Lentera Keluarga – Persaudaraan

0
847 views

Tahun A-2. Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan
Kamis,  9 Januari 2020.
Bacaan: 1 Yoh 4:19-5:4; Mzm 72:2.14.15bc.17; Luk 4:14-22a

Renungan:

KRITERIA yang diberikan Yohanes tentang keimanaan seseorang itu demikian jelas “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” Namun barangsiapa yang mengatakan mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, Yohanes menyebut ia sebagai seorang “pendusta’.  Yohanes mengatakan seperti mengingat bahwa dalam kehidupan jemaat, Yohanes melihat bahwa ada jemaat yang begitu aktif dalam persekutuan, rajin beribadat, tekun melaksanakan tanggungjawabnya sebagai warga gereja, tetapi hidup membenci (menjauhi atau tidak mau perduli atau memusuhi) saudara-saudaranya seiman, dengan aneka alasan. 

Ukuran sederhana ini dapat kita terapkan juga dalam komunitas kita. Kita mungkin bisa berdoa, bersekutu bersama, makan dan berapat bersama bahkan bersenda gurau; tetapi kadang batin dan pikiran kita diliputi pikiran buruk tentang rekan kita dan bahkan perasaan benci. Sama-sama melayani Tuhan, tetapi kemudian dalam aneka kesempatan berbeda pandangan, prinsip dan bermusuhan. Malah kadang ada yang mengatakan “tambah pelayanan, tidak tambah damai dan sahabat, tetapi malah banyak sakit hati.”.  Jikalau kita masih mengalami seperti ini, kita sebenarnya masih dalam tataran berkata “aku mengasihi Allah” tetapi aku belum sungguh mengasihi Allah. Dibutuhkan kebesaran hati, ketulusan budi, dan pikiran yang jernih untuk membangun persahabatan dalam sebuah komunitas, dengan siapapun juga. 

Dalam perkawinan, kasih suami isteri itu mempunyai nilai rohani. Kita menerima kasih pasangan sebagai kasih Allah dan kita belajar mengasihi pasangan sebagaimana Allah mengasihi kita. Dengan bertambahnya usia perkawinan, kita memang akan semakin mengenal pasangan kita; tetapi tidak serta merta yang kita kenal adalah kekurangan dan keburukannya; semakin usia seharusnyalah kita semakin mengenal “keluarbiasaan” pasangan kita dibalik keterbatasan dan kekurangannya. Persaudaraan suami isteri terpupuk karena kita semakin mengenal bahwa kita ini berharga di mata pasangan pasangan kita; dan bahwa ia selalu berjuang memberikan yang terbaik bagi kita. 

Kontemplasi:

Renungkanlah kata-kata Yohanes tentang mengasihi Allah dan mengasihi saudara. 

Refleksi:

Bagaimana relasiku dengan saudara-saudaraku dalam satu keluarga atau satu komunitas? Apakah aku dekat, akrab, bahagia, dan bertumbuh? Ataukah aku masih hidup bersama dalam kebersamaan formal, karena pikiran dan hatiku masih diliputi rasa tidak suka atu bahkan kebencian?

Doa: 

Ya Bapa, semoga mata hati kami senantiasa bersih untuk mampu melihat dan mengasihi Engkau melalui kasih kepada saudara-saudaraku. 

Perutusan:

Belajarlah mengenal hati dan membangun persaudaraan yang baik dengan semua orang. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here