Lectio Divina 12.6.2025 – Bertindak Benar, Menabur Damai

0
193 views
Kebaikanmu harus mengatasi kebaikan si Farisi, by Anthony van Dyck

Kamis. Hari Biasa (H)

  • 2Kor. 3:15-4:1.3-6
  • Mzm. 85:9ab-10.11-12.13-14
  • Mat. 5:20-26

Lectio

20 “Aku berkata kepadamu: Jika hidupmu tidak lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. 21 Kamu telah mendengar bahwa kepada nenek moyang kita dikatakan: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

22 Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat bahwa saudaramu sakit hati terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

26 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Meditatio-Exegese

Jika hidupmu tidak lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi

Yesus menuntut tiap murid untuk mewujud nyatakan kebenaran, apabila ia ingin masuk dalam Kerajaan Surga. Tuntutan Yesus menjadi lebih jelas ketika teks Yunani dibaca, λεγω γαρ υμιν οτι εαν μη περισσευση η δικαιοσυνη υμων πλειον των γραμματεων και φαρισαιων, lego gar humin hoti ean me perisseuse he  dikaiosune humon pleion ton grammateon kai pharisaion.

Secara harafiah dialih bahasakan, “Aku berkata kepadamu, bahwa kecuali kebenaranmu tidak mengatasi [keadilan] dari ahli Taurat dan orang Farisi.” 

Dalam teks Latin yang diakui Gereja Katolik tertulis, Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum. Bila diterjemahkan, “Jika keadilanmu tidak lebih berlimpah daripada milik Ahli Taurat dan orang Farisi, kalian tidak akan masuk Kerajaan Surga.”

Melaksanakan kebenaran, δικαιοσυνη, dikaiosune, berasal dari dikaios, bermakna: orang dibenarkan bila melakukan kehendak Allah. Barangkali makna melaksanakan kebenaran dijadilan landasan untuk revisi dalam TB 2, “Jika hidupmu tidak lebih benar daripada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.” (Mat. 5:20).

Maka, bekas orang jahat pasti lebih baik dari pada bekas orang benar. Nabi Yehezkiel menjelaskan, “Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.” (Yeh 18:21).

Kamu telah mendengar bahwa kepada nenek moyang kita dikatakan

Yesus mengulangi sabda itu lima kali (Mat. 5:21.27.33.38.43). Sebelumnya Ia bersabda, “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17).

Sikap Yesus terhadap Hukum Taurat sangat jelas. Ia tak hanya mematahkan seluruh penafsiran yang keliru. Tetapi juga menjamin tujuan pelaksanaannya agar sesuai dengan kebenaran.

Maka, tiap murid-Nya melaksanakan keadilan yang lebih penuh, kasih.  

Jangan membunuh

Tertulis hukum, “Jangan membunuh.” (Kel. 20:13). Untuk melaksanakan hukum ini sepenuh-penuhnya, para murid Yesus tidak hanya menghindari tindakan menghilangkan nyawa orang.

Ia harus membunuh segala dorongan jiwa yang menjauhkannya dari Allah, menghancurkan diri dan sesama serta alam. Dorongan yang tak teratur meluluh lantakkan seluruh sendiri kehidupan.  

Sabda-Nya, “Sebab, dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinaan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Mat. 15:19).

jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah

Allah menghendaki ibadat sejati. Ia menerima ibadat manusia, bila ia selalu hidup berdamai dengan sesama dan alam semesta.

Nabi Hosea menggemakan kehendak Allah (Hos. 6:6), “Sebab Aku menyukai kasih setia dan bukan korban sembelihan; Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban bakaran.”, quia caritatem volo et non sacrificium, et scientiam Dei plus quam holocausta.

Sebelum penghancuran Bait Allah pada tahun 70, jemaat Kristiani dari bangsa Yahudi masih berziarah dan mempersembahkan korban bakaran di altar Bait Allah. Mereka tetap mengingat sabda ini.

