Artikel Pencerah: Meissy Memelihara dan Menjaga Pastor Liem Tjhai di Paroki Penajam, Kaltim

0
1,109 views
Meissy terlilit kakinya oleh tali-temali dan ikatan tali itu dicoba mau dlepaskan.

MEISSY adalah sekawanan angsa-angsa di areal Pastoran Paroki Penajam, kawasan pedalaman di Provinsi Kaltim. Di sana ada tiga ekor angsa. Mendiami dan menguasai areal Pastoran Penajam.

Ini adalah catatan peristiwa tahun 2002 silam. Dan Meissy adalah nama semua angsa.

“Meissy… Meisssy… Messy…,” suara Liem Tjay, tuannya memanggil.

Langsung saja, kawanan angsa-angsa bergerak ribut, lari dan lari, sambil mengipaskan sayapnya, dan membalas panggilan Liem Tjay dengan suara khasnya: Kweeek…kwook…kwiiik

Ribut, meriah, ramai, dan kacau. Itulah Meissy angsa-angsa yang menghiasi Pastoran Penajam nan sepi dan terpencil. Menemani Liem Tjay, penghuni, penjaga, pastor pionir di Paroki St. Maria Fatima Penajam.

Agus Samaa, pemuda Toraja juga ikut menjadi penghuni awal sebagai koster sekaligus tukang kayu.

Pintu belakang: tempat berkumpul

Setiap kali Liem Tjay pulang dari pelayanan di daerah daerah (turne ke stasi), angsa-angsa itu berlari lari dari sumur belakang ke halaman pastoran, sambil mengibas-ibaskan sayapnya, mereka seakan lantang berseru: ”Selamat datang tuan, lalu mana oleh-olehnya?”

Sementara Liem Tjay memasukkan motor tril ke dapur pastoran, Meissy, angsa-angsa itu sudah berbaris di depan pintu.

Liem Tjay buka almari: ”Ah lumayan ada sisa sisa roti. Lebih baik kukasih roti ini saja, besok tidak usah sarapan, ya tidak masalah,” kata Liem Tjay dalam hati.

Tiga angsa bernama Meissy yang setia menemani pastor.

Lalu Liem Tjay berdiri di depan pintu dapur dan melemparkan secuil roti ke arah kanan, Meissy, angsa-angsa itu menyerbu untuk memangsanya. Belum selesai dimakan habis, Liem Tjay melemparkan roti lagi ke kiri, Meissy lari dan memburu sambil berteriak-teriak.

Ketika Meissy melihat seekor kucing masuk dan ikut makan, Meissy lari dan menyosor kucing itu. Kucing itu rupanya kesakitan dan mengeong-ngeong. Lalu lari.

Liem Tjay melempar roti lagi ke sebelah belakang, mereka langsung bergerak dan menyerbu, sementara roti-roti masih berhamburan tak termakan di sebelah kanan dan kiri.

Apa yang mau kau katakan Meissy?

Mengamati, melihat tingkah laku si Meissy, angsa-angsa itu, apakah Liem Tjay dapat mengambil hikmahnya bagi pribadinya sebagai pastor.

Si Meissy, angsa-angsa itu lapar.

Ada roti yang dilempar. Messy menikmati roti sejenak lalu berlari meninggalkan roti yang masih ada.

Masalah hidup menumpuk

Menurut pendapat Liem Tjay, banyak masalah yang belum diselesaikan. Ibarat angsa yang menyerbu satu roti dan belum dimakan, lalu menyerbu roti lain.

