Awal November: Refleksi Akhir Hidup Manusia

0
2,742 views

Hari ini, 31 Oktober 2011, adalah hari terakhir Bulan Rosario. Besok dan lusa, umat Katolik diingatkan kembali akan akhir hidup manusia. Pada tanggal 1 November akan dirayakan “kisah sukses” manusia dalam menjalankan hidupnya, yakni Hari Raya Semua Orang Kudus.

Seperti layaknya sebuah perlombaan, mereka dianggap sudah sukses mendapat piala dan bintang penghargaan.  Sedangkan tanggal 2 November adalah Hari Arwah Orang Beriman, yang masih membutuhkan doa-doa dari kita semua. Mereka belum mendapat bintang karena masih perlu dimurnikan lagi di api penyucian (purgatory).

Api Penyucian

Dalam Katekismus Katolik 1030 dikatakan,”orang yang masuk api penyucian adalah mereka yang dosa-dosanya sudah diampuni, namun kerusakan akibat dari dosanya belum diperbaiki.” Jadi, mereka masih “berhutang”. Menurut ajaran gereja, dua hukuman di api pencucian adalah perasaan kehilangan Tuhandan  sesal batin yang tak kunjung henti”. Mereka masih perlu kita doakan. Menurut Maria Simma, para jiwa di api pencucian “sudah tidak bisa apa-apa lagi”, dan sangat berharap  doa-doa dari manusia yang masih hidup.

Dua Pesan

Dua hari di awal bulan Nopember setidaknya memberikan dua pesan.

Yang pertama, bagaimana kita dapat mencontoh orang yang telah sukses menjalankan hidup. Sehubungan dengan itu, selain mencontoh kisah hidup para kudus, mungkin kita perlu merenungkan apa yang ditulis oleh Romo FX. Schouppe, SJ dalam buku  “7 Cara Hindari Api Pencucian”,  terbitan Tabora Media, Yogyakarta. Beliau menuliskan tujuh cara sebagai berikut:

  1. Beriman teguh kepada Allah dan kerahimanNya,
  2. Menghilangkan penyebabnya yaitu dosa,
  3. Devosi kepada Bunda Perawan Maria,
  4. Membuat silih dengan amal kasih,
  5. Rela menderita,
  6. Menerima sakramen-sakramen, dan
  7. Menerima kematian dengan pasrah.

Yang kedua bagaimana kita tetap harus memupuk cinta kepada suadara-saudara yang masih ada di api pencucian dengan mendoakan mereka. Doa kepada mereka merupakan “transfer” ke rekening mereka agar cukup bagi mereka untuk melunasi “hutang-hutang” – nya. Untuk itu, diperlukan komitmen orang yang masih hidup untuk mendoakan mereka.

Tidak hanya Maria Simma, seorang mistikus Katolik, yang menganjurkan manusia yang masih hidup untuk berdoa bagi para arwah yang sudah meninggal, tetapi juga orang dari kepercayaan lain, seperti Aiko Gibo. Hal ini pernah ditulis di www.sesawi.net, dengan judul “Cinta Yang Tak Pernah Mati”, 26 September 2011.  Komitmen mendoakan yang sudah wafat bisa juga menjadi semacam “Profesi alternatif”, sebagaimana ditulis di web ini tanggal 3 Oktober 2011, dengan judul “Berdoa Bagi Arwah, Alternatif Profesi Usai Pensiun?”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here