
TULISAN pendek ini mengambil sumber inspirasi dari materi pembekalan spiritual yang disampaikan oleh Romo Adrian Adirejo OP selaku Penasihat Teologis kepada jajaran pengurus PUKAT (Profesional Usahawan Katolik) Nasional di Kantor KWI Jakarta, Rabu 4 Juni 2025.
———————
Dalam pembekalan spiritual Romo Adrian Adirejo OP, usai pelantikan anggota Pengurus PUKAT Nasional di KWI Jakarta hari Selasa petang tanggal 3 Juni 2025, saya mencoba menangkap beberapa hal penting yang patut kita dalami dan renungkan bersama. Yakni tentang empat hal penting yang biasa kita “kejar” dalam hidup dan juga dalam dunia usaha.
Paparan materi pembekalan spiritual hati ini diberikan oleh Romo Adrian OP hari Rabu tanggal 4 Juni 2025 di Kantor KWI Jakarta. Dan berikut ini intisari materi paparannya.
Empat hal penting
Mari kita bahas hal itu satu per satu.
Dalam dunia profesional dan bisnis, kita sering diajarkan untuk mengejar empat hal sebagai sumber kebahagiaan. Ke-4 hal itu adalah uang, kenikmatan, kekuasaan, dan nama baik.
“Semua itu tentu tidak salah – bahkan bisa menjadi berkat, asalkan digunakan dengan benar dan bijaksana,” ungkap Romo Adrian Adirejo OP, imam Ordo Dominikan Indonesia pertama.
Namun, mari kita jujur sejenak.
- Pernahkah kita bertemu seseorang yang tampaknya memiliki segalanya, namun hidupnya justru malah terasa kosong? Atau
- Justru orang sederhana, yang hidupnya damai, penuh senyum, dan dicintai banyak orang?
Di sinilah kita mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita miliki, melainkan dari cara kita membangun relasi dengan sesama.
Tiga jenis “hati”
Dan untuk membangun relasi yang sejati, kita hanya butuh tiga jenis hati:
- Kemurnian hati – Relasi tanpa agenda pribadi tersembunyi
Kemurnian hati berarti mencintai tanpa syarat; hadir tanpa pamrih; dan membangun hubungan bukan atas dasar untung-rugi.
Di tengah dunia yang sering kali penuh kepentingan, relasi yang murni adalah sebuah oase langka.
- Jangan berteman hanya karena jabatan.
- Jangan menghargai seseorang hanya karena prestasinya.
- Belajarlah hadir karena kasih, bukan atas dasar kalkulasi.
2. Kerendahan hati – Mengakui bahwa kita membutuhkan sesama
Kerendahan hati bukan soal merendahkan diri, tetapi kesadaran bahwa kita tidak bisa berjalan sendiri. Seorang pemimpin yang rendah hati akan lebih mudah diterima, didengar, dan dikenang.
Dalam dunia kerja, kadang kemampuan mendengarkan jauh lebih penting daripada kecerdasan.
- Bukan soal siapa yang paling hebat.
- Tapi siapa yang paling bersedia belajar dan terbuka.
3. Kemurahan hati – Memberi tanpa menghitung-hitung
Kemurahan hati tidak selalu soal uang. Ia menyangkut waktu, perhatian, pengampunan, dan kehadiran. Bagi kita -para PUKATers yang sibuk- kemurahan hati justru bisa menjadi kesaksian yang paling kuat.
- Luangkan waktu untuk mendengar keluhan timmu.
- Maafkan partner yang pernah menyakitimu.
- Dukung mereka yang sedang berjuang—meski bukan siapa-siapa.
Seperti Kristus yang mencintai kita
Yesus tidak datang membawa uang, kekuasaan, atau jabatan. Ia datang membawa kasih. Ia hadir dengan hati yang murni, rendah, dan murah.
Jika kita ingin mencintai seperti Kristus mencintai kita, maka mulailah dari hati kita sendiri. “Cintailah sesamamu seperti Aku telah mencintai kamu.” (Yohanes 13:34)
Di situlah letak kebahagiaan sejati. Bukan di puncak jabatan, melainkan dalam hati yang penuh cinta.
“Dengan Rahmat Tuhan, tidak ada yang mustahil”
Hidup ini penuh kejutan.
Kadang jalan tampak buntu.
Kadang orang lain meragukan kita.
Kadang bahkan kita sendiri mulai ragu.
Ini sungguh nyata
Namun satu hal yang pasti: Dengan rahmat Tuhan, tidak ada yang mustahil. Ini bukan sekadar slogan rohani, tapi kekuatan nyata.
- Apa yang kita lihat sebagai tembok besar, Tuhan bisa ubah jadi pintu terbuka?
- Apa yang kita kira akhir, Tuhan bisa ubah jadi awal baru?
Semua tergantung dari “mata” yang kita pakai:
- Apakah kita melihat hidup ini dengan mata syukur, atau hanya fokus pada kekurangan?
- Apakah kita memandang sesama dengan mata kasih, atau dengan mata curiga?
Salam PUKATers.
Selamat melayani – selamat berkarya.