29 Juni 2017: Tahbisan Dua Imam Praja Keuskupan Ketapang di Gereja St. Mikhael– Paroki Simpang Dua

0
732 views
Kedua calon imam diosesan Keuskupan Ketapang yakni Diakon Frans (kiri) dan Diakon Basri (kanan) bersama Mgr. Pius Riana Prapdi. (Royani Lim)

DUA orang diakon calon imam diosesan (praja) Keuskupan Ketapang akan menerima tahbisan imamatnya di Gereja St. Mikhael – Paroki Simpang Dua pada hari Kamis tanggal 29 Juni 2017 pekan ini. Kedua diakon calon imam ini adalah putera asli Dayak asal Keuskupan Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Misa tahbisan imamat akan dimulai pada pukul 08.30 WIB dengan Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi bertindak sebagai Uskup Pentahbis.

Baca juga:

Kedua diakon putera Dayak calon imam praja Keuskupan Ketapang ini adalah:

  • Diakon Hendrikus Yusri Basri Rius Pr.
  • Diakon Fransiscus Suandi Pr.

Sekilas tentang Diakon Hendrikus Yusri Basri Rius

Diakon Hendrikus Yusri Basri Rius lahir dari pasangan orangtua bernama  Markus Lukher dan Ny. Teresia Tende yang keduanya sudah meninggal dunia. Ia lahir di Langkar tanggal 18  Maret 1983 dan merupakan anak ketiga dari tiga orang bersaudara yang semuanya laki-laki.

Menempuh pendidikan dasar di SDN O8 Langkar dan kemudian sekolah menengah pertama di SMPN 01 Balai Berkuak, Diakon Basri akhirnya menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di  SMA Pangudi Luhur St. Yohanes Ketapang.

Lulus SMA, ia  melanjutkan studi ke jenjang calon imam sebagai seminaris di KPA (Kelas Persiapan Atas) Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang dan kemudian menjalani pembinaan rohani di Seminari Tahun Orientasi Rohani di Beato Giovanni XXIII Malang dan kemudian di Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni XXIII Malang sembaru kuliahnya S1 di STFT Widya SasanaMalang.

Ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Gereja St. Maria Ratu Pencinta Damai – Paroki Air Upas, Keuskupan Ketapan. Berikutnya, ia melanjutkan studi di Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia, Pontianak dan kuliah paska sarjana di STT Pastor Bonus Pontianak.

Ia lalu menjalani tahun pastoral diakonat di Gereja St. Gemma Galgani – Paroki Katedral Ketapang.

Sebelum ditahbiskan menjadi imam pekan ini, ia mengadopsi motto tahbisan yang berbunyi: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh. 3:30).

Kedua diakon calon imam diosesan Keuskupan Ketapang saat mengikuti lokakarya Gerakan Antikorupsi Ehem! yang diampu Yayasan Bhumiksara – KWI di Pusat Pastoral Payak Kumang, Ketapang, Kalimantan Barat, akhir Juni 2017. (Royani Lim)

Sekilas tentang Diakon Fransiscus Suandi Pr

Ia adalah anak pasangan orangtua bernama Martinus Gair dan Ny. Yustina yang sudah almarhumah. Ia lahir di Karangan, 5 Desember 1989 dan merupakan anak ketiga dari enam orang bersaudara terdiri dari dua lelaki dan empat perempuan.

Ia sekolah TK di Susteran OSA Tanjung, lalu di SDN O5 Tanjung, dan kemudian SMP Pangudi Luhur Tanjung. Berikutnya, ia melanjutkan pendidikan sekolah menengah atasnya di SMA Pangudi Luhur St. Yohanes di Ketapang.

Selepas SMA, ia masuk seminari dan menjalani pendidikan awal di KPA (Kelas Persiapan Atas) di Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang, berikutnya menjalani TOR (Tahun Orientasi Rohani) Beato Giovanni XXIII Malang; lalu di Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni Malang dan berkuliah di STFT Widya Sasana Malang.

Tahun Orientasi Pastoralnya (TOP) ia jalani di Gereja St. Gemma Galgani – Paroki Katedral Ketapang dan kemudian melanjutkan studi di Seminari Tinggi Antonino Ventimiglia Pontianak, lalu kuliah pasca sarjana di STT Pastor Bonus Pontianak.

Ia menjalani tahun pastoral diakonat di Gereja St. Immanuel –  Paroki Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.

Ia mengadopsi motto tahbisan yang berbunyi: “Dengan segala rendah hati. aku melayani Tuhan.” Kis 20:19.

Mari kita dukung kedua calon imam diosesan Keuskupan Ketapang ini dengan doa-doa kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here