Manusia Mencari Kesembuhan, Tuhan Tawarkan Pengampunan

0
5,968 views

Tindakan Yesus terhadap orang lumpuh itu mengherankan. Kita biasa mendengar cerita-cerita tentang penyembuhan Yesus. Biasanya Yesus langsung menunjukkan kuasaNya dan menyembuhkan orang sakit yang datang. Tetapi kali ini, ada tambahan yang tidak biasa dan malah merepotkan Yesus sendiri: Ia menyatakan: dosamu sudah diampuni!

Untuk apa Yesus melakukan hal ini? Jika Ia langsung menyembuhkan orang lumpuh itu, kan sudah hebat. Dan tanggapan orang yang hadir juga tetap berpusat pada penyembuhan orang itu: “Yang begini belum pernah kita lihat.” Justru dengan menyatakan dosamu sudah diampuni, Yesus mendapat kesulitan dengan orang-orang Parisi, yang berpikir Yesus menghujat Allah.

Kalau kita lihat tindakan teman-teman si lumpuh itu, luar biasa. Mereka membawa dia dengan susah payah, bukan dengan usungan, tetapi diatas tikar; tidak dapat masuk karena rumah penuh sampai di depan pintu; menaikkan orang lumpuh itu dengan susah payah melalui tangga sempit yang ada di samping rumah; menjebol atap, tanpa perduli protes dari ibu mertua Simon, pemilik rumah atau omelan orang-orang yang kejatuhan semen dan abu kotoran dan menurunkan orang itu di depan Yesus.

Mereka tidak mengucapkan apa-apa, seluruh tindakan mereka menunjukkan iman yang besar: berjuang, percaya dan pasrah.

Yesus melihat iman mereka dan tersentuh hatinya. Apakah si lumpuh itu minta dibawa kepada Yesus? Kita tidak tahu. Dia tidak bicara sepatah kata pun! Bahkan sesudah disembuhkan, juga tidak mengucapkan apa-apa.

Kelumpuhannya membuat dia tertutup dan mengasingkan diri dari sesama dan terutama dari Tuhannya. Karena itu lah, yang pertama-tama disentuh Yesus bukan kelumpuhan badannya, tetapi kelumpuhan jiwanya! Dosamu sudah diampuni! Kesembuhan badannya merupakan tanda bahwa Tuhan memulihkan hubungan orang itu dengan DiriNya. Dan orang itu mulai menunjukkan kesembuhan rohani dan jasmaninya dengan menuruti perintah Yesus, mengangkat tikarnya dan keluar.

Kuasa Yesus
Membaca kisah ini kita mendengar tentang kuasa Yesus, yang dapat menyembuhkan dan mengampuni dosa. Tetapi lebih-lebih hari ini kita mengenal kehendakNya. Tuhan Yesus mengerti kebutuhan terdalam manusia: bersatu dengan Allah, sebagai bentuk kebahagiaan total.

Itulah sebabnya Ia mengampuni dosa orang lumpuh itu lebih dahulu. Kita juga belajar dari orang-orang yang hadir pada saat itu. Orang Parisi menwakili semua orang saleh, yang tidak menginginkan pengampunan dan kemurahan hati Allah. Mereka menuntut usaha dan perjuangan manusia untuk dapat kembali pada Allah.

Allah itu tak terjangkau dan harus disenangkan hatiNya agar kita diselamatkannya. Orang banyak, tidak menginginkan hubungan dekat dengan Allah. Mereka senang mendengar ajaran yang bagus dan syukur dapat menyaksikan peristiwa penyembuhan yang hebat.

Teman-teman si lumpuh, yang justru mendapat kesulitan karena kerumunan orang banyak itu; tapi mereka beriman, berjuang, penuh percaya dan pasrah. Dan si lumpuh yang karena dipulihkan dari dosa – keterpisahan dengan diri sendiri, sesama dan Allah, akhirnya menjadi orang yang belajar taat kepada Tuhan; bangkit, mengangkat tempat tidur dan pulang.

Jadi ada dua pihak: penonton yang cuma bisa melihat kesalahanm orang Parisi dan penonton pencari sensasi di satu sisi. Dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mengalami Tuhan menyapa dan menumbuhkan mereka.

Suatu hari, seorang pelukis pemula, mencurahkan semua ilmu dan ketrampilan yang didapatnya dalam sebuah lukisan. Sesudah berjuang melukis selama 3 hari, ia menghasilkan sebuah lukisan yang indah. Tiba-tiba ia puny aide. Ia memajang lukisannya pada sebuah perempatan jalan yang ramai.

Ia ingin mendapat tanggapan orang atas kemampuannya melukis. Dibawah lukisannya, ia menulis: Bapak-ibu, saya orang yang baru belajar melukis. Mungkin saya membuat kesalahan dalam lukisan ini. Tolong beri tanda silang dimana anda menemukan ada kesalahan.

