Senin, 7 Januari 2019, Gusdurian Bekasi Raya menggelar Haul ke-9 Gus Dur, di Pesantren Motivasi Indonesia (PMI), Kp Cinyosog, Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi.
Ratusan simpatisan Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid berkumpul untuk mendoakan keadaan negeri di tahun politik ini.
Karenanya, tema Haul Gus Dur tahun ini adalah, ‘Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan’. Hal tersebut merupakan nilai dan ajaran Gus Dur yang mesti diterapkan agar situasi politik tanah air tetap memprioritaskan kemanusiaan dalam setiap perilaku politiknya.
Suatu ketika, sekitar tahun 2001, Gus Dur pernah ditanya oleh seorang jamaah salat Jumat di Masjid Kiai Haji Hasan Besari, Desa Tegalsari, Jetis, Ponorogo, Jawa Timur.
Pertanyaan itu adalah anggapan bahwa Gus Dur telah melakukan kompromi politik terhadap lawan politiknya. Terutama kepada yang terlibat KKN.
Tapi Gus Dur menepis anggapan itu. Ia mengaku justru baru akan melakukan kompromi politik dalam arti bersama-sama membangun bangsa dari keterpurukan.
Artinya, politik Gus Dur adalah politik kebangsaan yang maknanya lebih luas dari politik praktis yang orientasinya adalah kekuasaan. Itu dibuktikannya saat ia diturunkan dari jabatan presiden, tapi sama sekali tidak ada penolakan sedikit pun.
Para pecinta Gus Dur, Banser misalnya, sudah bersiap diri untuk menyelamatkan kedudukan Gus Dur. Tapi Gus Dur justru melarangnya, dengan tujuan agar tidak tercipta pertumpahan darah sesama anak bangsa.
Dalam kesempatan Haul Gus Dur ke-9 ini hadir beberapa tokoh. Diantaranya Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Agus Salim, Ketua Umum PB Majelis Dzikir Hubbul Wathan (MDHW) KH Mustofa Aqil Siroj, Pengasuh PMI KH Nurul Huda, dan perwakilan dari Katolik Romo Antonius Antara Pr.
Acara ini dihibur oleh Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Bekasi, Musik Jalanan Center, dan cucu Mbah Surip sekaligus Penasihat Iwan Fals, Farid Surip.
Muhammad Shofiyulloh, Koordinator Gusdurian Bekasi Raya