50 Tahun Konsili Vatikan II (3)

0
3,937 views

SEBAGAI  teolog yang ikut mengarahkan dan merumuskan hasil-hasil Vatikan II, Bapa Suci Paus Benediktus XVI mungkin memiliki kenangan tersendiri atas anugerah Vatikan II itu bagi Gereja. Walaupun isinya belum banyak dibaca oleh kita, yang pasti Konsili Vatikan II telah mengubah wajah Gereja.

Walaupun banyak orang mungkin belum puas dengan implementasinya, atau bahkan menganggapnya sudah perlu Konsili Vatikan III, namun hasil Konsili Vatikan II itu benar-benar merupakan anugerah Tuhan bagi Gereja melalui para teolog cemerlang pada masa itu, seperti Karl Rahner, Joseph Ratzinger, Yves Congar, Edward Schillebeeckx, Haering, John Courtney Murry, Louis Janssens, dll yang karena pengetahuan teologis mereka, mereka mampu mengawal pembaruan dalam Konsili itu.

Vatikan II yang semula mungkin akan diarahkan oleh Kuria Roma hanya sebagai pemberi stempel atas dokumen yang sudah disiapkan, sehingga tidak terjadi perubahan apa-apa di dalam Gereja, namun berkat para pemikir cemerlang itu, maka Konsili Vatikan II benar-benar menjadi momen pembaruan yang menentukan wajah Gereja sekarang. Dan tentu saja peran utama dari 2.500 uskup sebagai bapa-bapa konsili yang datang dari seluruh dunia dengan pengalaman pastoral di keuskupan masing-masing yang sangat beragam itu merupakan karunia Roh Kudus yang membawa semangat perubahan dan pembaruan.

Maka, barangkali moment peringatan 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II ini perlu diisi dengan mendalami lagi isi ajaran Gereja dalam dokumen Vatikan II.

Penafsiran terhadap pembaruan Vatikan II itu sendiri menghasilkan dua pendapat.  Dua pendapat itu dikenal dengan istilah “aggiornamento” dan “ressourcement”.

Kedua aliran itu sepakat bahwa Gereja perlu diperbarui dari keadaannya sebagai warisan abad pertengahan, atau paling tidak warisan zaman Konsili Trente tahun 1545, yang sudah tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Namun keduanya berbeda dalam paham pembaruannya.

Aggiornamento ingin memodernkan Gereja atau meng-hari ini-kan Gereja supaya terbuka dan berdialog dengan dunia modern. Sedangkan Ressourcement ingin membarui Gereja dengan tetap mengambil kembali unsur-unsut penting dalam tradisi.

Yang satu melihat ke depan, dan yang lainnya ingin melihat juga ke belakang. Kalau menggunakan istilah politik, maka aliran aggiornamento disebut liberal dan aliran ressourcement disebut konservatif. Aliran aggiornamento terlalu menekankan penyesuaian Gereja dengan dunia modern, sehingga pembaruan itu sepertinya terputus dari tradisi masa lampau. Sedangkan aliran ressourcement menekankan pembaruan, namun tidak mau menyesuaikan Gereja seluruhnya dengan masa kini saja, melainkan juga masih memperhatikan tradisi masa lampau.

Alasannya ialah bahwa Gereja Katolik bukan hanya bercorak geografis, melainkan juga diakronis, artinya Gereja bukan hanya bercoral universal saja, melainkan juga historik dalam rentangan waktu. Iman Gereja Katolik universal bukan hanya berarti mencakup seluruh dunia masa kini, melainkan juga memperhitungkan tradisi yang tetap dipelihara dalam sejarah Gereja. Mungkin Ratzinger muda yang progresif selama pembaruan Vatikan II, kemudian menjadi konservatif  setelah menjadi pejabat Vatikan dan kemudian menjadi Paus karena beliau lebih setuju dengan ressourcement daripada aggiornamento.

John L. Allen Jr (dalam A Biography of Joseph Ratzinger) hlm 60.

Artikel terkait:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here