Sahabat pelita hati,
SALAM seroja, sehat rohani-jasmani. Berkah Dalem.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan Maria Bunda Gereja. Pelita sabda menampilkan Bunda Maria serta Maria isteri Kleopas dan Maria Magdalena sebagai perempuan-perempuan istimewa. Mereka adalah contoh perempuan tangguh dalam beriman. Setia menyertai Tuhan hingga di puncak kayu penyaliban.
Bunda Maria menyatakan kesungguhannya sebagai ibu yang selalu ada di dekat anaknya, terutama pada saat mengalami kesulitan dan penderitaan. Kita menyaksikan ketabahan dan ketegaran seorang ibu yang tetap ingin menyertai puteranya. Ia adalah seorang pelindung, pengayom dan peneguh bagi yang sedang berjuang dalam derita. Michael Angelo mengabadikannya dalam sebuah lukisan indah. Maria memangku dan memeluk jenazah Yesus dalam sebuah karya seni patung yang berjudul “Pieta”. Itulah gambaran hati seorang ibu yang tegar dan penuh cinta kepada anaknya.
Sahabat terkasih,
Ketabahan seorang Maria mencerminkan hatinya yang tak gentar menghadapi macam-ragam duka derita. Ia memegang teguh kominten awal panggilannya dan kesanggupannya. Inilah sumpah prasetyanya, Ecce Ancilla Domini, Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum, atau Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku seturut perkataan-Mu itu.
Bunda Maria adalah teladan umat beriman karena ketabahan dan kesetiaannya. Maka marilah kita berusaha meneladan Bunda Maria yang setia memegang teguh komitmen imannya. Tetap semangat dan berkah Dalem.
Anak-anak muda di zaman kini,
prestasinya membuat decak kagum.
Aku ini hamba Tuhan
Fiat mihi secundum verbum Tuum.
Indah dan merdu suaranya,
semua orang memandang penuh terkesima.
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya,
Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.
dari Banyutemumpang, Sawangan, Magelang,
Berkah Dalem – St. Istata Raharjo,Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
————————————————————————————
Bacaan:
Kejadian 3:9-15.20//Kisah Rasul 1:12-14
Yohanes 19:25-34
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci —: “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yoh.19:25-34)