Renungan Minggu Adven 4, Kita Dipanggil untuk ‘Melahirkan’ Kristus di Dunia

0
15,364 views

ADVEN 4, A; 18 Desember 2011
2Sam. 7:1-5.8b-12.14a.16; Rom. 16:25-27; Luk. 1:26-38

Hari ini kita mendengar kabar Malaikat kepada Maria, cerita yang sering kita dengar dan juga kita renungkan tiap kali kita mendoakan peristiwa gembira dalam rosario. Tapi marilah kita sejenak membayangkan apa yang terjadi seandainya malaikat Gabriel datang ke tempat lain? Atau, apa yang menjadi kelanjutannya seandainya jawaban Maria bukan seperti itu? Tentu kelanjutan kisah ini amat berbeda.

Tak akan ada cerita kunjungan Gabriel, dan Injil pun takkan pernah ditulis. Seluruh warta Injil yang kita kenal sekarang sebenarnya berawal dari kelanjutan kisah ini. Bahkan sejarah kemanusiaan setelah itu akan amat berbeda. Memang semua “andaikata” di atas itu tidak berdasar samasekali; namun membantu untuk menyadari bahwa yang terjadi di Nazaret dua ribu tahun silam itu bukan perkara yang biasa-biasa saja. Dan dari titik itu kemanusiaan mengambil arah baru sampai ke zaman ini.

Dan semua ini dapat terjadi, karena seorang gadis di Nazaret itu menjawab “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Jawaban ini bukan jawaban pasrah yang acuh tak acuh; “Terserah, kamu yang tentukan”; tetapi jawaban yang penuh hati terbuka dan sedia merenungkan pengalaman-pengalaman hidup selanjutnya. Maria tidak mulai dengan bersaksi atau pamer: Aku dipilih jadi Ibu Tuhan! Karena itu Lukas berulang kali mencatat “Maria menyimpan segala perkara itu dan merenungkannya.”

Apakah Maria pada waktu itu mengerti dengan jelas apa kehendak Allah? Pasti tidak. Maria tidak mengerti apa dan bagaimana Anaknya bekerja, jawaban Yesus bahwa Ia harus ada di rumah BapaKu, tidak dimengerti dan disimpannya dalam hati. Waktu ibu Maria diajak menjemput Anaknya pulang; Yesus berkata: Siapa ibuKu, saudaraKu? Yang melakukan kehendak BapaKu. Ibu Maria pasti tidak mengerti.

Di bawah salib, ibu Maria juga tidak mengerti,mengapa harus terjadi seperti itu. Pasti saat itu ibu Maria mengulangi kesediaannya dan menyimpan segala perkara itu dalam hatinya. Kepasrahan, kerja sama manusia dengan kehendak Allah, memberi hasil yang luar biasa, bukan hanya bagi diri manusia itu sendiri, tetapi bagi seluruh bangsa manusia.

Ibu Maria mendapat tugas untuk melahirkan Yesus ke dunia. Hal itu dilakukannya bukan dengan berbagai hal hebat; tetapi ibu Maria mulai dengan merenungkan Sabda Tuhan dan menyimpannya dalam hatinya. Didalam hati ibu Maria itulah Sang Sabda menjadi nyata; dalam perubahan sikap hidup ibu Maria, Sang Sabda dapat hadir di dunia.

Sifat kepiting
Di pantai-pantai di Philipina, ada  kepiting yang ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat dan dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat. Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan disantap untuk lauk. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat. Mungkin tidak banyak yang tahu sifat kepiting.

Salah satu sifat kepiting adalah dengki kepada sesama kaumnya yang dianggap `lebih berhasil’. Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar. Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar. Keesokan harinya manusia tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang saling dengki itu.

Begitu pula dalam kehidupan ini. Tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu. Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang tidak benar. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’ :
1. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
2. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak.
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.

Mengembangkan diri
Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi `kepiting’ dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Seperti ibu Maria, setiap dari kita juga dipanggil untuk ‘melahirkan’ Kristus di tengah dunia. Kita sudah melakukan banyak persiapan untuk natal ini. Kegiatan-kegiatan juga sudah dan sedang berjalan. Tetapi apakah kita sudah meneladan kekuatan sejati Ibu Maria? Merenungkan Sabda Tuhan dan menyimpannya dalam hati kita?

Tanpa merenungkan Sabda Tuhan dan kehendakNya, ada bahaya bahwa hati kita tidak tersentuh dan tidak berubah. Sehingga ada bahaya, jangan-jangan kita hanya sibuk dengan kegiatan, tapi tidak sampai menghadirkan Kristus. Atau lebih buruk lagi, kita melakukan kegiatan dengan ‘semangat kepiting’, sibuk melihat kesibukan orang lain dan menjadi iri hati melihat keberhasilannya?

Melihat persiapan
Minggu terakhir masa Adven adalah kesempatan untuk sekali lagi melihat segala persiapan kita, sikap hidup kita dan perkataan serta perbuatan kita menyambut Natal. Apakah kita semakin membuat Kristus hadir di tengah kita? Kita mendapat kesempatan untuk menerima Sakramen Tobat. Ada banyak orang bersemangat dalam kegiatan dan kerja.

Tetapi sulit sekali memakai kesempatan untuk menjadi lebih baik dalam hidup ini dalam semangat pertobatan. Sakramen Tobat adalah saat kita merenungkan Sabda Tuhan dan menyimpannya dalam hidup kita. Pesan pertobatan yang kita alami dalam pengakuan dosa adalah pesan untuk mengarahkan kembali hidup kita dimasa mendatang.

Natal bukan sekedar saat bersenang-senang dan Adven bukan sekedar saat mempersiapkan pesta meriah. Adven adalah saat menegaskan kembali niat dan semangat kita untuk semakin bulat berkomitmen dan bertekun setia membantu Tuhan Yesus untuk dapat hadir di dunia. Semoga Natal menjadi saat Kasih Allah meluap ke dalam hati kita dan meluber ke sesama kita. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here