Orang Merdeka

0
392 views
Ilustrasi - Burung-burung terbang merdeka. (Ist)

Renungan Harian
17 Agustus 2021
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
 
Bacaan I: Sir.10: 1-8
Bacaan II: 1Ptr. 2: 13-17
Mat. 22: 15-21
 

“PASTOR, kenapa pastor tidak memperbolehkan umat untuk hadir dalam Perayaan Ekaristi?

Pastor takut dengan pemerintah? Pastor takut digrebek? Pastor takut ditahan?

Kalau cuma jadi pastor untuk takut mending tidak usah jadi Pastor,” seorang bapak protes karena tidak bisa ikut misa di gereja.

“Pak, persoalannya bukan soal takut dan tidak takut. Tetapi kami ikut serta bersama dengan pemerintah menjaga agar paparan virus Covid-19 ini tidak semakin meluas,” jawab saya.

“Pastor, harusnya lebih beriman dengan ekaristi. Kalau kita ikut ekaristi dan menerima Tubuh Kristus pasti tidak akan pernah kena virus covid. Pastor harusnya berani menentang semua pelarangan itu dan mengajak umat untuk tidak takut dengan covid. Karena kita menerima Tubuh Kristus,” bapak itu menjelaskan.
 
“Pak, mungkin betul saya tidak mempunyai iman seperti bapak. Betul bahwa saya khawatir kalau gereja menjadi cluster penyebaran covid.

Saya tidak takut digrebek, saya tidak takut ditangkap. Tetapi saya takut, kalau karena saya membiarkan umat ikut misa dan kemudian umat saya banyak yang terpapar virus covid.

Saya semakin khawatir kalau ada umat yang terpapar lalu meninggal. Kiranya yang meninggal sudah damai, tetapi yang ditinggalkan bagaimana?

Kalau yang meninggal tiang keluarga, siapa yang akan menanggung mereka?
 
Pak, pada saat ini pemerintah yang tahu persis tentang bahaya covid. Kalau pemerintah meminta sementara tidak ada ibadat di rumah-rumah ibadat, itu dalam rangka untuk melindungi umat.

Hal utama adalah keselamatan umat.

Kalau saya mengikuti anjuran pemerintah, karena saya bagian dari warga negara ini. Saya ikut bertanggungjawab dan berpartisipasi pada gerak pemerintah, bangsa dan negara ini untuk menanggulangi pandemi ini.
 
Memang nampaknya Gereja terbelenggu dengan aturan ini. Tetapi sebenarnya Gereja justru menggunakan kebebasannya untuk ikut memerdekakan manusia.

Manusia merdeka dari belenggu pandemi ini.

Gereja boleh tidak ada misa dengan kehadiran umat. Tetapi tidak berarti Gereja tidak ada misa dan tidak ada pelayanan. Justru dalam masa yang sulit ini mengajak semua untuk terlibat menanggulangi pandemi dan dampaknya.

Pak, saya ingat Mazmur Tanggapan dalam misa kemerdekaan “Kamu dipanggil untuk kemerdekaan, maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.” Itu yang kami lakukan,” jawab saya.
 
“Pak, maaf bapak dari paroki mana?” tanya saya.

“Saya orang bebas merdeka Pastor. Jadi saya tidak terikat pada satu paroki. Kemana saya mau misa, saya tinggal pilih gereja mana yang saya mau,” jawab bapak itu.

“Oh begitu. Maaf pak, apa yang telah bapak lakukan untuk membantu orang lain selama masa pandemi ini?” tanya saya.

Bapak itu diam dan tampak tidak suka dengan pertanyaan saya.

Bapak itu kemudian pamit pulang.
 
Banyak orang yang bersikap seperti bapak itu. Mereka berpikir tidak penting Gereja melarang umat untuk hadir dalam misa, harus percaya pada mukjizat ekaristi yang akan membentengi umat dari covid 19.

Terlebih mereka berpikir bahwa Gereja dibelenggu oleh aturan pemerintah.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Matius: “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apa yang sudah kuberikan kepada negara?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here