Lentera Keluarga – Roh Sukacita

0
488 views

Tahun A-2. Pekan Biasa II
Senin, 20 Januari 2020.
Bacaan: 1 Sam 15:16-23; Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23; Mrk 2:18-22. 

Renungan:

DIAWALI dengan adanya perbedaan pandangan antara “orang” kepada Tuhan Yesus tentang perbandingan soal puasa,, Tuhan Yesus memberikan sebuah kesimpulan mendasar. “Jadi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.” Pembaharuan hati, budi atau Roh  itu terwujud dalam cara hidup yang baru. Puasa Yohanes dan orang farisi adalah puasa yang mereka hayati sebagai kelompok untuk  “penyucian diri” dari dosa. Maka semangat dasarnya adalah pertobatan. Tuhan Yesus membawa semangat iman baru yaitu kegembiraan, pesta, sukacita karena Allah. 

Hidup panggilan dan perkawinanpun bisa dihayati secara berbeda. Ada pasutri yang menghayatinya dengan “serius” dan mengejar kesempurnaan sehingga perjumpaan dengan pasangan itu menjadi ajang bagi mereka untuk diskusi, berdebat sehingga perkawinan menjadi berat. Ada pula religius dan imam yang hidup dalam “kesucian santo” banyak hidup di kamar, di rumah, tenggelam dalam keheningan-doa pribadi dan hidup dalam ketaatan “buta” pada pelaksanaan praktek ajaran gereja atau pada “rasa berdosa” yang terus menerus dipupuk dengan pertobatan dan penyesalan. Intinya adalah bahwa panggilan hidup kita dapat kita hayati dengan aneka sikap dasar yang berbeda, tergantung pada keputusan kita. Namun perlu kita sadari bersama, bahwa panggilan hidup mengarah ke kekudusan itu bagi orang kristen adalah panggilan untuk bergembira dan bersukacita (gaudete et exsultate). Bergembira dan bersukacita adalah roh hubungan kita dengan Allah Bapa kita. Bergembira dan sukacita adalah roh relasi kita dengan pasangan di tengah ketidaksempurnaan dan kejatuhan. Bergembira adalah panggilan kita sebagai imam dan religius untuk menghayati cara hidup dan pelayanan bersama umat. Bergembira dan bersukacita adalah panggilan kita untuk melayani jemaat di gereja, untuk bekerja  dan untuk membangun komunitas dengan tetangga dan rekan-rekan kita yang lain. 

Kontemplasi:

Gambarkan d semangat rohani yang dibawa dan mau ditularkan oleh Tuhan Yesus dalam cara hidup beriman. 

Refleksi:

Apakah kegembiraan dan sukacita itu memenuhi hatiku dalam hubunganku dengan Tuhan, pasangan, komunitas dan dalam melaksanakan tanggungjawab serta tugasku?

Doa: 

Ya Bapa, penuhilah hatiku dengan sukacita untuk memuji dan menyembahMu; untuk menjalani hidup bersama dengan keluarga dan komunitasku; dan untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabku. 

Perutusan:

Putuskanlah bagi diri anda sendiri untuk hidup dalam kegembiraan dan sukacita. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here