingga dewasa, Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” (Luk. 4:24).
Apa yang diketahui Yesus rupanya berubah. Orang Galilea telah berubah sikap, karena mereka melihat apa yang Ia lakukan di Yerusalem. Kendati demikian, Ia tetap pada keputusan untuk kembali ke Kana, tempat Ia menyingkapkan ‘tanda’, σημειων, semeion, pertama kehadiran-Nya sebagai Mesias (Yoh. 2:11).
Pegawai istana meminta Ia datang dan menyembuhkan anaknya
Beberapa lama sebelumnya, Yesus bercakap-cakap dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Ia menyingkapkan kehadiran Mesias padanya (Yoh. 4:26). Dan sekarang di Kapernaum di Galilea, Ia menerima seorang asing, pegawai istana Raja Herodes Antipas, sedang mencari pertolongan untuk anaknya yang sedang sakit.
Yesus membuka lebar-lebar hati dan tangan-Nya untuk menerima siapa saja, tanpa kecuali. Ia tidak membatasi diri dengan label agama, suku, aliran politik, budaya atau apa pun sekat ciptaan manusia. Ia sungguh katolik, katholikos (Yun.): universal, general (bdk. Merriam-Webster’s Dictionary and Thesaurus).
Pejabat itu menghendaki Yesus pergi ke rumahnya untuk menyembuhkan si anak. Tetapi Yesus menjawab (Yoh. 4:48), “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.”, Nisi signa et prodigia videritis, non credetis.
Keras, menusuk hati jawaban ini. Sikap iman kekanak-kanakan ditunjukkan oleh pegawai itu. Ia menjadi percaya apabila ia melihat tanda Yesus hadir di rumahnya dan membuat mukjizat di situ.
Sikap ini ternyata umum dialami orang sepanjang zaman. Yesus mau menunjukkan bagaimana seharusnya beriman pada-Nya.
Pergilah, anakmu hidup!
Pegawai itu meminta untuk kedua kali, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh. 4:49). Yesus tetap pada keputusan-Nya. Ia tidak mau datang ke rumah pejabat itu.
Dari tatap mata orang itu, Yesus tahu kecemasan hatinya. Ia tidak secara langsung menanggapi permintaan orang itu. Dengan ungkapan kata lain, Ia meminta orang itu untuk (Yoh. 4:50), “Pergilah, anakmu hidup.”, Vade. Filius tuus vivit.
Tanggapan Yesus yang pertama dan kedua menuntut sikap iman. Dan yang kedua menuntut lebih. Ia menuntut pegawai itu untuk percaya bahwa anaknya sudah sembuh! Penyembuhan terjadi, tanpa harus melihat tanda penyembuhan.
Pasti, sikap ini tidak mudah. Orang dituntut untuk mengimani Yesus tanpa ada satu jaminan pun untuk percaya, kecuali sabda-Nya.
Sabda-Nya, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Tuhan bersabda dalam Surat kepada Umat Ibrani, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1).
Dalam perjalanan pulang, pegawai itu diberitahu bahwa anaknya sudah sembuh. Ia bertanya kapan anak itu sembuh. Peristiwa itu terjadi tepat saat Yesus bersabda, “Anakmu hidup.” Iman orang itu diteguhkan.
Santo Yohanes memilih ungkapan tanda σημειον, semeion, signum (Latin Vulgata), bukan mukjizat. Tulisnya (Yoh. 4:54), “Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus.”, Hoc iterum secundum signum fecit Iesus.
Tanda mengingatkan akan tak hanya apa yang dilihat dengan mata, tetapi juga mata iman mampu melihat dan menemukan makna yang hendak disingkapkan Allah.
Katekese
Kristus tabib kita hadir untuk menyembuhkan dan memulihkan kita. Santo Gregorius Agung, 540-604:
“Saya tahu hanya satu hal yang perlu saya jelaskan pada kalian: mengapa orang yang datang mencari kesembuhan mendengar kata-kata “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Orang yang mencari kesembuhan untuk anak laki-lakinya itu pasti percaya.
Ia tidak akan mencari penyembuhan pada orang yang tidak dipercayainya mampu menyembuhkan. “Lalu, mengapa ia mendengar kata-kata, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya,” ketika ia percaya sebelum ia melihat tanda?
Tapi ingatlah apa yang ia minta, dan kalian akan tahu bahwa ia sebenarnya ragu akan imannya. Ia dengan sungguh meminta Yesus untuk datang ke rumahnya dan menyembuhkan anaknya. Ia meminta kehadiran fisikal Tuhan kita, yang sekarang hadir di mana-mana dalam rupa Roh.
Imannya tidak kokoh pada Dia yang ia anggap tidak dapat menyembuhkan jika Ia tidak hadir secara fisikal. Jika ia beriman secara total, ia pasti tahu bahwa tidak ada sejengkal ruang di mana Allah tidak hadir.
Maka, ia benar-benar tidak percaya, karena ia tidak menghormati kebesaran Allah, tetapi menuntut kehadiran fisikal-Nya.
Ia mencari kesembuhan bagi anaknya walau tidak percaya pada-Nya, karena ia percaya bahwa Ia yang datang ke rumahnya memiliki kuasa untuk menyembuhkan, dan mengira bahwa ketidak-hadiran-Nya membuat anaknya mati.
Tetapi Tuhan yang dimintanya untuk datang ke rumah itu menyingkapkan bahwa Ia tidak akan hadir di tempat Ia diundang untuk datang. Ia yang menciptakan segalanya atas kehendak-Nya menyembuhkan cukup melalui perintah firman-Nya.” (Forty Gospel Homilies 28.24)
Oratio-Missio
Tuhan, kuatkanlah aku untuk menghancurkan kesombongan, ketakutan dan keraguanku akan kasih-Mu. Kuatkanlah imanku, teguhkan harapanku dan kobarkan kasihku pada-Mu. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk semakin peka akan tanda kehadiran-Nya?
Hoc iterum secundum signum fecit Iesus – Ioannem 4:54