Jumat 12 April 2024.
- Kis 5:34-42;
- Mzm 27:1,4,13-14;
- Yoh 6:1-15.
MANUSIA diciptakan sebagai makhluk sosial. Kita tidak dapat hidup sendiri, butuh kehadiran orang lain di samping kita. Baik keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, kekasih, atau pun orang lainnya.
Hidup bersandingan dengan orang lain itu tidak bisa seenaknya sendiri. Kita harus menjadi orang yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Bermanfaat itu berarti bisa jadi sosok yang dibutuhkan orang lain.
Hendaknya kita saling membantu, memberi, dan menebar kebaikan bersama. Sebab, ungkapan kasih sayang yang paling indah adalah ketika mampu berbagi kepada sesama.
Allah telah memberikan segalanya yang cukup bahkan berlimpah namun nyatanya masih banyak yang kekurangan bahkan ada yang kelaparan. Hal itu terjadi karena ada orang yang menumpuk harta kekayaan bagi dirinya sendiri.
Berbagi juga merupakan suatu wujud rasa sayang kita kepada orang di sekitar kita, terutama bagi teman, sahabat, bahkan hingga keluarga yang setiap hari kita temui. Di pundak kita ada tanggung jawab supaya tidak satu pun orang kelaparan dan hidup dalam penderitaan.
“Saya bersyukur atas kepedulian seorang teman,” kata seorang bapak. “Ketika saya mengalami keterpurukan dalam bidang ekonomi dia menawarkan bantuan. Dia memberi pinjaman tempat untuk berusaha dengan tiga bulan tanpa uang sewa.
Bantuan itu sangat berarti bagiku dan kelaurgaku hingga dana yang kami miliki bisa saya pakai untuk modal usaha. Saya tidak mengerti apa yang akan terjadi jika tanpa dukungan semangat dan kemudahan dari teman saya itu.
Tuhan membantu saya melalui tangan seorang teman” paparnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
Hari-hari kehidupan di dunia ini sarat akan persoalan. Kadang kala persoalan datang berbondong-bondong. Belum selesai satu masalah, sudah ada masalah lain lagi. Bila situasi seperti itu terjadi, kita dapat meneladani tindakan Yesus, yakni menyingkir.
Kita pergi menjauhi kerumunan persoalan untuk berdoa. Kita mengambil waktu sejenak di dalam kamar atau ruangan lainnya yang tenang untuk berbincang dengan Tuhan.
Terkadang jalan keluar dari sebuah persoalan itu sederhana. Tetapi kita tidak sadar karena pikiran sudah terlampau penuh dengan kecemasan dan kebimbangan.
Menyingkir untuk berdoa ialah tindakan yang akan memberi ketenteraman bagi jiwa. Pikiran pun terbuka, lalu kita dapat jelas melihat jalan keluar yang Tuhan tunjukkan.
Hari ini kita mungkin melihat kerumunan persoalan. Ada banyak sekali masalah menghantam kehidupan kita. Semua itu memunculkan perasaan sedih, susah, takut dan khawatir.
Jangan berdiam di tengah kericuhan perasaan-perasaan negatif itu. Tidak ada gunanya, justru membuat diri kita semakin lemah, merana dan menderita. Mari kita menyingkir untuk berdoa.
Mari perbincangkan setiap persoalan kepada Tuhan yang Mahakuasa. Maka seketika hati kita menjadi tenteram. Lalu satu demi satu dari persoalan itu akan kita dapatkan jalan keluarnya dari Tuhan.
Bagaiamana dengan diriku?
Apakah aku peduli terhadap orang yang menderita?