Jumat. Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua (P)
- 2Kor 4: 7-15
- Mzm. 116:10-11.15-16.17-18
- Mat. 5:27-32
Lectio
27 Kamu telah mendengar bahwa dikatakan: Jangan berzinah. 28 Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. 29 Jika matamu yang kanan menyebabkan engkau berbuat dosa, cungkil dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka.
30 Jika tanganmu yang kanan menyebabkan engkau berbuat dosa, penggal dan buanglah, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu seutuhnya masuk neraka. 31 Telah dikatan: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
32 Namun, Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zina, ia menjadikan isterinya berzina; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zina.
Meditatio-Exegese
Aku berkata kepadamu…
Yesus membaca ulang hukum Tuhan. Ia memberi makna baru atas perintah yang diberikan di Gunung Sinai di masa lalu untuk membela martabat luhur manusia, yang menjadi tujuan pewahyuan Sepuluh Perintah Allah.
Pembaharuan-Nya dilakukan bukan atas dasar apa yang telah dikatakan. Tetapi, Ia melakukan atas kewibawaan-Nya sendiri. Dalam tradisi Kitab Suci, sebelum mengucapkan sabda, Yesus mengawali dengan kata Amen, yang hanya digunakan sebagai penanda kuasa ilahi-Nya; dan kata ini ditransliterasi: sesungguhnya.
Misalnya, Ia mengawali sabda-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu.”, Amen quippe dico vobis (Mat. 5:18.26). Tetapi di lain tempat, penulis Injil menggunakan kata Ego untuk menekankan subyek yang bertindak/berbicara, sesuatu yang tidak lazim dalam penggunaan sehari-hari, “Aku berkata kepadamu.”, Ego autem dico vobis (Mat. 5:20.22.28.32).
Melalui pembaharuan hukum yang mengatur perilaku manusia, Yesus menekankan kasih, kesetiaan, belas kasih, keadilan, kebenaran dan kemanusiaan (bdk. Mat. 9:13; 12:7; 23:23; Mat. 5:10; 5:20; Luk. 11:42; 18:9).
Dampak pelaksanaan hukum secara radikal menurut Yesus adalah makin dimuliakannya martabat manusia. Dalam diri Yesus dapat dilihat apa yang terjadi pada diri seseorang yang membiarkan Allah menguasai dirinya.
Jangan berzina, Non moechaberis. Yesus membaca ulang, meninjau lebih teliti hubungan pria-wanita dalam perkawinan dan memberi makna baru untuk perintah ini. Dikatakan: “Jangan berzina. Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.” (bdk. Ul. 24:1).
Pada jaman kuna orang menanggapi perintah ini hanya dengan cara: seorang laki-laki tidak meniduri istri orang lain. Ini syarat yang diminta huruf-huruf dalam hukum itu.
Tetapi, Yesus menuntut jauh lebih melampaui apa yang tertulis, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya.” (Mat. 5:28).
Perintah ini pada hakikatnya mengundang pria dan wanita, suami dan istri, untuk menumbuh kembangkan kepercayaan timbal balik dalam perkawinan. Kesetiaan akan sempurna bila kedua belah pihak tahu bagaimana harus bertindak setia satu sama lain dalam pikiran dan kehendak. Kedua belah pihak saling terbuka.
Kisah perzinahan yang dirancang dalam senyap dilakukan oleh Daud (2Sam. 11:1-27). Di saat menyuruh semua prajuritnya berperang, ia tinggal di istana.
Saat menikmati udara cerah, dorongan nafsu tak teratur menyelimuti seluruh diri. Menyerah pada godaan dan membiarkan diri terpikat oleh kemolekan.
Dari kejatuhan pada godaan, Daud merancang cara menutupi dosa satu dengan dosa lain. Rancangan dan tindakannya membuat Tuhan murka.
Jika matamu yang kanan… tanganmu yang kanan menyebabkan engkau berbuat dosa… Yesus menggunakan ungkapan yang keras didengar untuk menekankan apa yang dikehendaki-Nya. Terlebih, ada upaya-upaya untuk melecehkan siapa pun yang dipandang kecil (Mat. 18:9; Mrk. 9:47).
