Lectio Divina 01.08.2020 – Suara Kebenaran tak Bisa Dibungkam

0
428 views
Ilustrasi: Penolakan.

Sabtu. Perayaan Wajib Santo Alfonsus Maria De Ligouri (H)

  • Yer. 26:11-16,24
  • Mzm. 69:15-16,30-31,33-34
  • Mat. 14:1-12

Lectio

1 Pada waktu itu, Herodes, raja wilayah, mendengar berita-berita tentang Yesus. 2 Dan, ia berkata kepada hamba-hambanya, “Inilah Yohanes Pembaptis. Dia telah bangkit dari antara orang mati dan karena itulah mukjizat-mukjizat ini bekerja di dalam-Nya.” 3 Sebab, Herodes telah menangkap Yohanes, mengikatnya, dan menjebloskannya ke penjara karena Herodias, istri Filipus, saudara Herodes.

4  Karena Yohanes pernah berkata kepadanya, “Tidak dibenarkan bagimu untuk memiliki Herodias.” 5  Dan, meskipun Herodes ingin membunuh Yohanes, ia takut kepada orang banyak karena mereka menganggap Yohanes sebagai nabi. 6 Akan tetapi, ketika hari ulang tahun Herodes tiba, anak perempuan Herodias menari di hadapan mereka, dan itu menyenangkan Herodes, 7 sehingga ia bersumpah untuk memberikan apa saja yang diminta gadis itu.

8  Maka, setelah didesak oleh ibunya, gadis itu berkata, “Berikanlah kepadaku di sini, kepala Yohanes Pembaptis di atas nampan.” 9 Meskipun raja sedih, tetapi karena sumpahnya dan karena orang-orang yang makan bersamanya, ia pun memerintahkan agar hal itu diberikan. 10  Ia menyuruh untuk memenggal kepala Yohanes di penjara.

11  Dan, kepala Yohanes dibawa di atas nampan, diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. 12 Kemudian, murid-murid Yohanes datang, mengambil tubuhnya, dan menguburkannya. Lalu, mereka pergi dan memberitahukan Yesus.

Meditatio-Exegese

Inilah Yohanes Pembaptis

Yohanes Pembaptis dibunuh sebagai korban kekuasaan yang korup dan pongah. Ia dibunuh di tengah pesta pora di istana Herodes Antipas, raja wilayah Galilea dan taklukan kekaisaran Romawi.

Perikop yang dibacakan sangat kaya dengan informasi tentang cara hidup pada jaman Yesus dan bagaimana para pembesar menggunakan kekuasaan yang menulikan diri dari koreksi oleh orang-orang jujur, seperti Yesus dan sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis. Inilah Yohanes Pembaptis.”,  Hic est Ioannes Baptista.

Herodes Antipas, si pembunuh anak Imam Zakharia, kelak juga muncul dalam kisah sengsara Yesus, saat ia diminta Pontius Pilatus mengadili Anak Yusuf dan Maria (bdk. Luk 23:7).

Oleh Herodes Agung, bapaknya, Antipas mewarisi dan berkuasa atas wilayah Galilea dan Perea. Ia memerintah atas nama majikannya, Kekaisaran Romawi.

Berdasarkan laporan Flavius Josephus, ahli sejarah berkebangsaan Yahudi pada awal abad Masehi,   Antipas menikahi seorang puteri raja Arab, tetapi masih juga menjadikan Herodias, istri saudaranya, sebagai selir (lih. Jewish Antiquities, XVIII, 5, 4).

Yohanes Pembaptis dan Yesus sering mengkritik cara hidup yang tidak bermoral, karena melawan hukum Allah : perkawinan dalam keluarga atau inces (Im 18:16; 20:21).

Di samping itu, ia memerintah dengan tangan besi dan mengeksploitasi seluruh Galilea untuk penjajah Romawi, sehingga Yesus pun memanggilnya serigala (bdk. Mat 8:20; Luk 13:32 ).

Pada waktu itu, Herodes, raja wilayah, mendengar berita-berita tentang Yesus

Galilea, tanah tumpah darah Yesus, diperintah anak Herodes Agung mulai tahun 4 SM hingga 38 M. Sepanjang 43 tahun! Selama hidup, Yesus tidak mengalami pergantian kekuasaan.

Herodes Antipas memiliki kekuasaan mutlak absolut, tidak mempercayai siapa pun, dan melakukan apa saja yang melintas di kepalanya. Yang menonjol darinya adalah : kesombongan, tuna etika, kekuasaan absolut, tanpa pengawasan.

Namun, di balik semua itu, yang berkuasa sejak 63 SM hanya sat : kekaisaran Romawi. Kendati berkuasa, Antipas tetap mengabdi dan menyerahkan pada upeti pada kaisar di Roma.

