SERING manusia datang kepada Tuhan, ketika mereka berada dalam kesulitan. Ketika berada dalam suka dan senang, manusia sering enggan datang kepada Tuhan.
Seorang pemuda baru saja kehilangan pekerjaan. Hal ini menjadi masalah besar baginya, karena ia tidak punya siapa-siapa. Ia lalu mendatangi rumah seorang bijaksana yang sudah tua.
Sang pemuda itu bersahabat baik dengan orang bijaksana itu. Namun begitu mendekati rumah orang bijaksana itu, pemuda itu berteriak-teriak memanggil namanya. Ia tampak tidak bisa menyimpan masalah yang dihadapinya.
“Hai, orang bijaksana, aku banyak mengalami masalah dalam hidupku. Sekarang aku kehilangan pekerjaan. Mengapa bisa terjadi begini?” tanya orang pemuda itu.
Namun orang bijaksana itu tidak mendengar teriakan pemudaa itu.
Ia sedang berada di dalam ruangan yang jauh dari pintu rumah. Karena orang bijaksana itu tidak mendengar suaranya, maka pemuda itu menjadi kalap. Ia mengepalkan tinjunya ke udara.
“Kamu selalu bilang bahwa Tuhan akan selalu menolong, tetapi mengapa aku seperti ini?” teriak pemuda itu.
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar, orang bijaksana yang tua itu pun berjalan keluar. Ia mengucapkan sesuatu dan menanti tanggapan si pemuda. Tetapi si pemuda itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh orang bijaksana yang tua itu.
Masih diam di tempatnya, si pemuda bertanya, “Nenek bilang apa?”
Sambil duduk di sebuah bangku kayu, orang bijaksana itu mengucapkan sesuatu. Tetapi si pemuda masih belum bisa mendengar apa yang dikatakannya. Akhirnya, ia pun mendekati orang bijaksana dan duduk di sampingnya. Orang bijaksana itu menepuk pundaknya dengan lembut.
“Anakku, di dalam kekalapan karena masalah hidup, terkadang kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Seolah-olah Tuhan tidak peduli terhadap kita, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan kadang berbisik, sehingga kita perlu mendekat kepadaNya untuk bisa mendengarkan suaraNya,” kata orang bijaksana itu.
Pemuda itu tertegun mendengar kata-kata orang bijaksana itu. Akhirnya ia pun mengerti.
Jangan sombong
Kita hidup di zaman yang senantiasa mendorong manusia untuk mempercayakan hidup pada diri sendiri. Orang baru mau datang kepada Tuhan untuk meminta bantuan, ketika sudah mentok.
Bahkan orang berteriak-teriak meminta pertolongan. Kalau tidak ditolong lalu orang menyalahkan Tuhan. Padahal sejak awal orang tidak melibatkan Tuhan dalam hidupnya.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk berani mengandalkan Tuhan dalam hidup ini. Pemuda itu memberontak. Ia mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Ia kurang percaya akan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Dalam kekalutan, ia juga tidak mampu mendengarkan suara Tuhan.
Apa yang mesti kita buat untuk bertahan dalam hidup ini? Yang mesti kita buat adalah senantiasa memasang telinga bagi suara Tuhan. Suara Tuhan menggema dari sudut-sudut dunia ini. Suara Tuhan pun menggema dari sudut-sudut hati manusia. Tuhan menggunakan ciptaanNya yang lain untuk meneruskan kebaikan dan cintaNya.
Mari kita memasang telinga bagi suara Tuhan yang mengingatkan kita untuk berserah diri kepadaNya dengan iman yang teguh.
Tuhan memberkati.