Ia bersabda (Mat. 5:29), “Jika matamu yang kanan menyebabkan engkau berbuat dosa, cungkil dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka.”, Et si dextera manus tua scandalizat te, abscide eam et proice abs te; expedit enim tibi, ut pereat unum membrorum tuorum, quam totum corpus tuum abeat in gehennam.
Sabda-Nya harus tidak dibaca huruf demi huruf. Perintah-Nya menunjukkan tuntutan yang lebih radikal dan sungguh dalam melaksanakan Hukum Tuhan, agar manusia layak dan pantas di hadapan-Nya.
Ia tidak menghendaki mereka yang bersemangat suam-suam kuku dalam melaksanakan perintah-Nya. Sabda Tuhan, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Why. 3:16).
Siapa yang menceraikan isterinya
Laki-laki diijinkan memberikan surat cerai pada istrinya dengan alasan sepele sekali pun. Dalam uraian khotbah untuk umat, Yesus menekankan bahwa Musa mengijinkan praktik ini karena umat tegar tengkuk (Mat. 19:8; bdk. Ul. 24:1-4).
Namun, sabda-Nya, “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zina, ia menjadikan isterinya berzina; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zina.” (Mat. 5:32).
Benar, sementara Gereja Timur mengijinkan perceraian karena relasi seksual antara orang yang tidak terikat perkawinan, berarti tidak setia. Yang lain mengatakan bahwa kata ‘zinah’ merupakan padanan dari bahasa Aram atau Ibrani zenuth yang menunjukkan perkawinan antar saudara yang masih berhubungan sedarah dan tidak pernah diizinkan. Perkawinan ini tentu tidak sah.
Abaikan seluruh perdebatan makna kata yang sering menyesatkan itu. Karena, ternyata Yesus menuntut standar hidup moral yang jauh lebih tinggi dari pada huruf-huruf hukum ciptaan manusia (Mat. 5:48): “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”, Estote ergo vos perfecti, sicut Pater vester caelestis perfectus est.
Dalam terang sabda-Nya, pembacaan ulang perintah “Jangan berzinah.” bermakna bahwa laki-laki dan perempuan yang terikat dalam perkawinan harus saling terbuka dan jujur. Setiap pasangan suami-isteri harus tunduk pada perintah “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Tak terhingga usaha yang dilakukan untuk mengetuk para pasangan suami-istri untuk dengan setia membaharui janji perkawinan mereka dan memandang untuk terus meraih kesempurnaan dalam hidup.
Katekese
Mengobarkan perzinaan. Santo Chromatius, wafat 406 :
“Karena perzinaan merupakan dosa yang berat dan untuk mencabutnya dari hati, dan agar hati nurani kita tidak cemar, Tuhan Yesus meminta para murid-Nya mengendalikan hawa nafsu birahi. Karena hawa nafsu itu dapat mengobarkan percabulan.
Santo Yakobus dalam suratnya menasihati, “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yak. 1:15).
Roh Kudus bersabda tentang hal ini pada Daud, “Berbahagialah orang yang menangkap dan memecahkan anak-anakmu pada bukit batu.” (Mzm. 137:9). Sabda itu melambangkan bahwa orang yang berbahagia dan hidup menurut Injil selalu mencabut dari hatinya keingindan daging dan mengendalikan nafsu birahi yang timbul dari kelemahan manusiawinya.
Ia melakukan hal ini segera sebelum dorongan yang tak teratur itu berkembang. Sebelum menyerang, Ia harus mempercayakan diri pada Kristus, yang dilukiskan sebagai batu karang.” (1Kor. 10:4).” (Tractate On Matthew 23.1.6–7)
Oratio-Missio
Tuhan, kobarkan dalam diriku kehendak yang kuat untuk semakin mengasihiMu dan mematuhi perintah-Mu. Bantulah aku untuk hidup suci dan benar. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menjaga janji perkawinanku atau kaul atau status hidupku?
Et si dextera manus tua scandalizat te, abscide eam et proice abs te; expedit enim tibi, ut pereat unum membrorum tuorum, quam totum corpus tuum abeat in gehennam – Matthaeum 5:30