Lentera Keluarga – Resilience – Ketahanan

0
390 views

Tahun A-2. Minggu Palma 

Minggu, 4 April 2019. 

Bacaan: Yes 50:4-7; Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Flp 2:6-11; Mat 26:14 – 27:66. 

Renungan: 

“…AKU tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludai.” Gambaran ketangguhan dan kekuatan dalam penderitaan inilah yang disampaikan oleh Yesaya ini tercermin begitu jelasnya dalam Kisah Sengasara Tuhan Yesus Kristus. Dimana banyak orang “lari” dari dan menolak penderitaan yang tak terhindarkan; Tuhan memilih menghadapi penderitaan itu dengan  kejernihan budi, tutur kata dan tindakan serta sikap seorang kesatria. 

Penderitaan kadang tidak bisa kita hindarikan ketika kita memperjuangkan kebenaran dan kebaikan. Beberapa dari kita lari dan menolak penderitaan dengan menyalahkan orang lain bahkan Allah sendiri. Pertanyaan yang sering mencul adalah “mengapa?”. Beberapa dari kita menerima penderitaan dengan terpaksa dan keluhan atas “beratnya” beban; dan yang luar biasa adalah beberapa dari kita menerima penderitaan itu dengan hati yang rela, taat dan menjalaninya dengan pikiran jernih, hati taat dan sikap seorang kesatria. Rasa sakit, tidak nyaman yang dirasakan dari dalam diri sendiri maupun dari sikap orang lain dierima seperti samudra menerima apapun jatuh menerimanya; bergolak sebentar tetapi kemudian teduh kembali.  Allah tidak menginginkan kita menderita. Penderitaan adalah perjalanan manusiawi kita, terutama dalam memperjungkan kebaikan dan kebenaran. Penderitaan dapat kita lihat sebagai kesempatan bagaimana Allah mendidik kita untuk mengasihi dan taat kepada Allah di atas segala-galanya.  Paulus dengan indah mengatakan : “ Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm 8:35-39).  

Kontemplasi:

Gambarkanlah dan renungkanlah bagaimana Yesaya menggambarkan sikap Hamba Tuhan menghadapi penderitaan. 

Refleksi:

Bagaimana pikiran, perasaan, sikap dan tindakanku ketika berhadapan dengan penderitaan yang tak terhindarkan?

Doa

Ya Bapa, ajar aku jiwa seorang kesatria ketika berhadapan dengan kesulitan maupun penderitaan. Biarlah aku menyelesaikannya dengan berdiri tegak dan mata yang menghadap pada Engkau. Amin.  

Perutusan:

Ikutilah Misa Minggu Palma. Bawalah hati anda sepenuhnya dan mohonlah supaya keutamaan Hamba Yahwe yang tercermin dari kisah sengsara Tuhan itu juga menjadi keutamaan hidup anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here