Ketika ia kembali sore harinya, ia terpuruk oleh kenyataan bahwa lukisannya penuh dengan tanda silang. Bahkan ada yang menuliskan komentarnya di lukisan itu. Patah semangat dan hancur, ia kembali ke rumah gurunya dan sambil menangis putus asa ia menceritakan apa yang terjadi dan menunjukkan lukisan yang warna lukisannya nyaris tidak kelihatan lagi, tertutup oleh tanda silang itu.

Dengan tersedu-sedu ia berkata: “Saya ini tidak berguna. Kalau cuma begini yang mampu saya pelajari, saya tidak layak jadi pelukis. Orang sudah menolak saya. Lebih baik mati saja.”

Gurunya hanya tersenyum. “Anakku, saya akan membuktikan bahwa kamu adalah seniman besar dan sudah belajar menggambar tanpa cela.”

Pelukis muda itu tak dapat pmempercayai hal itu dan berkata: “Saya sudah kehilangan kepercayaan dan saya rasa, saya tidak cukup bagi. Jangan beri saya harapan palsu.”

“Lakukan yang saya katakana tanpa mempertanyakannya. Pasti akan jalan.” Sela gurunya.

“Gambar lagi yang sama dan berikan kepada saya. Mau kamu melakukannya untuk gurumu?” Muridnya dengan ragu-ragu setuju.

Dua hari kemudian, pagi-pagi benar, ia menyerahkan duplikat lukisannya yang pertama kepada gurunya. Pelukis senior itu menerimanya dan tersenyum. “Ikut saya.” Mereka pergi ke pertempatan jalan yang sama dan memajang lukisan itu ditempat yang sama.

Tetapi sang guru memasang pengumuman yang bertulisan: “Bapak-ibu, saya baru saja menyelesaikan lukisan ini. Karena saya pelukis baru, mungkin saya membuat goresan yang salah dsb… Saya menaruh kotak cat berwarna dengan kuas dibawah ini. Tolong bantu saya. Jika anda melihat kesalahan, tolong ambil kuasnya dan koreksi lukisan ini.” Lalu mereka pulang.

Sore harinya mereka mendatangi perempatan itu. Pelukis muda itu terkejut.tidak ada satu koreksi yang ada. Sang guru belum puas. “Mungkin waktu sehari terlalu singkat bagi orang untuk punya ide dan punya waktu untuk dalam kesibukan mereka untuk memberi koreksi. Kita beri kesempatan sehari lagi. Besok itu hari Minggu. Jadi mungkin ada orang yang sempat memberi koreksi. Besoknya mereka datang lagi dan lukisan itu tetap tak tersentuh. Seandainya lukisan itu dibiarkan disana sebulan pun, tidak akan ada koreksi pada lukisan itu.

Mudah memberi kritik, tapi sulit mengembangkan. Jika Anda ingin membantu orang mengembangkan perilaku mereka, penting bagi anda untuk menyediakan waktu dalam usaha anda dalam mempelajari bagaimana menolong orang untuk mengubah perilaku, sikap dan ketrampilan mereka.

Juga ingatlah selalu untuk tidak terhanyut atau mengadili diri sendiri dengan kritik orang lain; dan merasa tertekan; karena anda adalah hakim untuk diri anda sendiri. Terimalah kritik dalam pertumbuhan anda, pertimbangkan mana kritik yang sejati dan terapkan kritik-kritik yang menurut anda baik untuk mengembangkan pribadi Anda.

Teman-teman si lumpuh tidak perduli gerutuan orang banyak karena atap rumah dirusak. Yesus dengan tenang menghadapi pikiran negatip orang-orang Parisi. Sekali lagi, iman yang berjuang, percaya dan pasrah bertemu dengan belas kasih Tuhan. Si lumpuh jadi berdamai dengan dirinya sendiri dan menjadi sembuh. Ia taat pada perintah Yesus. Teman-temannya dan orang banyak takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.”

Kadang dalam kelumpuhan rohani, kita menutup diri dan menolak ajakan orang lain untuk membantu kita. Kita mengadili diri kita sendiri, kita tidak layak, kita tidak perlu bantuan atau sentuhan Tuhan. Jika kita mengenal orang-orang yang sedang mengalami kelumpuhan rohani, kita boleh belajar; iman kita, perjuangan kita, kepercayaan dan kepasrahan kita kepada Tuhan, dapat membantu mereka yang lumpuh untuk dapat bangkit.

Tuhan tidak datang untuk mengadili kita. Dia datang untuk menyentuh, menyembuhkan dan membangkitkan kita kembali. Kalau kita berani bekerja sama dengan saudara seiman dan percaya kepada Allah, kita juga dapat mengalami hal baru dalam hidup kita. Hal seperti ini belum pernah kita lihat. Kita dengar sekali lagi. Tuhan Yesus menyapa kita: dosamu sudah diampuni! bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Amin

MINGGU BIASA 7, B; 19 Pebruari 2012

Yes. 43:18-19.21-22.24b-25; 2Kor. 1:18-22; Mrk. 2:1-12

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here