Liem Tjay sadar akan masalah-masalah pastoral dan sarana yang ada di Paroki Penajam sebagai paroki baru, yang mulai dari nol:

  • Umat sedikit dan tersebar berdiaspora di Penajam;
  • Belum ada Gereja permanen, IMB sulit didapatkan;
  • Masih menggunakan tempat ibadat bekas rumah kayu.
  • Pastor pun tinggal di pastoran, bekas rumah kayu.
  • Jarak stasi ke stasi saling berjauhan, dan jalan darat yang sulit ditembus, apalagi cuaca tidak mendukung.
  • Biaya transportasi ke stasi mahal, sedang kolekte kecil.
  • Sarana pelayanan pastoral juga belum memadai.
  • Ada keluarga yang di PHK perusahaan dan mengeluh minta carikan kerjaan
  • Ibu Dorkas mau pinjam uang untuk berobat Shinta, anaknya (6) sakit malaria.

Itulah beberapa fakta masalah kehidupan berpastoral yang dihadapi oleh Liem Tjay pada awal Paroki Penajam berdiri.

Seperti gaya Meissy, angsa-angsa, Liem Tjay pun sebagai pastor yang hidup sendirian bisa bersikap dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan, tugas-tugas dan masalah masalah sebagai berikut:

  • membiarkan menumpuk.
  • menyelesaikan setengah setengah.
  • menunda pekerjaan.
  • menganggap enteng.
  • melarikan diri.
  • mencari, membuat masalah lagi dengan sengaja.
  • cuek, tidak mau tahu.
  • diam karena tidak tahu solusi.
  • sok tahu, berlaga menggurui.
  • cepat emosi, sensi, marah..
  • agresif, tidak pakai nalar sehat

Sikap kurang bersyukur

Dalam keadaan kurang, kita mencari. Tuhan sudah kasih rumah. Rumah ada, masih melirik ke tetangga, ada mobil nggak. Tuhan sudah melimpahkan berkat kepada kita. Namun kita kurang bersyukur atas satu pemberian Tuhan.

Inilah sifat manusia ingin lebih, ingin tambah. Padahal Tuhan sudah memberikan rezeki kepada setiap orang sesuai dengan kemampuannya.

Hidup sebagai pastor, kaum berjubah itu tidak pernah mengalami kekurangan. Tuhan selalu memberi kebaikan, kemudahan lewat cinta dan perhatian umat.

Kadang meja makan melimpah dengan makanan untuk pastor. Namun, sayangnya Liem Tjay sering menggerutu, tidak puas, mudah mengeluh.

Liem Tjay merenungkan pola tingkah laku angsa tadi sebenarnya mencerminkan sikap manusia pada umumnya yang kurang mensyukuri pemberian Tuhan.

Hanya soal lapar, keluarga kacau

Ketika turne, Liem Tjay sering menjumpai beberapa keluarga yang bermasalah di paroki. Liem Tjay sadar dan menerima keadaan ekonomi keluarga keluarga di paroki dibawah rata rata. Maka Paroki Penajam digolongkan sebagai paroki kelas tiga tingkat ekonominya.

Bapak Lupoq, umat stasi, pernah mengeluh begini:

“Saya sebagai kepala rumah tangga sering juga jengkel terhadap diri sendiri. Banyak masalah yang kuhadapi: si Silau, anakku sakit, sampai sekarang belum sembuh, tanaman sayur di kebun tergenang air, karena hujan deras. Ketika saya membuang air di kebun, tiba tiba ada panggilan dari sekolah untuk menyelesaikan kasus anak nakal. Saya ke sekolah. Ketika saya pulang, saya merasa lapar sekali. Harapan saya di rumah ibunya anak-anak sudah menyediakan makan siang.”

“Saya berseru: Ma, ada nasi, aku lapar,” pintaku.

Jawaban istri saya: ”Tidak ada makanan, tidak ke pasar untuk beli sayur. Uang habis. Nah, sekarang ayo kasih uang untuk beli beras.” 

“Saya sangat kesal. Uang persediaan juga menipis dan rencana uang itu digunakan untuk beli obat. Saya emosi sekali. Hampir kutampar isteriku.”  

Demikian shering Bpak Lupoq.

Hanya masalah perut saja, pertengkaran antara suami dengan isteri tidak bisa dihindari. Situasi ini memicu munculnya masalah masalah dalam keluarga yang lainnya.

