Guernica y Luno

0
571 views
Guenirca by Picasso - Encyclopeda Brittanica

KARYA paling terkenal Picasso yakni “Guernica” (Gernica), selalu dikatakan sebagai pernyataan politik paling kuat dari seniman asal Spanyol ini.

Lukisan ini dibuat sebagai reaksi terhadap pengeboman pesawat-pesawat tempur milik Nazi, Jerma, terhadap kota Guernica y Luno atau Gernika-Lumo saat terjadi Perang Saudara Spanyol (1936-1939).

Pengeboman itu atas perintah Hitler untuk membantu kaum Nasionalis (yang didukung oleh Adolf Hitler dan Benito Mussolini, diktator fasis Eropa) di bawah komando partai fasis Spanyol, Falange.

Selain untuk mendukung Kaum Nasionalis pimpinan Jenderal Francisco Franco, pengeboman itu juga digunakan untuk mengetes senjata baru dan taktik baru Nazi.

Akibat gemburan pesawat-pesawat termpur Nazi itu, Guernica luluh lantak. Rata dengan tanah. Ribuan penduduk kota itu tewas.

Kaum Nasionalis memperkirakan korban tewas mencapai 100.000 orang. Sementara ada yang menyebut korban tewas mencapai 500.000 orang. Ini belum termasuk yang mati karena kelaparan, malnutrisi, dan terkena penyakit akibat perang.

Melihat Guernica luluh-lantak dan nyaris tidak ada satu pun bangunan bahkan pepohonan yang berdiri tegak, Kaum Nasionalis segera bertindak.

Mereka ingin menutupi akibat pengeboman itu, dan menghapus jejak.

Kehancuran itu ingin dikesankan akibat pembakaran. Maka mereka menempatkan drum-drum minyak di mana-mana di dekat reruntuhan gedung dan difoto.

Foto itu disebar-luaskan ke mana-mana.

Akan tetapi, faked photos, kebohongan yang dibuat kaum Nasional itu akhirnya terbongkar jua. Seorang reporter dari koran Times yang terbit di London, Inggris, George Steer, mengungkapkan kebenaran dengan mengunjungi Guernica, dan menyodorkan bukti-bukti bahwa Guernica hancur akibat pengeboman bukan pembakaran.

Hasil investigasi Steer juga dimuat di TheNew York Times. Dunia pun hebo atas temuan itu.

Dan, yang tak boleh dilupakan bahwa kebohongan, faked photos_pengeboman diberitakan sebagai pembakaran; sebuah praktik kebohongan yang banyak kita temukan akhir-akhir ini—yang disebar-luaskan adalah teror.

Kebohongan yang dipublikasi secara instens, terus-menerus, dan massif kepada publik, lambat laun menjadi kebenaran yang diyakini. Ini yang sekarang banyak terjadi di sekitar kita.

Dengan media sosial, kebohongan itu, kini dengan mudah disebar-luaskan, dan dalam beragam bentuk.

Memang, kebohongan seumur dengan sejarah manusia. Tidak mudah karenanya memberantas kebohongan.

Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan kepentingan politik dan ekonomi. Selain itu, juga ada yang memang ingin melestarikan kebohongan untuk berbagai tujuan, tentu termasuk tujuan politik, tujuan politik kekuasaan.

Politik, memang, salah satu dari aspek kehidupan manusia yang rawan, riskan berhubungan dengan kebohongan.

Sebab, lewat kebohongan itu ingin diraih keberhasilan.

Dan, inilah yang menyebabkan politik disebut sebagai kotor, penuh tipu daya, licik, dan kehilangn reputasinya yang adiluhung.

Padahal, kebohongan adalah musuh mereka yang masih memiliki hati nurani. Sekali orang melakukan kebohongan, maka orang akan terus melakukan kebohongan-kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

Dan, lewat lukisannya, ”Guernica”, Pablo Picasso menunjukkan kebenaran, membongkar kebohongan.

Karena itu, benar yang dikatakan oleh penulis kondang Mark Twain (1835-1910), “Jika Anda mengatakan kebenaran, Anda tidak harus mengingat apa pun.”

Hanya sayangnya, orang lebih suka dengan kebohongan: membuat kebohongan, menyebarkan kebohongan, dan menikmati kebohongan di musim pemilu ini.

Akhirnya, mungkin mereka yang masih memiliki hati nurani tidak salah merenungkan apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche.

“I’m not upset that you lied to me. I’m upset that from now on I can’t believe you.”

Saya tidak kecewa karena Anda membohongi saya. Saya kecewa karena sejak sekarang saya tidak memercayaimu.

Sejak sekarang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here