Namun, pada sekitar tahun 80, saat Santo Matius menulis Injil, Bait Allah dan altar sudah tidak ada lagi. Komunitas dan perayaan yang diselenggarakan oleh komunitas iman menjadi Bait Allah dan Altar Allah.

Segeralah berdamai

Komunitas iman yang dibina Santo Matius kebanyakan berasal dari kaum Yahudi dan beberapa dari bangsa lain. Gesekan dan konflik sering terjadi dalam perjumpaan dan pergaulan di antara mereka.

Pemaksaan kehendak, seperti pengharusan penerapan Hukum Taurat, penetapan perjanjian sepihak, perebutan hak milik, selalu menimbulkan perpecahan dan kebencian, serta menghancurkan damai sejahtera dan dialog.

Santo Matius mengingatkan jemaat akan situasi yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ia menghendaki penerimaan dan pemahaman. Allah tidak akan mengampuni dosa, apabila orang tidak mau mengampuni sesamanya.

Maka segeralah berdamai dengan saudaramu. Sabda-Nya, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Namun, jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat. 6:14-15).

Sesaat setelah penunjukkan sebagai Paus Gereja Katolik, Paus Leo IV berseru, “Damai sejahtera besertamu.

Saudara dan saudari, inilah kata-kata Yesus yang pertama kali diucapkan Kristus yang bangkit, Gembala yang Baik yang mempertaruhkan hidup-nya untuk kawanan domba Allah.

Saya berharap salam damai ini bergema dalam hati kalian, dalam keluarga kalian, di antara semua bangsa, di mana pun mereka berada, dalam setiap bangsa dan seluruh dunia. Damai sejahtera besertamu.

Inilah damai Kristus yang bangkit. Damai sejahtera tanpa senjata dan tak terkekang, rendah hati dan gigih. Damai sejahtera ini berasal dari Allah, Ia yang selalu mengasihi kita, tanpa syarat.” (Sapaan setelah dipilih menjadi Paus Gereja Katolik, Basilika Santo Petrus, Jumat 9 Mei 2025)

Katekese

Tolong, terima kasih, maaf. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 1936-2025:

“Kasih persahabatan menyatukan seluruh aspek hidup perkawinan dan membantu anggota keluarga untuk bertumbuh terus-menerus. Maka, kasih ini haruslah diungkapkan terus-menerus dengan bebas dan murah hati dalam kata-kata dan tindakan.

Dalam keluarga, tiga kata perlu digunakan. Saya ingin mengulangi ini. Tiga kata: “Tolong, Terimakasih, Maaf”. Tiga kata penting. 

“Di dalam keluarga kita ketika kita tidak menekan dan bertanya: ‘Bolehkah?’; dalam keluarga kita ketika kita tidak egois dan belajar mengatakan: ‘Terimakasih.’; dan dalam keluarga kita ketika seseorang menyadari bahwa dia melakukan kesalahan dan mampu berkata: ‘Maaf.’

Maka keluarga kita akan mengalami damai dan sukacita. Janganlah kita pelit menggunakan kata-kata ini, namun terus mengulang-ulanginya, setiap hari.

Sebab berdiam diri itu membebani, bahkan walau hanya kadang kala saja terjadi di dalam keluarga, antara suami dan isteri, antara orangtua dan anak-anak, di antara saudara kandung. Kata-kata yang tepat, diucapkan pada waktu yang tepat, melindungi dan merawat kasih setiap hari.” (Seruan Apostolik Amoris Laetitia, 133)

Oratio-Missio

Tuhan, ketika hatiku beku, cairkanlah, agar aku berbelas kasih, suka mengampuni dan selalu setia melakukan perintah-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan agar aku menjadi benar di hadapan Allah dan alam ciptaan-Nya?

Nisi abundaverit iustitia vestra plus quam scribarum et pharisaeorum, non intrabitis in regnum caelorum – Matthaeum 5:20

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here