Puasa adalah Sarana

0
335 views
Ilustrasi: Berpuasa. (Ist)

Puncta 08.07.23
Sabtu Biasa XIII
Sabtu Imam
Matius 9: 14-17

DALAM bacaan Injil kemarin, dikisahkan Yesus makan bersama dengan Matius si pemungut cukai dan teman-temannya. Nampaknya Yesus dijamu dengan pesta yang berlimpah di rumah Matius. Jamuan besar dengan mengundang tamu-tamu yang banyak.

Hal ini dilihat oleh murid-murid Yohanes Pembaptis yang sering melakukan puasa dan mati raga. Maka mereka bertanya kepada Yesus, “Mengapa kami dan orang Parisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?”

Di kalangan Yahudi ada banyak aturan puasa dan hari-hari raya keagamaan. Murid Yohanes Pembaptis dan kaum Parisi sangat ketat dan taat pada aturan itu.

Mengapa Yesus dan murid-murid-Nya dengan gampang dan enteng sekali datang pada pesta jamuan makan bersama.

Yesus menjawab dengan memberi dua perumpamaan tentang mempelai dan anggur yang baru. Diumpamakan Yesus datang sebagai mempelai laki-laki. Kalau mempelai masih ada di pelaminan, maka orang bersukacita dan tidak berpuasa.

Perumpamaan kedua tentang anggur yang baru. Anggur baru harus disimpan dalam kantong yang baru. Kalau dimasukkan ke kantong kulit yang lama nanti bisa hancur dan tumpah semua.

Yesus datang sebagai mempelai membawa kegembiraan dan keselamatan. Anggur dan kantong yang baru adalah gambaran tentang hukum baru.

Yesus datang membawa hukum baru yaitu cintakasih. Hukum Kasih mengatasi hukum lama yang banyak membelenggu manusia, termasuk tentang aturan puasa.

Keselamatan tidak tergantung dari puasa atau laku tapa. Keselamatan adalah anugerah kasih Allah. Dia ingin kebahagiaan dan keselamatan manusia.

Puasa dan matiraga itu sebagai sarana agar kita mendekatkan diri kepada Allah yang telah mengasihi dan menyelamatkan kita.

Jangan dikunci, kalau tidak puasa tidak masuk surga, malah menilai orang yang tidak puasa adalah orang berdosa. Kemudian memaksa-maksa orang menutup warung, mengintimidasi, merusak dan mengancam penjual makanan.

Tidak usah gusar, gelisah, skrupel kalau sedang puasa ada orang pesta, makan minum dan bersukaria.

Yang utama itu bukan puasanya, tetapi apakah dengan puasa orang bisa lebih mengasihi sesamanya khususnya mereka yang kecil, lemah, miskin dan terpinggirkan?

Kalau di hati ada kasih, yang diutamakan adalah damai dan keselamatan manusia, bukan keselamatan diri sendiri.

Pergi ke Jogjakarta naik motor ducati,
Jalannya pelan disalib gerobak pedati.
Jadi manusia jangan suka menghakimi,
Belum tentu kita paling benar sendiri.

Cawas, belajar menghargai..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here