Berani Bertaruh demi Hidup lebih Baik

0
314 views
Ilutrasi: Dua suster OSA mengajak orang lokal di Tumbang Titi bekerja mengolah lahan. (Dok OSA/Repro MH)

TIADA hidup yang tidak dilandasi kerja keras. Orang yang mau sukses dalam hidupnya mesti berani bertaruh untuk hidupnya.

Ada seorang Tukang Kayu yang merasa sudah tua dan berniat untuk pensiun dari profesinya sebagai Tukang Kayu yang sudah puluhan tahun ia jalani. Ia ingin menikmati masa tuanya bersama istri serta anak cucunya.

Sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja, ia menyadari bahwa ia akan kehilangan penghasilan rutin yang setiap bulan ia terima. Ia merasa tubuhnya sudah termakan usia, karena ia merasa tidak dapat lagi melakukan aktivitas seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Saya mohon maaf, Pak, tubuh saya rasanya sudah tidak seperti dulu. Saya sudah tidak kuat lagi menopang beban-beban berat di pundak saya saat bekerja,” kata Tukan Kayu itu kepada mandornya.

Sang mandor itu merasa sedih, karena ia akan kehilangan salah satu Tukang Kayu terbaiknya. Tukang kayu itu adalah ahli bangunan handal yang dimiliki dalam timnya.

Namun apalah daya, mandor itu tidak dapat memaksa untuk mengurungkan niat Tukang Kayu itu untuk berhenti bekerja.

Sang mandor meminta Tukang Kayu itu untuk membangun sebuah rumah sebagai karyanya yang terakhir. Dengan berat hati, Tukang Kayu menyanggupi permintaan mandornya.

“Saya tidak akan mengerjakannya dengan segenap hati. Saya ingin segera pension,” kata Tukang Kayu itu.

Sang mandor hanya tersenyum. Lantas ia berkata kepada tukang kayu itu, “Seperti biasa, aku sangat percaya denganmu. Jadi, kerjakanlah. Hasilkan yang terbaik seperti yang sudah-sudah.”

Tukang Kayu itu pun akhirnya memulai pekerjaan terakhirnya dengan malas-malasan. Bahkan dengan asal-asalan ia membuat rangka bangunan.

Ia malas mencari, maka ia menggunakan bahan-bahan bangunan berkualitas rendah. Sangat disayangkan, karena ia memilih cara yang buruk untuk mengakhiri karirnya.

Hari demi hari berlalu. Akhirnya, rumah itu pun selesai. Ditemani Tukang Kayu tersebut, sang mandor datang memeriksa.

Ketika sang mandor memegang gagang daun pintu depan hendak membuka pintu, ia lalu berbalik dan berkata, “Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu”.

Betapa kagetnya si Tukang Kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak awal ia tahu bahwa ia sedang membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Akibatnya, sekarang ia harus tinggal di sebuah rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.

Jangan setengah-setengah

Kita hidup dalam dunia yang menuntut kesempurnaan. Pekerjaan apa pun mesti dikerjakan dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah.

Orang yang bekerja setengah-setengah hanya membuang energi yang tidak perlu. Orang akan menyesal kemudian, kalau mengetahui bahwa yang dihasilkan itu demi dirinya sendiri.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berani bertaruh dalam hidup ini. Orang mesti mau melakukan sesuatu demi hidup yang lebih baik. Orang mesti mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya.

Tukang kayu itu menyesal telah melakukan sesuatu yang sangat penting dengan setengah-setengah. Padahal yang dia kerjakan itu demi dirinya sendiri.

Kita mesti menyadari bahwa hidup merupakan proyek yang kita kerjakan sendiri. Kita mesti memiliki suatu komitmen yang tinggi untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi diri dan sesama.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here