In Memoriam Agung Sugiarto, Mantan Frater SJ: Kisah Ceria tak Sempat Tersampaikan (3)

0
712 views
Peluk cinta Dian untuk suaminya almarhum "Babahe" Agung Sugiarto (Ist

BULAN Oktober 2019, saya menyempatkan datang ke Kantin “Dian”. Hanya selemparan batu dari Pasar Kranggan di Yogya. Juga sangat dekat dengan Tugu –salah satu benchmark Kota Yogyakarta.

Saya butuh beberapa menit sana-sini untuk mencari lokasi di mana persisnya almarhum Babahe Agung Sugiarto dan isterinya Dian membuka kantin sederhana di tepi Jalan Diponegoro arah Pingit dari Pasar Kranggan.

Waktu itu saya capai luar biasa. Melawan panas matahari dan urusan lainnya. Meski sudah makan, Dian menawari saya makan sore di kantinnya.

“Harus makan. Sudah sampai di sini, kok tidak makan,” kata Dian sembari menyiapkan menu makan sore untuk saya.

Babahe Agung Sugiarto waktu itu tidak ada di rumah. “Sedang cek kesehatan rutin di RS Panti Rapih,” kata Dian tentang suaminya.

Selang beberapa menit kemudian, Babahe Agung Sugiarto datang. Ia lalu menemani saya makan.

Usai makan dan minum kopi tubruk buatan Dian, saya mulai diserang kantuk luar biasa.

Karena itu, saya tidur sebentar di rumah mereka di lantai dua. Tidur di ranjang empuk milik Dian dan Babahe Agung. Dan saya memang tidur beneran.

RIP Agung Sugiarto (Ist)

Momen ngobrol santai dan tidur di rumah Babahe Agung itu menjadi perjumpaan terakhir saya dengan Babahe yang hari Jumat (13/12/19) malam ini meninggal dunia.

Meski pertemuan di bulan Oktober 2019 itu menjadi pertemuan terakhir, namun komunikasi saya dengan almarhum Babahe lumayan kenceng. Terutama ketika almarhum mengurakan niatnya akan ziarah rohani ke Tanah Suci: Yerusalem di Israel. Dan almarhum Babahe dan isterinya Dian berhasil mewujudkan niat suci itu awal November 2019 lalu.

Sebagai teman yang kenal kondisi kesehatannya –penyakit jantung—saya agak cemas akan peziarahan rohani ke Israel dan negara-negara sekitarnya yakni Mesir dan Yordania. Itu karena butuh stamina panjang, terutama menyusuri hari-hari panjang melewati Gurun Pasir Sahari menuju Gunung Sinai dan kemudian masuk ke wilayah Israel melalui Taba.

Syukurlah dalam surat pribadi yang pendek, almarhum Babahe mengabarkan sudah sampai di Taba untuk keesokan harinya menyeberang jalan kaki ke Israel.

Hari-hari selanjutnya adalah kisah-kisah jenaka dan menyenangkan ketika almarhum Babahe bisa menikmati mandi di Laut Mati dan sempat berfoto berdua di Gereja Kana.

Kisah-kisah indah perjalanan rohani yang dirasakan almarhum Babahe ke Tanah Suci itu belum lengkap terurai. Hari Jumat malam tanggal 13 Desember 2019, Babahe malah meninggal dunia; meninggalkan kisah-kisah menarik yang tak sempat dia utarakan. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here