Puncta 5 Juni 2025
Pw. St. Bonifasius, Uskup dan Martir
Yohanes 17:20-26
KALIMAT dalam Bahasa Latin ini menjadi semboyan Negara Swiss yang terkenal dengan pemandangannya yang indah. Mungkin mirip seperti kita yang mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Semboyan itu sungguh dihayati oleh warga Swiss, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakatnya. Mereka hidup dalam kesatuan demi kesejahteraan bersama.
Tidak heran, tingkat kepercayaan dunia sangat tinggi, sehingga banyak lembaga-lembaga internasional berkantor di Swiss. Juga lembaga keuangan global mempercayakan asetnya di sana.
Alexander Dumas dalam novelnya yang berjudul The Three Musketeers juga bercerita tentang semboyan “One for All, All for One” ini dalam membangun kelompok pengawal raja Perancis.
Persatuan itu menjadi kunci untuk membangun hidup bersama. Yesus juga mengajak para murid-Nya untuk membangun persatuan sebagaimana Dia bersatu dengan Bapa yang di sorga.
Yesus mendoakan dan memberi pesan agar murid-murid-Nya bersatu. “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
Bagaimanakah persatuan yang dikehendaki Yesus itu kita jalankan bersama? Dunia yang lebih mementingkan sikap egoistik dan persaingan menjadi tantangan kita mewujudkan semangat persatuan.
Membangun persatuan berarti menerima sesama sebagai saudara, bukan pesaing atau musuh. Membangun persatuan berarti siap meninggalkan kepentingan pribadi dan mau berkorban bagi kebersamaan.
Apakah dalam hidup bersama baik di komunitas, gereja dan masyarakat, kita sudah ikut membangun semangat persatuan sebagaimana yang diharapkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya?
Bersatu kita teguh,
Bercerai kita runtuh.
Agar kita tetap utuh,
Jangan suka mengeluh.
Wonogiri, semangat bersatu
Rm. A. Joko Purwanto, Pr