Rabu. Minggu Biasa IV, Hari Biasa (P)
- Kis. 12:24-13:5a
- Mzm. 67:2-3.5.6.8
- Yoh. 12:44-50
Lectio
44 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; 45 dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.
46 Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. 47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. 49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.
50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.”
Meditatio-Exegese
Barangsiapa percaya kepada-Ku
Pada bagian akhir dari Kitab tentang Tanda (Yoh. 1-12), Santo Yohanes menyajikan kesimpulan tentang tanggapan akan pewartaan dan Pribadi Yesus. Banyak yang percaya pada Yesus dan terang-terangan berani mengungkapkan iman mereka. Mereka tidak takut diusir dari sinagoga.
Di lain pihak, banyak juga yang tidak percaya, “Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya, “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?” (Yoh. 12:37-38).
Mereka yang tidak percaya, tidak hanya menolak Yesus, tetapi juga menolak Dia yang mengutus Putera. Penolakan berarti tidak mau menerima uluran tangan Allah yang penuh belas kasih dan kuasa keselamatan, pendamaian dan penyembuhan.
Bagi mereka menerima-Nya, Yesus menyatakan diri sebagai Terang. Dalam tradisi Kitab Suci terang selalu terkait dengan kebenaran tentang Allah dan hidup. Pemazmur bermadah (Mzm. 27:1), “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku.”, Dominus illuminatio mea et salus mea.
Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku
Santo Yohanes meringkas Injil yang ditulisnya: Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang mengutus Aku. Ia bersatu dengan Bapa-Nya. Ia tidak berbicara atas nama-Nya sendiri, tetapi Ia atas nama Bapa-Nya.
Maka, bila ingin mengenal Allah, pandanglah Yesus. Wajah Allah yang berbelas kasih adalah Yesus Kristus, Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus (Paus Fransiskus, MV, artikel nomor 1).
Aku datang sebagai terang
Santo Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai Sang Terang yang menjumpai manusia. Dalam prolog Injilnya diwartakan, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Yoh. 1:9). “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yoh. 1:5).
Sekarang digemakan ulang (Yoh. 12:46), “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.”, Ego lux in mundum veni, ut omnis, qui credit in me, in tenebris non maneat.
Ia menerangi jiwa ketika mengalami masa-masa gelap dalam peziarahan iman. Ia berkuasa membebaskan dari dosa dan kebodohan, serta mengubah hidup manusia dan menjadikannya kudus. Ia menjadi terang bagi langkah manusia menuju hidup abadi.
Aku datang bukan untuk menghakimi dunia
Bagaimana pengadilan terakhir dilaksanakan? Potret pengadilan terakhir berbeda dengan Santo Matius, yang menggunakan perumpamaan gembala memisahkan domba dari kambing (Mat. 25:31-46). Menurut Santo Yohanes pengadilan terakhir tidak dilakukan berdasarkan ancaman atau kutukan.
Tuhan bersabda, “Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.” (Yoh. 12:47-48).
Pengadilan dilaksanakan dengan cara bagaimana seseorang menghadapi dirinya di hadapan hati nuraninya sendiri. Pengadilan ini sejajar perkataan orang benar yang bertanya kepada Sang Raja, “Bila manakah kami melihat….” (Mat. 25: 37-39).
Dan Raja itu akan menjawab, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40).
Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan Bapa
Kitab Tanda diakhiri dengan sabda, “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.
Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku.” (Yoh. 12:49-50).
Yesus menekankan kembali bahwa apa yang disabdakan dan dilakukan-Nya adalah perintah Bapa yang harus dipenuhi-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34).
Maka, Ia tidak perlu bukti atau alasan untuk membuktikan bahwa Ia sungguh berasal dari Allah. Bapalah yang menjadi saksi atas apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya.
Katekese
Kita percaya pada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Santo Paus Paulus VI, 26 September 1897-6 Agustus 1978:
“Kita percaya pada Bapa yang tinggal bersama Putera dalam keabadian; pada Putera, Sabda Allah, yang dikasihi selama-lamanya; pada Roh Kudus, Pribadi yang berasal dari Bapa dan Putera sebagai Kasih kekal.
Maka pada tiga Pribadi, yang sama-sama abadi dari diri-Nya dan sama-sama sederajad, “coaeternae sibi et coaequales”, hidup dan keindahan Allah yang secara sempurna Esa dilingkupi dan dipenuhi oleh kesempurnaan dan kemuliaan, yang hanya layak dipersembahkan kepada Pencipta. Dan selalu dipercaya sebagai ‘Yang Esa dalam Tritunggal dan Tritunggal dalam Yang Esa.” (Creed of the People of God, 10).
Oratio-Missio
Allah, Bapa kami, kami mengalami kesulitan datang kepada-Mu, karena pengenalan kami akan Engkau tidak sempurna. Dalam kebodohan, kami membayangkan bahwa Engkau adalah musuh kami. Kami keliru mengenal Engkau dan mengira Engkau suka menghukum dosa kami. Kami salah, karena mengira Engkau bertindak sangat kejam atas hidup kami.
Namun, karena Yesus tinggal di antara kami, Ia telah menyingkapkan bahwa Engkau pengasih, dan kebencian kami terhadap-Mu tidak beralasan sama sekali. Amin. (Doa Santo Agustinus dari Hippo, 354-430, terjemahan bebas).
- Apa yang harus aku untuk menghadapi pengadilan-Nya?
Et scio quia mandatum eius vita aeterna est. Quae ergo ego loquor, sicut dixit mihi Pater, sic loquor – Ioannem 12:50