Kirab Salib AYD 2017 di Paroki Wedi: OMK, Masa Depan Gereja Katolik

0
1,041 views
OMK St Sylvester Paroki Wedi sangat antusias melakukan ritual kirab Salib AYD 2017 memasuki Gereja St. Perawan Maria Bunda Kristus Paroki Wedi (Laurentius Sukamta/Paroki Wedi)

SALIB Asian Youth Day (AYD) atau Pertemuan Orang Muda Katolik se Asia ke-7 tahun 2017 telah sampai di Gereja Santa Maria Bunda Kristus Paroki Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Serah terima Salib AYD dilakukan dari Dewan Paroki Santo Yusup Pekerja Gondawinangun kepada Dewan Paroki Wedi di Gereja Wedi pada Jumat  sore tanggal 11 November 2016 pekan lalu . Selama satu pekan ini, mulai  11-18 Novenber 2016, Salib AYD akan berada di Paroki Wedi dan Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat.

Dalam Kirab Salib AYD dari Paroki Gondangwinangun ke Paroki Wedi ini, rombongan Paroki Gondangwinangun mengenakan pakaian adat Jawa. Mereka berjalan kaki dari depan Susteran Abdi Kristus (AK) Wedi  diiringi dua Anoman (tokoh wayang). Rombongan utusan Paroki Gondangwinangun ini lau  diterima oleh tiga pukawanan, dewan paroki, dan ratusan umat.

Baca juga: 

Salib AYD ini diserahterimakan dari Wakil Ketua II  Dewan Paroki Gondangwinangun Bambang Sugiyanto kepada Sekretaris Paroki Wedi Yohanes Eko Mardiyono. Serah terima Salib AYD ini disambut tari Guyub Rukun yang dibawakan oleh sekitar 50 misdinar Paroki Wedi. Kemudian, prosesi Kirab Salib AYD 2017 dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki Wedi Rama Andrianus Maradiyo, Pr.

OMK, masa depan Gereja

Dalam homilinya , Rama Maradiyo menyampaikan, Kirab Salib AYD di Paroki Wedi ini dilakukan sehari setelah peringatan Hari Pahlawan 10 November dan itu bertepatan dengan peringatan wajib Santo Martinus dari Tours, Uskup. “Kirab Salib AYD merupakan gambaran estafet perjalanan Gereja. Yang meneruskan perjalanan Gereja adalah kaum muda. Karena itu, masa depan Gereja ada di pundak Orang Muda Katolik (OMK),” kata rama.

Rama Maradiyo mengatakan, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan itu, maka OMK diajak untuk merevitalisasi semangat kekatolikan atau semangat kepahlawanan. “Sebenarnya, semangat kekatolikan atau semangat kepahlawanan itu sudah ada, namun OMK diajak untuk menghidupkan kembali semangat itu, yakni semangat juang, semangat pengabdian, dan semangat pengorbanan,” ujar imam diosesan KAS kelahiran Girisonta, Karangjati di Ungaran Selatan ini.

Rama Maradiyo menyatakan, semangat juang perlu dihidupkan kembali. Sebagai umat Katolik, OMK harus menjadi pribadi yang 100% katolik dan 100% Indonesia. “OMK harus bersemangat dalam belajar. Jangan senang (melakukan yang) serba instan, (sering menempuh) jalan pintas. Jangan biasakan copy paste. Ibarat pepatah, berakit-rakit ke hulu, barulah berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. OMK aja wedi rekasa (jangan takut menderita),”pesan rama.

kirab-salib-ayd-di-wedi-2
Sejumlah OMK St. Sylvester Paroki Wedi berpakaian layaknya para punakawan ikut ‘mengawal’ kirab Salib AYD 2017 memasuki Gereja St. Perawan Maria Bunda Kristus Wedi – Klaten. (Laurentius Sukamta/Paroki Wedi)

Pengorbanan dan pengabdian tulus

OMK, imbuh Rama Maradiyo, juga harus menumbuhkan terus semangat pengabdian. “Dewasa ini, semangat pengabdian mulai luntur. Setiap kali melakukan sesuatu, orang selalu bertanya: berani bayar berapa? Kita bersyukur, pengabdian umat dan OMK di Paroki Wedi ini luar biasa. Saya berharap, pengabdian OMK Wedi yang penuh totalitas selama ini bisa terus dikembangkan,” pinta rama.

Tak hanya itu, semangat pengorbanan juga harus dipertahankan. “Berkorban waktu misalnya. Ketika anak muda yang lain bisa bermain dan seneng-seneng, OMK malah harus melakukan kegiatan untuk Gereja dan sesamanya. OMK juga perlu berkorban waktu untuk mempersiapkan masa depannya dengan belajar. Maka, belajarlah dengan serius, bukan dengan guyon,” ajak rama.

Jangan melupakan Tuhan

Menurut Rama Maradiyo, ada tiga hal yang membuat semangat juang, semangat pengabdian, dan semangat pengorbanan ini mulai tergerus. Ketiga hal itu yakni kecenderungan mementingkan diri sendiri atau kelompoknya, kemajuan teknologi, dan media sosial.

“Sekarang, orang cenderung mementingkan diri sendiri atau kelompoknya. Orang menjadi egois. Selain itu, kemajuan teknologi yang super cepat ini disamping membawa kemajuan, tetapi juga membawa kekacauan. Keberadaan media sosial juga dapat menggerus semangat itu. Media sosial di samping menjadi kekuatan untuk menyebarkan pesan yang efektif dan efisien, tetapi juga bisa menciptakan disintegrasi. Maka, orang harus bijaksana dalam menggunakan teknologi dan media sosial,” papar rama.

Karena itu, Rama Maradiyo berpesan kepada umat untuk tidak melupakan Tuhan dalam kehidupan ini. “Sesibuk apapun kita, janganlah melupakan Tuhan dalam kehidupan rutinitas keseharian ini. Kalau kita melupakan Tuhan, buahnya adalah kehancuran,” tandas rama.

Usai homili rama, dilanjutkan dengan drama kontemplasi “Pahlawan Muda di Indonesia” yang dimainkan oleh OMK Rayon Klaten. Selanjutnya dilakukan pemberkatan salib umat. Saat persembahan, sejumlah OMK menari mengiringi persembahan dari umat ini.

Perayaan Ekaristi penyambutan Salib AYD ini diiringi koor dari SMP Pangudi Luhur Wedi.

Sekadar informasi, Asian Youth Day atau Pertemuan Orang Muda Katolik se Asia ke-7 tahun 2017 ini mengangkat tema “Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” (OMK Asia yang Bersukacita, Menghayati Injil dalam Asia yang Beraneka Budaya). AYD ke-7 ini akan berlangsung mulai tanggal 30 Juli sampai 9 Agustus 2017 di Yogyakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here