Pengalaman Retret Latihan Rohani Tersaji dalam Buku “Jejak Awam Berjalan Bersama Ignatius”

2
724 views
Buku "Jejak: Awam Berjalan Bersama Ignatius"

REFLEKSI merupakan salah satu cara untuk mengolah pengalaman rohani. Ignatius de Loyola menengarai dalam Latihan Rohani pengalaman iman masing-masing orang dihargai.

Hal ini seperti dicatat pada buku Latihan Rohani, pengalaman personal Ignatius menunjukkan bahwa Allah sendirilah yang langsung bertindak atas dirinya.

Mencicipi Latihan rohani bagi kaum awam merupakan suatu proses mengenal spiritualitas Ignatian dan membawa dalam refleksi hidup keseharian.

Buku Jejak: Refleksi Perjalanan Awam Sahabat Ignatius dengan editor Romo Agustinus Setyodarmono SJ mau membagi refleksi para awam Sahabat Ignatius yang pernah mengikuti program retret spiritualitas Ignatian.

Hidup adalah sebuah perjalanan, peziarahan

Romo Nano -panggilan akrab  Agustinus Setyodarmono SJ- menulis dalam kata pengantar buku ini, hidup akan terasa lebih bermakna ketika jejak-jejak perjalanan itu dilihat kembali, dianalisis, lalu dimaknai.

Buku berjudul Jejak ini ditulis oleh para penulis (retretan) yang menceritakan jejak-jejak perjalanan, peziarahan, atau pencarian para penulis.

Perjalanan hidup yang telah dialami dan dilakukan oleh para penulis dilihat kembali dan dimaknai dengan berkaca pada jejak-jejak penziarahan Ignatius Loyola sebagaimana dikisahkan dalam autobiografi Ignatius.

Romo Nano menulis, dalam kisah perjalanan hidupnya Ignatius suka menyebut dirinya seorang peziarah. Karena ia sangat menyadari hidupnya adalah sebuah peziarahan. Dalam upayanya menemukan kehendak Allah dan kemudian merealisasikannya dari tahap demi tahap.

Ilustrasi: Mencari arah baru. (Ist)

Menangkap cara komunikasi dengan Allah

Ignatius mengalami jatuh bangun, melakoni banyak perisitiwa hidup tak terduga. Juga mengalami jatuh bangun dalam upayanya mampu menangkap cara dan isi komunikasi Allah. Setelah semua pengalaman jatuh-bangun itu terjadi, maka di akhir tahap peziarahan hidupnya, Ignatius akhirnya berupaya ingin membantu banyak orang mengalami Allah yang berkomunikasi aktif dengan setiap pribadi manusia.

Pengalaman para retretan

Bagaimana para penulis buku ini memaknai jejak-jejak penziarahan mereka berdasarkan jejak-jejak penziarahan Ignatius Loyola?

Jawabnya termuat di buku Jejak ini. Ditulis oleh 23 orang pesertra retret Latihan Rohani. Tersaji dengan 30 judul refleksi.

Buku Jejak ini dicetak sebagai ungkapan syukur pada momen penutupan Tahun Ignatian Serikat Jesus Provinsi Indonesia tanggal 31 Juli 2022.

Kelebihan buku ini terletak pada keberanian dan kesediaan penulis yang belajar memaknai hidup berdasarkan jejak-jejak Ignatius Loyola.

Refleksi pengalaman penulis menjadi satu bentuk “percakapaan rohani” yang sangat baik didengarkan; sengajA dikumpulkan sebagai kekayaan rohani bagi pembaca buku ini. 