Antipas hanya punya satu keinginan: mengamankan kekuasaan. Maka, ia memandang setiap ada gerakan selalu disamakan dengan ancaman atas tahtanya.

Santo Matius menyebutkan bahwa alasan pemenjaraan Yohanes adalah karena ia mengecam perkawinannya dengan Herodias, istri saudaranya sendiri, Filipus.

Terlebih, Flavius Josephus menambahkan bahwa alasan sejatinya adalah karena Antipas ketakutan akan pemberontakan rakyat.

Antipas suka disebut sebagai raja yang murah hati; walau, sebenarnya, ia adalah penguasa yang kejam (Luk 22:25). Perkataan Yohanes, “Tidak dibenarkan bagimu untuk memiliki Herodias.” seperti memercikkan minyak ke dalam api. Maka sang nabi pun dipenjarakan. 

Berikanlah kepadaku di sini, kepala Yohanes Pembaptis di atas nampan

Perkataan Yohanes ternyata menyebabkan Herodias sakit hati. Ia menaruh dendam dan mengancam hidup anak Yakharia dan Elizabet.

Dan tibalah saat perayaan ulang tahun, Antipas mengadakan “perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea” (Mrk 6:21). Herodias dalam kebisuan merencanakan pembunuhan atas Yohanes dengan teliti, rinci dan kejam.

Saat Herodes Antipas mabuk karena anggur dan pesta pora tak terkendali, ia bersumpah pada Salome, anak Herodias yang cantik dan penari yang menyukakan hati.

Santo Agustinus menulis komentar tentang sumpah itu, “Sumpah yang diucapkan di antara para tamu yang sedang mabuk dan mengumbar birahi, selalu menjadi sumpah yang tidak pernah membawa keadilan.” (dikutip dari Sermon 10).

Telanjur mengucapkan sumpah, sang raja harus memenuhi permintaan gadis itu. Ia saat itu memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes. Dan, kepala Yohanes dibawa di atas nampan, diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.

Herodes Antipas gagal untuk mengikuti suara hati yang bening. Ia menjauhkan dirinya dari Allah dan tak memiliki belas kasih  pada orang-orang yang ada dalam genggaman kuasanya.  Kisah ini ternyata terus berulang sepanjang sejarah manusia.

Yesus memutus lingkaran setan kekuasaan itu dengan cara (Mat 20:28): “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.”, sicut Filius hominis non venit ministrari sed ministrare et dare animam suam redemptionem pro multis.

Katekese

Integritas menjadi musuh bagi yang cacat moral. Santo Petrus Chrysologus, pengkhotbah dan Uskup Ravena, 400-450:

“Yohanes mengingatkan Herodes atas pelanggaran moral, bukan menuduh di pengadilan secara resmi. Ia ingin membetulkan, bukan menekan.

Tetapi, Herodes lebih suka menekan dari pada menjalin perdamaian. Bagi mereka yang tertawan, kemerdekaan dari orang yang tidak bersalah atas tindak kejahatan menjadi sumber kebencian.

Keutamaan tidak pernah dikehendaki oleh mereka yang cacat moral; kesucian diabaikan oleh mereka yang fasik; kemurnian adalah musuh bagi mereka yang mengumbar nafsu birahi; integritas menjadi musuh mereka yang koruptif; keugaharian  selalu ditentang mereka yang mencari kesenangan diri; belas kasih tidak pernah ditolerir oleh mereka yang kejam, seperti kebaikan hati bagi mereka yang kejam dan keadilan bagi orang yang tidak jujur. 

Penulis Injil menunjukkan hal ini ketika ia berkata, “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu Filipus.”

Inilah akan masalah yang dihadapi Yohanes. Ia yang memperingatkan mereka yang jahat pasti menyerang. Mereka yang mengampuni orang jahat selalu mengalami masalah.

Yohanes mengatakan apa yang sesuai dengan hukum, apa yang sesuai dengan keadilan, apa yang sesuai dengan keselamatan dan apa yang secara pasti bukan tentang kebencian, tetapi tentang kasih. Dan saksikan imbalan yang ia terima dari para penjahat atas luapan kasihnya!” (dikutip dari Sermons 127.6-7).

Oratio-Missio

  • Tuhan, bantulah aku untuk menghayati Injil dengan setia dan berilah aku kekuatan dan keberanian yang aku butuhkan untuk mengatasi kesukaran dan pencobaan. Amin.   
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengatasi sisi kelam hidupku : kekejaman; dan mengubahnya menjadi belas kasih?

Dicebat enim illi Ioannes, “Non licet tibi habere eam” – Matthaeum 14: 4

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here