Begitulah ekonomi rumah tangga menjadi masalah yang cukup mendasar di daerah Penajam.

Naluri menyerang, membunuh

Dalam keadaan lapar, kecenderungan ingin memenuhi kebutuhan diri sendiri sangat besar. Berebut dan berebut tak masalah, yang penting saya dapat. Tak mau tahu itu saudara kandung, ini keluarga atau tetangga dekat, bila perlu sikat habis-habisan sampai mati, yang penting: “Aku dapat yang kumau.”

Ini jadi prinsip.

Dalam keadaan lapar emosi naik, sangat sensitif, naluri untuk menyerang tinggi. Angsa itu tidak mau si kucing ikut makan, bahkan angsa itu mau membunuh si kucing. Dalam keadaan lapar, naluri menyerang dan membunuh amat kuat.

Bersama umat dan tetangga yang selalu setia ikut menjaga Meissy.

Jalan pintas

Dari peristiwa angsa yang lapar dan pengalaman Liem Tjay tadi, biasanya jika kita punya masalah dan terpojok, pikiran terus bekerja untuk cari jalan keluar. Dengan catatan kita tidak ngambek atau frustrasi. Pikiran dan tindakan yang negatif bisa muncul untuk menyelesaikan masalah dengan cara tidak halal misalnya: korupsi, maling, merampok, membunuh.

Cari jalan pintas dengan gampang dan cepat, instan dalam menyelesaikan masalah itulah yang diinginkan. Pernah, pasangan suami isteri datang ke pastoran. Mereka minta surat nikah. Lalu pastor Liem Tjay membuatkan surat nikah sendiri.

Maklumlah paroki tidak mampu menggaji seorang sekretaris yang mengurus administrasi paroki. “Ini surat nikahnya, silahkan lihat lagi, mungkin ada yang salah,” kata Liem Tjay.

Mereka membaca surat nikah sejenak. Lalu isteri dengan nada memelas mencoba merayu pastor: ”Bapak pastor, anak kami sudah tiga… tapi belum ada akte kelahiran…Ini mau buat… Biaya buat akte kelahiran mahal… uang darimana? Hidup susah… anak anak ini terlanjur lahir. Bisakah tanggal pernikahan ini diubah sebelum anak anak lahir… tolong lah bapak pastor?”

Pastor disuruh mengubah data tanggal perkawinan di Gereja.

Mengapa? Mereka sudah hidup bersama dan memiliki tiga anak sebelum pernikahan diberkati dan sah di Gereja Katolik. Untuk menghindari biaya sidang pengesahan kelahiran anak secara sipil, mereka minta mengubah data tanggal perkawinan.

Keluarga itu menghadapi masalah yang menumpuk: selama bertahun tahun perkawinan belum beres, ekonomi rumah tangga belum stabil, anak tidak bisa sekolah karena tidak ada akte kelahiran, beban biaya administrasi di catatan sipil dls.

Inilah salah satu kalan pintas atas persoalan keluarga katolik yang belum sah perkawinan dan sudah punya anak: mengubah data. Begitukah?

Meisy, angsa-angsa: duta komunikasi dengan tetangga

Para tetangga sudah tahu angsa-angsa itu milik Gereja Katolik, milik Bapak Pastor. Ketika Pastor Liem Tjay tidak ada di Pastoran, angsa-angsa itu keluar di jalan ke tetangga untuk cari makan, maka tetangga sudah hafal Bapak pastor sedang bepergian, sedang tidak ada di rumah.

Tetangga memberi makanan untuk angsa-angsa dengan senang hati. Meisy angsa-angsa ini menjadi duta dan sarana komunikasi dan tanda kehadiran Bapak pastor di tengah warga RT 04 Gunung Seteleng Penajam.