Ilustrasi – Berdoa

Jejak yang direfleksikan

Berikut ini beberapa ekspresi buah-buah rohani hasil refleksi dalam buku Jejak

  • Allah memang punya cara yang istimewa bagi tiap orang. Dia sangat personalis. Makin mengenali Kristus di dalam karya yang dijalani makin merasa kecil, rapuh, tidak berdaya, makin merasakan kemurahan Allah, kekuatan Allah, pertolonngan Allah, Kesetiaan Allah: Allah Yang Cura Personalis Memegang Janji Bersama.
  • Rupanya Allah gemas. Seakan seperti peristiwa keledai Bileam, Allah pun menggunakan cara yang aneh pada zaman itu. Allah mengingatkan saya melalui Y, membuat saya mempertanyakan, apa makna menjadi seorang Weilin, Tionghoa, Kristiani, S-1, lahir menjadi bagian bangsa Indonesia: Berapa Jumlahnya?
  • Burning the boat(s) and moving onwards. Saya sadar, ternyata ketika ada pengambilan keputusan besar yang terjadi dalam hidup saya, ada kalanya saya melakukan intentitas doa yang panjang (dan tetap sendiri). Tetapi ada kalanya juga begitu singkat: It Takes Two Feet to Walk.
  • Kalau saya mengingat kecongkaan itu, saya merasa sangat malu. Bersyukur bahwa Kristus Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia tahu “menu” yang saya butuhkan memang “belajar menanggalkan kasut: Belajar Menjadi Murid.
  • Setiap kali saya bergulat dalam situasi yang tidak nyaman, peristiwa The Evening Conversation selalu menjadi pengingat yang baik. Saya sungguh berdoa untuk Allah, tidak perlu muncul lagi  dengan suara-Nya yang jelas: The Evening Conversation.
  • Memang yang membimbing retret saya ini hanya seorang awam, tetapi saya percaya Bapa dan Roh Kuduslah yang melengkapi proses pembimbingan. Ms. Roselie mengajari bagaimana caranya berdoa, Meditasi-Kontemplasi, Sensitize your 5 senses, perhatian pada gerak-gerik batin, experiencing desolation & Consolation, immerse with the nature. Mulai malam pertama retret, saya mendapat banyak sekali pengalaman rohani yang bersifat life-changing: You Come to My Senses.
  • Latihan Rohani dalam hidup sehari-hari. Saya menulis pengalaman setiap hari dan mengirimkan pada pembimbing retret melalui WA, lalu beliau memberi tanggapan. Proses pendampingan seperti ini memberiku keuntungan terkondisikan untuk menjadi diri sendiri, tenang, menulis secara manual, berefleksi secara konsisten: Belajar Spiritualitas Ignatian dari Orang-orang yang Hidup.
  • Mengikuti LRP (Latihan Rohani Pemula) kurasakan seperti mendapatkan vitamin rohani di saat pandemi. Sebagaimana vitamin C, D, dan lain-lain penting untuk menjaga imunitas tubuhku. LRP sebagai vitamin rohani menjaga imunitas hidup rohaniku. Vitamin rohani ini perlu kukonsumsi secara rutin karena aku sering mengalami “pandemi rohani” yang membuat batinku sakit: Berjalan bersama Inigo.
Tukang tanah liat by Wonderwall

Latihan mati

Satu tulisan refleksi di halaman 129 buku berjudul Latihan Mati. Di situ ditulis demikian. Dalam konteks Latihan Rohani St. Ignatius Loyola, setiap latihan perlu disiapkan dengan preparasi atau persiapan menuju suasana doa.

Preparasi dilanjutkan dengan aksi dan refleksi. Bila kita memaknai bahwa menyongsong mati adalah suatu proses menyongsong bersatunya kembali kita dengan Sang Pencipta, maka proses ini juga menjadi bagian dari suatu rohani yang perlu disiapkan.

Diskresi

Latihan Rohani tidak lepas dari latihan berdiskresi. Seorang penulis mencatat hal ini. Satu peristiwa lain yang sangat berkesan hingga saat ini adalah ketika kami dibimbing untuk ber-discernment pertama kalinya oleh Rama Suradibrata SJ (alm).

Karena masalah relasi dengan mama yang semakin memburuk, kami harus mengambil keputusan akan terus tinggal bersama mama atau harus pindah dan tinggal di rumah sendiri?(hlm. 137)

Menimba pengalaman rohani

Kelebihan buku ini terletak pada keberanian dan kesediaan penulis yang belajar memaknai hidup berdasarkan jejak-jejak pengalaman rohani Ignatius Loyola. Refleksi pengalaman penulis menjadi salah satu bentuk “percakapaan rohani” yang baik didengarkan dan dikumpulkan sebagai kekayaan rohani bagi pembaca buku ini. 

Buku ini bisa menjadi bacaan rohani, yang memberi peneguhan dalam peziarahan hidup. Jatuh bangun, kegembiraan, merasa dicintai dan menemukan makna hidup bisa direfleksikan dengan membaca tulisan-tulisan di buku ini.

Sangat mungkin pengalaman yang ditulis dalam buku ini mirip dengan pengalaman yang pernah dialami oleh pembaca.

Di sisi lain buku ini bisa menjadi ‘sumur rohani” yang bisa di timba untuk memberikan kesegaran dalam penziarahan hidup sehari hari-hari, karena secara realitas di alami oleh para awam dengan berbagai dinamikan penziarahan hidupnya.

Lembar belakang sampul dalam buku Jejak: Refleksi Perjalanan Awam Sahabat Ignatius, tertulis sebagai berikut:

JEJAK@2022 Sekretariat Formasi Awam Sahabat Ignatius

Sekretariat Formasi Awam Sahabat Ignatius

Jl. Veteran 16-B Klaten 57438

Telepon (0272) 322594

Email: retret_pantisemedi@yahoo.co.id

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here