Pemuda Menyumbung, Ketapang, Kalbar: Modal Rp 1,5 Juta, Pergi Keluar Negeri

0
555 views
Merantau keluar negeri bermodalkan hanya Rp 1,5 juta

MENJADi orang sukses tentu sudah menjadi tujuan utama dalam hidup bagi banyak orang. Begitu pula Laos yang terlahir dari keluarga tidak mampu. Ini sungguh  tidak pernah berpikir dan tak pernah terpikirkan akan bisa merantau di negeri orang.

Apalagi setelah sekian lama berusaha serius mencari pekerjaan di Indonesia, ternyata juga tak ada yang bisa menerima.

Kini, kini pria yang dilahirkan di pedalaman Sekonau, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau ini memutuskan memilih keluar dari wilayahnya dan memberanikan diri mau merantau di negeri orang.

Kedua orangtunya tinggal di Menyumbung di wilayah Kabupaten Ketapang di Kalbar yang lokasinya takkan pernah muncul di peta.

Menyumbung ini sangat jauh dari kota. Dari pusat kota Ketapang, butuh waktu perjalanan darat dan sungai setidaknya 8-9 jam dengan mobil, motor, dan speedboat.

Tentu saja, kendala di jalan karena hujan dan jalan berkubang bubur lumpur akan membuat derit perjalanan menjadi lebih sulit dan lambat.

Terbiasa hidup sulit sejak kecil

Pahit manis perjalanan hidupnya sudah lewati. Bahkan, kondisi hidup serba susah dan sangat berkekurangan ini sudah terjadi, sejak Heri masih berumur 8 tahun.

Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini Menyumbung inilah, sejak kecil pria ini sudah sangat sering kali ditinggal oleh kedua orangtua dan saudaranya untuk bekerja di hutan.

Kebiasaaan jauh dari kedua orang tua dan keluarga ini telah menjadikan pria ini juga sudah terbiasa jauh dari keluarga, berjiwa tegar, pemberani, dan juga tangguh.

Keinginannya untuk bisa bekerja di luar negeri merupakan salah satu tujuan utamanya untuk dapat sukses.

Ia sadar bahwa setelah menyelesaikan studi tentu tidak mungkin dia berdiam diri saja. Tujuan utama yang diharapkan oleh kedua orangtuanya yaitu dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, dan berharap agar boleh mendapatkan pekerjaan yang baik dan berpenghasilan yang lebih dari pada kedua orang tuanya.

Selalu ada keraguan untuk melangkah.

Singkat cerita kurang lebih satu bulan sebelum dia memutuskan nekad berpergian ke negeri asing, dia masih dilanda kebingungan. Terutama ketika harus berterus-terang untuk memberitahu kepada kedua orangtuanya.

Padahal, waktu itu, dia masih ada di Pontianak, sedangkan kedua orangtuanya tinggal di pedalaman Menyumbung di Ketapang. Lokasinya sangat jauh dari dari perkotaan.

Bahkan untuk akses telepon pun juga tidak bisa, dikarenakan sulitnya mengakses sinyal. Akhirnya dia hanya bisa berharap agar kedua orangtuanya bisa menghubunginya sebelum dia nggeblas berpergian merantau ke negeri jiran.

Musibah di hutan

Seiring berjalannya waktu dua pekan sebelum berpergian pun, dia malah mendapatkan kabar dari adik kadungnya. Sang adik menyampaikan berita bahwa ayah mereka malah baru saja mendapatkan musibah saat menebang kayu untuk dijadikan lahan berladang.

Hal ini menambah rasa kepanikan dan kebimbangan serta keraguan bagi pria ini untuk melangkah melanjutkan rencana perantauannya.

Tanpa berpikir panjang, ia memilih untuk bisa menemui orangtuanya terlebih dahulu. Dan dengan waktu yang singkat, ia pulang ke kampung halamannya untuk menjenguk ayahnya sekaligus minta izin untuk merantau di luar.

Di luar dugaan, kedua orang tuanya pun setelah mendengar penyampaian dari anaknya ini, berekasi berbangga dengan rasa bahagia dan mengizinkan anaknya pergi merantau.

Tiga hari lamanya di kampung halaman, maka dia pun memilih untuk langsung balik ke Pontianak untuk mempersiapkan diri. Dan hanya bermodalkan Rp1,5 Juta rupiah, bahkan untuk mata uang asing seperti Ringgit ataupun Bath pun, dia  juga tidak punya.

Bagi dia, kurangnya kemampuan finansial bukan menjadi suatu alasan untuk menghambat rencananya bisa menempuh dunia perantauan dan mencari pengalaman serta keberhasilannya untuk bisa sukses.

Tanggal 3 September 2019, ia mengundurkan diri dari tempatnya bekerja sebagai tenaga pelayanan di salah satu gereja terbesar di Kota Pontianak. Selanjutnya, pada tanggal 5 September, ia pun segera berangkat kerja ke Thailand. Untuk sampai pada tempat di mana ia bekerja, ia harus menempuh perjalanan kurang lebih 2 hari lamanya.

