Debu
/I/
Siapakah ia sehingga Kau pelihara?
/II/
Ingatkah Kau akan debu
Serupa wajah-Mu
Membuana pada hamparan fana
Kala angin Kau hembus sayup-sayup
Di antara bibir dan matanya yang mungil
/III/
Ingatkah Kau akan debu
Kau biarkan mereka makantanpa tangan dibasuh
Sebab mereka sendirisegumpal debu
Bersatu melaburi tiang iman yang kerap rapuh
/IV/
Ingatkah Kau akan debu
Di malam itu Kau tanggalkan peluhdankasutmereka
Sebelum kaki merekaKau kecup satu demi satu
/V/
Ingatkah Kau akan debu
Di hari ungu sebelum hari wafat-Mu
Palang-Mu telah terpampang di keningku
/VI/
Ia hanyalah debu
Lenyap bentuk tatkala hujanberinai jatuh
Menghujamderas tepat di dada tubuhnya
/VII/
Ia hanyalah debu
Lenyap bentuk tatkala badai datang
Memindahkannya dari tanah lapang ke dalam telaga
/VIII/
Dan ia tetaplah debu
Lenyap bentuk tatkala siang mulai redup
Menanti malam membaringkan mentari di pundaknya
/IX/
Ia masih mencintai wajah kumalku, Tuhan
(Puncak Scalabrini, 26/11/2016)
Engkau Juga Wanita
Sangkaku Engkau seorang bapak berwatak garang
Seharian erat menggenggam kapak
Memangkas ranting dari tubuh rapuh yang Nampak
Sosok-Mu kini berubah tak kupahami
Umbaran senyum bibir-Mu membalut hati
Gemulai tubuh ayu menyapa lembut
Berulangkali jidatku mengerut
Lantas tarian tanyaku menyambut
Engkaukah itu?
Kau rajut tubuh penaka sulaman ibu
Menyusui dengan tetesan cinta dalam rahim bumi
Baru kutahu,
Engkau juga wanita
Tatkala membelai manja raut keluhku di pangkuan diam
(Hokeng, 9/8/2016)