Tetangga mengetahui dan memberi makanan kepada Meissy, angsa-angsa berarti mereka juga mengetahui dan menerima keberadaan Gereja Katolik dan Liem Tjay sebagai Pastor, anggota warga RT 04 Gunung Seteleng Penajam.

Pengakuan masyarakat tetangga yang berbeda agama terhadap adanya umat Katolik sudah menjadi berkat dan memantapkan keberadaan umat katolik.

Meissy ikut jaga air

Air PAM tidak setiap hari mengalir. Kadang dua pekan lamanya, air baru mengalir. Pernah selama musim kemarau panjang, kran tidak menetes hampir dua bulan.

Air bersih untuk masak dan mandi menjadi masalah tersendiri bagi pastoran maupun masyarakat kecamatan Penajam.

Ketika air PAM mengalir, pastoran mendapat jalur pengaliran tengah malam. Maka Pastor Liem Tjay dengan Pak Wihelmus Nosar (alm) menjaga dan menadah air. Para tetangga pun juga menyedot air dengan mesin Alkon. Siapa cepat, mesin siapa kuat sedotannya, akan mendapat air melimpah. Jatah air yang dialirkan di area Gereja itu hanya berlangsung dua jam saja.

Ketika Liem Tjay tertidur di depan TV sambil menunggu tandon air penuh, Meisy, angsa-angsa itu ribut mondar mandir di sekeliling pastoran.

Mereka berhenti di pintu belakang dan mematuk mulutnya ke daun pintu, sehingga menimbulkan bunyi ketukan. Liem Tjay yang sedang nyenyak tidur di depan TV, tiba-tiba bangun dan terkejut, dia mengira ada tamu yang datang.

Lalu ia bangkit dan menuju ke pintu dan bertanya: ”Siapa ya, malam-malam datang, ada perlu apa?,” pikirnya ada tamu yang mau minta perminyakan suci.

Ketika Liem Tjay membuka pintu, Meisy angsa-angsa itu mengangguk dan berbunyi: kweek…kweek…kweek… seakan mereka berkata ….tandon air sudah penuh.

Lalu Meisy lewat meninggalkan pintu dapur dan berjalan menuju ke kebun. Liem Tjay beralih konsentrasinya ke tandon air. Ia melihat air melimpah dari tandon. Lalu mematikan Alkon.

“Terimakasih Meisy, angsa-angsa ku yang ikut setia menjaga dan memberi informasi, “ kata Liem Tjay dalam hati. Lalu kembali menuju ke kamar tidur pukul 04.00 subuh.

Areal Pastoran Gereja Paroki Penajam di pedalaman Kaltim di mana sekawanan Meissy hidup menjaga dan memilihara pastornya.

Meissy dibutuhkan bagi kesuburan  wanita

Telur angsa dipercayai untuk kesuburan wanita. Memang ketika angsa bertelur dan mengeram telur telur, si Messy ini sangat ketat menjaga. Messy sangat sensitif. Bila ada yang mendekat atau menganggu, Messy dengan cepat dan ganasnya menyosor.

Ada pasangan suami-isteri sudah menikah lama dan belum dikarunia anak. Kerinduan dan intensi Ester, nama e sangat kuat.

mendengar informasi di Gereja Katolik ada angsa yang sedang bertelur. Ester itu diam-diam masuk ke halaman pastoran dan mencari angsa yang sedang mengeram. Bagaimana perjuangan dan cara Ester itu mencuri telur yang sedang dieram. Hal ini tidak mudah, mengingat angsa itu sangat ganas dan menyerang bila telur itu diambil.

Berjuang mendapatkan telur angsa, bagaikan tekun dan berjuang  dalam iman untuk memperoleh berkat dari Tuhan.

Buah telur angsa adalah relasi, keterbukaan

Masuk area Gereja Katolik bukan najis, bukan angker dan protokoler. Namun orang lain datang dan masuk ke lingkungan Gereja Katolik mendapat kesejukan dan kepercayaan diri.  Ini yang sangat penting dalam berpastoral dan bermisi bahwa Gereja membuka diri dengan ramah.

