Menapaki Era Baru Bernama “The New Normal”

0
27 views
Ilustrasi - Kondisi masyarakat pasca pandemi Covid-19

TAHUN 2023 silam kami mengalami kondisi hidup sebagai berikut. Sebentar lagi perjalanan tahun 2023 akan segera berakhir.

Ini berarti selama tiga tahun -dimulai sejak Maret 2020 sampai sampai Maret 2023, kondisi keseharian hidup kami ada di dalam ‘karantina’ rumah. 

  • Bekerja juga dari rumah (WFH).
  • Pesan makanan dari rumah (home delivery).
  • Pesan di resto, tapi harus dimakan di rumah (take out).
  • Harus melakukan proses sanitasi rutin di semua pegangan pintu.
  • Juga melakukan proses sanitasi dapur setiap hari. 
  • Wajib mengenakan masker di dalam bus, kereta api.
  • Yang paling terasa nyaman adalah menapapi jalan raya yang sepi dan tidak ada kemacetan di bebas hambatan.

Menuju kondisi “the new normal”

Maret 2023, menapaki era baru yang kusebut “The New Normal” justru kebalikannya. Manusia mudah sekali lupa dengan “kebiasaan baik” selama karantina di rumah.

Situasi ekonomi mengalami perubahan, lambat tapi pasti seperti harga kebutuhan pokok meroket, PHK di beberapa perusahaan dan bank. Lalu, perusahaan besar menyatakan diri “bangkrut”, sewa apartemen meroket. Kemudian, para politisi saling menyerang pada kebijakan yang dikeluarkan.

Kemudian, sistem kepegawaian tidak berjalan seharusnya; misalnya perusahaan besar menutup departemen Sumber Daya Manusia (HRD), emergency room di beberapa rumah sakit di kota kecil terpaksa ditutup, karena kekurangan tenaga perawat. Huch… ada banyak mata rantai kehidupan yang terputus.

Penderita Covid harus diasingkan atau diisolasi

Di balik krisis ada ungkapan syukur

Walaupun harga sewa apartemen meroket, kami diberikan “Kesempatan Baik” mendapatkan rumah sewa yang tidak semahal di pasaran. Kemudian tanggal 18 Agustus 2023, kami mendapat “Kesempatan Baik” untuk merayakan perkawinan puteri tunggal dengan sederhana namun bermakna.

Tanda “exit”, berjaga–jagalah

 Aku menggambarkan kehidupan zaman sekarang seperti sedang berkendaraan di jalan tol, di mana tidak ada kendaraan yang berjalan dengan kecepatan rendah (40 km/jam), tetapi kecepatan tinggi rata-rata 70–100 km/jam. 

Perjalanan dari Kota Toronto menuju Montreal bisa menghabiskan waktu lima jam menggunakan kendaraan pribadi dan hanya ada tiga kali rest area. Cukup lama bagi lansia duduk di mobil dengan menahan rasa pegal di kaki dan menahan bisa buang air kecil. Pada saat kulihat tanda “exit” to Montreal rasanya lega. Selama di jalan tol, kita selalu waspada agar jangan terlewatkan tanda “exit” supaya tidak terlena pada lingkaran tol atau bablas ke kota lain.

Berjaga-jagalah dengan memperhatikan tanda-tanda zaman pada kehidupan manusia masa kini; antara lain:

Egoisme, miskin etika, hilangnya adab sopan-santun. Lalu, kebiasaan selalu merasa benar, kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, tak mau mengalah, tak mau berbagi; bahkan berkorban untuk orang lain. Juga karena hHlangnya empati dan simpati.

Bangsa berperang melawan bangsa, by PottyPadre.

Kehidupan dunia zaman ini diramaikan dengan deru perang antara Rusia versus Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022. Kemudian konflik bersenjata antara Israel dan Hamas sejak 7 Oktober 2023. Korban manusia yang sangat banyak dan mengerikan sejak peristiwa “Hollocaust” bagi bangsa Yahudi, siksaan yang berat muncul kembali di era zaman sekarang.

Selain deru perang, kita melihat ada pemuka agama kontroversial karena dianggap “merestui” perkawinan sejenis di gereja. Hal ini membuat bingung umat yang dipimpinnya. Di era New Normal ini, kelompok LGBTQ lebih mendapatkan tempat untuk berekspresi menyatakan “Gay Agenda” di sekolah dan dalam buku-buku pelajaran. 

Hal ini memicu retaknya hubungan orangtua dengan anaknya. Gay Agenda ini menampilkan karakter ”Queerness” (keanehan), unsur–unsur ideologi dan seksualitas (perubahan gender) pada anak-anak; mendorong mereka bereksperimen pada anak-anak sendiri. Mengerikan.

Ilustrasi: Rindu pada keluarga. (Ist)

Lalu, di manakah Tuhan?  Manusia lupa. Manusia tidak mempunyai jawaban atas pertanyaan penting tersebut dalam suatu kehidupan.

  • Manusia lupa siapa dirinya.
  • Manusia lupa dari mana asalnya.
  • Manusia lupa tujuan hidupnya.
  • Manusia lupa hendak ke mana sesudah mati.
  • Bapa Sang Pencipta menggambarkan keadaan manusia sebagai “terhilang”.

Pikiran manusia digelapkan. Mata tidak dapat melihat cinta kasih Bapa kepada manusia ciptaan-Nya. Para pemimpin menggunakan kekuasaan; bukan untuk kemuliaan Bapa Sang Pencipta; bukan untuk menolong sesama.

Ilustrasi: Membakar benda-benda rohani untuk menghindari dosa sakrilegi. (Ist)

Sejarah kehidupan

Sudah waktunya kita belajar melihat sejarah kehidupan secara berbeda; dengan kacamata Iman. Kita melihat keterlibatan Tuhan di dalam segala sesuatu. Untuk mendatangkan keselamatan, kebaikan, dan kesembuhan bagi mereka yang terpilih: umat yang percaya dan dikasihi-Nya.

Ini merupakan suatu proses pembentukan karakter manusia menjadi serupa dan segambar Anak Manusia yang hidup .2000 tahun lalu. Namun pada saat ini tetap eksis hidup dalam diri orang percaya: para pengikut-Nya. 

Yesus dan perwira Romawi, by Paolo Veronese, 1528–1588

Sebuah contohnya adalah kehidupan seorang erwira di zaman Romawi yang minta tolong Anak Manusia menyembuhkan hambanya -seorang hambanya- yang sakit. Anak Manusia itu menawarkan Diri pergi ke rumah perwira tersebut untuk melakukan penyembuhan. Tetapi perwira itu keberatan dan menyarankan bahwa Anak Manusia itu dapat memberi perintah dari tempat Dia berada pada saat itu dan itu sudah cukup.

Kata Anak Manusia pada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya”. Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Anak Manusia itu sangat terkesan akan iman perwira itu.

Aku bertanya dalam hati: Adakah pman seperti perwira di era zaman sekarang?

Dunia semakin gelap, tetapi kita melihat sebagai “wake up call”. Jangan tertidur, binalah hubungan benar dengan Tuhan.  Tingkatkan iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan; dengan melihat tindakan Anak Manusia ketika masih hidup di dunia. Sehingga kita dapat menyelesaikan perjalanan hidup ini dan menikmati “kebenaran” yang murni; bukan “kebenaran baru” yang diperoleh dari sosial media yang ditentukan oleh para buzzer.

 Trust in him is enough.

SHS

Toronto, Canada

30 November 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here