APA itu ontologi cinta?
Ontologi menurut Bagus (2002, p. 746) berasal dari bahasa Yunani on, ontos artinya ada, keberadaan dan logos artinya studi, ilmu tentang.
Jadi, ontologi cinta adalah berbicara tentang keberadaan atau eksistensi cinta dalam diri manusia. Berbicara tentang cinta berarti berbicara tentang mahkluk hidup dalam konteks ini merujuk pada manusia itu sendiri.
Eksistensi cinta hadir dalam relitas hidup manusia yang mengalir sampai menemukan titik akhir. Manusia ada untuk mencintai bukan cinta atau mencintai ada untuk manusia bahwasannya manusia sebagai titik fokus untuk mengontrol cinta itu dalam dirinya.
Ontologi cinta dalam diri manusia hadir bagaikan silet yang tajam artinya cinta itu dipandang sebagai pembongkar segala penderitaan manusia (Paul Budi Kleden 2007, p. 47).
Seperti apakah kekuatan keberadaan cinta itu dalam hidup manusia? Kekuatan cinta bagaikan magnit yang menarik semua benda-benda besi dan di satukan di dalam ruang lingkup alam semesta, begitu pulalah ke-ada-an cinta dalam diri manusia, cinta yang mengikat tali persatuan antara satu sama lain.
Keberadaan cinta dalam hidup manusia membawa panorama baru tentang sesuatu yang penuh makna dalam dirinya.
Cinta itu mengubah hidupnya menjadi pribadi yang unik tak dimiliki oleh siapa pun kecuali dirinya. Kehadiran cinta menjadi sesuatu momen yang bahagia dalam dirinya, manusia mengerti akan segalanya baik dari dirinya sendiri atau pun di luar dirinya.
Manusia berusaha mencari eksistensi cinta itu di setiap pergulatan hidupnya.
Makna cinta itu bukan terletak pada harta yang bersifat semu melainkan cinta itu lebih kepada sikap manusia itu yang tulus ikhlas.
Cinta sejati memiliki jiwa yang murni hadir sebagai keindahan yang hakikat melekat di dalam diri manusia itu sendiri. itulah yang seharusnya didambakan oleh manusia sebagai pribadi penuh keunikan.
Keunikan itulah yang membuat variasi antara satu dengan yang lain serta memiliki pandangan yang berbeda tentang cinta dan maknanya bagi manusia.
Sejarah hidup manusia tak pernah berhenti untuk mencari dan menemukan cinta. Manusia terus menerus menajalani proses peziarahannya dalam memaknai cinta itu sedalam-dalamnya sampai akhir titik akhir hidupnya.
Kehadiran cinta dalam diri manusia sangat berdampak positif membawa dirinya sampai pada titik persatuan yang erat bersama. Kehadiran cinta membentuk ”etika komunikasi” (Haryatmoko 2003, p. 77).
Etika komunikasi sebetulnya berbicara tentang tata krama bagaimana sikap manusia antara satu dengan yang lain. Cinta membantu manusia untuk mempererat relasi etika komunikasi, namun dalam relitas kehidupan manusia tidak memandang cinta sebagai suatu wadah menjalin relasi sesamanya.
Cinta itu dipandang sebagai etika pembebasan (Soedjatmoko 1985). Problema-problema yang sering terjadi dalam kehidupan manusia terjadi karena kurang memahami cinta itu sehingga berdampak pada komunikasi tidak lain memandang satu sama lain sebagai yang luhur.
Kehilangan cinta dalam diri manusia sebetulnya membawa manusia itu kepada kehancuran relasi terhadap dirinya dan terhadap orang lain akibatnya manusia hidup dalam kesendirian. Keretakan etika komunikasi dalam diri manusia membuat manusia dijauhi dari orang lain.
Begitu banyak dampak negatif apabila antara manusia tidak menjalin hubungan dengan baik salah satunya komunikasi menjadi keterasingan dari kebiasaannya. Keberadaan cinta sebagai penengah atas keretakan yang terjadi dalam berkomunikasi.
Cinta itu datang untuk mendamaikan manusia dari segala keterkungkungan atau keterpurukan dan mengangkat moral manusia dari penindasan (Bertens 2003, p. 26)
Kesimpulan
Manusia pada dasarnya hidup di dunia ini tidak terlepas dari cinta. Cinta itu yang membuat manusia mampu mengenal dirinya sendiri dan mengenal orang lain di sekitarnya sehingga manusia boleh hidup di tengah-tengah perhimpunan serta berelasi dengan sesamanya.
Cinta yang ada dalam diri manusia melukiskan sebuah makna kehidupan yang tak dapat dijangkau oleh indrawi artinya makna cinta itu dalam kehidupan sangatlah mendalam melampau segala-galanya.
Cinta menembus ruang-ruang kehampaan, menembus ruang dan waktu menyegarkan jiwa yang dahaga. Kehadiran cinta membawa semangat baru dalam hidup manusia. Manusia mengekspresikan dirinya terhadap sesamanya itu wujud dari cinta yang hakiki.
Eksistensi cinta dalam diri manusia menjadi sebuah keunggulan dan keunikan tersendiri. Cinta itu membuat hidup manusia semakin diwarnai.
Cinta sebagai jawaban atas persoalaan hidup manusia. Cinta membawa kedamaian, bukan membawa malapetaka. Manusia menjadi prokurator dalam mengimplementasikan cinta itu dalam hidupnya di setiap perjumpaan bersama orang lain.