Lingkungan Gereja menawarkan aura sehat, aura damai, aura persaudaraan sehingga orang datang merasa krasan, at home menyatu dengan lingkungan dan tentunya dengan penghuni.

Dengan demikian sekat, pemisahan, perbedaan suku, agama, adat, bahasa terjembatani dengan sikap ramah menjamu orang lain. Gereja dengan umat yang sedikit hadir dan diterima oleh masyarakat Penajam di awal berdirinya sebuah paroki baru.

Bukan pertama tama bangunan pastoran atau gedung gereja yang megah, bertembok. Bukan fasilitas yang dimiliki oleh pastoran, bukan juga banyaknya kegiatan pastoral. Namun kemurahan hati itulah kunci berpastoral yang mau ditawarkan.

Meissy mengingatkan bahaya tsunami

Sekali waktu, Penajam digemparkan dengan berita tsunami. Memang pas air sangat surut lalu biasanya akan disusul dengan pasang dan ombak tinggi. Karena tsunami di Aceh masih hangat peristiwanya, begitu ada berita tsunami akan terjadi di Penajam. Jadi, masyarakat heboh.

Menurut kesaksian Ibu Eli, tetangga pastoran, waktu ada keributan di sepanjang Jalan Suka Maju Rt 04 Gunung Seteleng, keluarga Ibu Eli ini sudah tertidur lelap. Mereka tidak dengar suara ribut orang-orang saling lalu lalang untuk mengungsi.

Liem Tjai dengan salah satu koleksi Meissy-nya.

Eli terbangun karena Messy, angsa-angsa ini ikut ribut di depan rumah. Lalu Bu Eli membuka jendela dan melihat banyak orang di depan, ribut, berlari mengungsi sambil berteriak teriak: tsunami…tsunami…

Si Messy, angsa pastoran sangat peka dan simpati kepada tetangga. Suara yang gaduh mengingatkan kita semua sadar akan bahaya yang mengancam hidup kita.

Apa yang Liem Tjay katakan pada Meissy, angsa-angsa

  • Messy, kalian angsa-angsa  ikut ambil bagian dalam karya pastoral Gereja Katolik Penajam.
  • Messy, kalian itu merakyat, hewan rumah yang kooperatif dengan pemilik, menjaga.
  • Melindungi menjadi benteng pertahanan, tentu setia sampai mati.
  • Messy,angsa-angsa, kalian adalah hewan yang gampang, mudah, memakan apa saja. Semua bisa masuk ke perut kalian. Kalian bisa menyesuaikan segala makanan.

Sisa sisa makanan pun bisa dinikmati dengan lahap. Jika tuannya makan tempe, kalian pun makan tempe, jika tuannya tidak makan, kalian pun ikut berpuasa.

  • Memelihara angsa itu sederhana, murah meriah. Tidak perlu membeli makanan khusus dan bergizi yang harganya mahal, lain dengan memelihara anjing jenis Czechoslovakian Wolfdog dengan perawatan dan pemeliharaan khusus
  • Messy, angsa-angsa, kalian hidup di kolam yang airnya kumuh dan di kebun halaman pastoran nan luas. Memang Messy, kalian kelihatan kotor dan kumuh, namun naluri kalian baik dan setia. Jika ada tamu yang datang, Meissy, kalian sembunyi, tidak muncul mengganggu atau ribut di keramaian.
  • Meissy, kalian tidak menonjolkan diri, maka kalian tahu diri, tahu menempatkan diri. Kalian ribut pada saat yang  tepat. Kalian diam, menyepi pada saat semua tenang dan jalan baik.

Cukup banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Meissy, angsa-angsa. Untuk melakoni hidup sebagai pastor di pedalaman. Sebagai anggota masyarakat dan tokoh masyarakat.

Tepian Sungai Serayu

Pesta Para Malaikat Agung, 29 September 2020

Liem Tjay

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here