Pengalaman dalam perjalanan

Merantau keluar negeri bermodalkan Rp 1,5 jt

Bandara Supadio Pontianak

Mulai penerbangan dari Pontianak menuju Jakarta mengunakan pesawat komersial swasta. Sampai di Jakarta, ia harus beristirahat di salah satu hotel,dan pagi-pagi sekitar pukul 03:40 WIB ia pun mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan menuju Bandara International Soekarno Hatta,

Bandar Udara Internasional  Soekarno Hatta

Sesampai di bandara tentu kami harus check in terlebih dahulu dan kelengkapan surat seperti paspor. Tepat pukul 05:30 pagi, kami sudah berada di ruang gate 2 untuk menunggu keberangkatan maskapai AA. 

Di dalam pesawat tersebut, kami tentunya ditawari berbagai minuman dan bahkan barang yang berlabelkan AA.

Bandara KLIA

Sesampai di Kuala Lumpur pukul 09.30, terjadi sampai tiga kali pengecekan kelengkapan identitas kami berupa paspor secara satu persatu. Sejak keluar dari pesawat dan mulai masuk wilayah dalam bandara, kami dicek kembali.

Setelah dicek kelengkapan pasportkami, sebelum makan, pria ini hanya membawa uang sebesar Rp 1,5 juta untuk dia tukarkan di money changer untuk bisa mendapatkan mata uang RM (Ringgit Malaysia). Selanjutnya, ia pun menuju tempat makan di bandara tersebut.

Selesai makan ia dan rombongannya menuju tempat tunggu yaitu di gate 5 dan  tepat pukul 11:00 siang waktu Malaysia, ia melanjutkan penerbangannya menuju Bangkok, Thailand.

Bandar Udara Bangkok

Setiba di Bangkok, sekali lagi dicek kembali paspor. Dan setelah dicek kami pun dijemput menggunakan bus. Dan sepanjang perjalanan sangat menyenangkan, karena bus yang kami tumpangi ini merupakan bus VIP dengan menikmaui perjalanan sembari mendengarkan musik Thailand yang menyenangkan.

Sebelum sampai di tempat tujuan, tentu kami makan terlebih daulu dan di bawa oleh supir pada sebuah makanan khas Thailand. Setelah makan tentu kami melanjutkan perjalanan menuju Mae Sod (perbatasaan Thailand dengan Myanmar) selama 11 jam lamanya perjalanan dari Bangkok menuju Mae Sod.

Walapun begitu lama dalam perjalanan, namun saya merasa senang karena bisa melihat negara Thailand. Selain itu, biaya transportasi sudah ditanggung.dan tidak dibebankan kepada pria ini ataupun anggota lainnya.

Di perbatasan Thailand-Myanmar

Sesamai di Mae Sod, saya mendapatkan kabar bahwa kakek di pedalaman Menyumbung tiba-tiba mengalami sakit sesak nafas. Kembali lagi, berita ini smapai membuat saya tidak tenang dan kini selalu memikirkan keadaan keluarga. Terutama kakek yang sedang sakit.

Karena memikirkan keadaan kakek, akhirnya pemuda ini pun jatuh sakit. Setelah lima hari lamanya, ia pun mendapatkan kabar bahwa kakek sudah kembali sehat dan pulih kembali. Maka dia pun dengan senang dan semangat memulai pekerjaannya.

Suka-duka pengalaman di perantauan membuat dia semakin dewasa mulai belajar terbiasa jauh dari orangtua dan keluarga.

Seiring berjalannya waktu ia di Thailand dua bulan lamanya, bukanlah waktu  yang lama bagi pria ini untuk menikmati negara Thailand, karena bekerja dengan orang maka mau tidak mau ia harus mengikuti antrian dan harus pindah ke Cambodia.

Suka duka di perantauan

Berpergian dengan mengandalkan uang sebesar Rp 1,5 juta dan pikiran yang tidak karuan tentu bukanlah hal yang mudah untuk bisa dilalui dengan jiwa enteng. Meski sudah terbiasa jauh dari oran tua namun sekali-kali pria ini merasakan rindu ingin berkumpul bareng dengan keluarga.

Karena keinginannya untuk bisa sukses, maka dia pun menahan dan terus melawan rasa rindu untuk bisa berkumpul dengan keluarganya.

Tidak seperti biasanya yang  tiap bulan –bahkan tiap pekan– bisa mendengar kabar dari orangtuanya, kini pria ini sunguh-sungguh belajar mandiri dan belajar untuk hidup yang lebih keras dari biasanya ia alami.

Untuk menelpon sekedar menanyakan kabar saja tidak bisa, terkecuali harus dari orangtuanya yang menelpon terlebih dahulu. Dan itu pun hanya bisa mendengar suara dari satu HP sebagai perantara, seperti kedua orangtua harus menelpon dengan saudara di Sekadau. Lalu, saudara menelpon pria ini dan hanya bisa mendengar suara tanpa bisa melihat orang tuanya.

Kegigihan, dan keberanian anak ini patut menjadi teladan bagi banyak orang. Bahwa sesungguhnya kenyataan hidup ini memang tidaklah mudah untuk dijalani, namun apabila kita punya tekad kuat, maka tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru. Ia percaya bahwa usaha yang selalu dikerjakan tidak akan berbuah tanpa hasil.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here