Berani menginginkan cinta yang otentik dalam diri berarti berani tinggal di zona keterpurukan karena cinta yang otentik itu berada di sana zona keterpurukan. Artinya bahwa cinta itu membutuhkan perjuangan yang kokoh kuat untuk menemukan benang merah akan eksistensi cinta itu sesungguhnya.
Manusia yang memiliki keinginan kuat biasanya terhindar dari skeptisme karena dirinya mau menjadi cinta itu dirinya sendiri.
Gabriel marcel menurut pandangannya yang dikutip oleh Kurnawan (2020, p. 3) tentang cinta sebuah action yang hadir atau luapan dari diri manusia dan memiliki kebebasan untuk merdeka dan bebas memilih untuk mencintai sesamanya.
Cinta sebuah perkakas menukik lebih dalam yang mampu mengubah karakter perilaku manusia dalam kehidupannya di tengah dunia. Manusia menjadi pelaku utama yang melakonkan cinta setiap perjumaannya terhadap satu dengan yang lain.
Keuntungan manusia sesungguhnya mengenal dan mengetahui cinta itu serta menjadikannya sebuah khazanah untuk menabur segala kerinduan. Masih terngiang judul buku yang ditulis oleh Pius Pandor tentang seni merawat jiwa.
Seni merawat jiwa menurut perspektif saya sebetulnya manusia itu mampu memaknai cinta itu dalam pergumulan hidupnya di setiap hari. Memaknai cinta itulah yang membuat pribadi manusia itu selalu dibaharui dalam konteks ini pikiran, tutur kata, tindakannya bersama orang lain.
Keharmonisan cinta terjadi apa bila manusia mampu menemukan hakekat cinta dalam dirinya. Cinta sebuah pelukan hangat yang gratis dari orang lain tanpa bayar cukup menyampaikan ucapan terima kasih. Segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sifatnya positif sebetulnya itu adalah cinta.
Cinta itu bukan membebankan manusia, melainkan cinta itu sebuah udara sejuk yang hadir dan menghantui dinamika hidup manusia untuk bersikap baik dan benar akan keberadaannya di dunia ini.
Merasakan pelukan hangat itu seakan-akan pelukan itu membawa manusia kepada sebuah kehidupan yang jauh tak terkira. (Selesai)
Kepustakaan
- Rianto, Armada, Menjadi Mencintai Berfilsafat dan Berteologis Sehari-Hari. Yogyakarta: Kanisius, 2013.
- Rianto, Armada, Remah dan Daun Kering Meditasi Spiritual-Teologis, Malang: Widya Sasana Publication, 2021.
- Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Utama, 2002.
- Sari, Kharisma Aquarina, Seni Mencintai, Yogyakarta: Basabasi, 2018.
- Budi, Kleden Paul, Membongkar Derita Teodice Sebuah Kegelisahan Filsafat dan Teologi, Maumere: Ledalero, 2007.
- Bertens, K. Keprihatinan Moral, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
- Chang, Wiliam, Etika dan Etiket Komunikasi, Yogyakarta: Kanisius, 2018.
- Hardiman, F. Budi, Seni Memahami Heremeneutik dari Schleiermacher Sampai Derrida, Yogyakarta: Kanisius, 2015.
- Abbas, Syahrizal. Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2011.
- Hidayat, Taufik, Kumpulan Test Psikologi Cinta Terpopuler, Guapedia The First On-Publisher In Indonesia, 2020.
- Haryatmoko, Etika Komunikasi Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
- Nugraha, Agung. Cinta dan Persahabatan: Sintesis Antara Etika Kebahagiaan dan Etika Kewajiban Menurut Robert Spaemann, FIB Universitas Indonesia, 2012.
- Laksono, Alfian Tri. “Memahami Hakikat Cinta Pada Hubungan Manusia Berperbandingan Sudut Pandang Filsafat Cinta Dan Psikologi Robert Sternberg”, Jaqwi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam. Vol. 7, No.1, 2022.
- Ara, Alfons. Cinta dan Kebenaran Allah: Cahaya untuk Menerangi Kehidupan Manusia Uraian Teologis Atas Pandangan Paus Fransiskus Dalam Ensiklik Lumen Fidei Bab II Logos Jurnal Filsafat Teologis. Vol. 15, 2018.Kurniawan, Trio. Filsafat Cinta. Betang Filsafat. Vol. 3, 2020.
- Rosyadi, Khoirul. Cinta dan Keterasingan. Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2015.
- Oktaviani, Sinta Putu Ni. “Cinta Menurut Mahmat Ghandi”, Vidya Darsan, Jurnal Mahasisawa Prodi Filsafat Hindu. Vol. 1, No. 1. Singaraja, 2019.
- Piter, Romanus. “Cinta: Asal Dan Tujuan Hidup Manusia Sebuah Tinjauan Filosofis Dan Teologis”. 011. Betang Filsafat. Artikel. XII, 2019.
- Wariati, Ni Luh Gede. “Cinta Dalam Bingkai Filsafat”, Jurnal Sanjiwani. Vol. X. 2, 2019.
- Soedjatmoko. Etika Pembebasan Pilihan Karangan Tentang: Agama, Kebudayaan, Sejarah dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: LP3S, 1985.